Essentials: Eric Johanes
Co-founder Prime Time Jakarta ngasih lihat koleksi vintage goods favoritnya.

Dalam edisi terbaru Essentials HYPEBEAST Indonesia, kami ngobrol bareng Eric Johanes, seorang vintage goods enthusiast sekaligus co-founder dari salah satu toko yang memiliki koleksi barang-barang langka terbaik di ibukota, Prime Time. Cek breakdown dari essentials Eric berikut ini.
HB: Hi Eric, apa momen Goro’s yang paling memorable buat lo?
E: Gue dikenalin ke Goro’s oleh bokap dan kita mulai belinya dari toko resell di Jepang. Setelah belajar-belajar lebih dalem tentang brand dan culture-nya, kita lebih tertarik dengan jaman Goro’s sebelum Goro Takahashi-nya meninggal di tahun 2013. Mostly 80s to 90s. Karyanya lebih berseni dan berkarakter, dan lebih nggak “mass manufactured”. Gue nggak ada cerita ngantri di toko Goro’s seharian, tapi momen-momen bertemu dengan kolektor Goro’s lain sangat gue hargai.
HB: Contax T2. Apa style fotografi yang lagi lo into sekarang?
E: Style yang gue paling suka itu architectural photography dan photojournalism: the concept of telling a story through photos. Gue demen Contax T2 karena ukurannya kecil dan bisa dibawa kemana-mana, tapi tetep bisa menghasilkan foto berkualitas tinggi. Gue dari kecil hobi fotografi, tapi belakangan ini passion gue mulai berkurang. Tahun lalu gue beli ini Contax T2 and this camera made me fall in love with photography again.
HB: Lo punya dua rolex di sini. Ada semacam attachment ke momen tertentu nggak saat lo dapetin kedua jam tersebut?
E: Dua Rolex ini gue dapet kado dari bokap. “Submariner”-nya untuk lulusan SMA, “Explorer” nya untuk lulusan universitas.
HB: Kapan lo dapetin AJ1 ini? Gimana cerita lo ngedapetinnya?
E: Gue mulai ngumpulin 1985 Jordan 1’s di tahun 2015, sebelum harganya naik semua setelah rilis Netflix Series “The Last Dance”. Yang ini gue beli dari kolektor di Jepang.
HB: Apa yang paling lo suka dari Visvim?
E: Visvim clothes are “seemingly normal” but with a high attention to detail dan terbuat dengan kualitas tertinggi. I love their tributes and reinventions to traditional manufacturing methods for clothes. Untuk orang awam, baju gue mungkin nggak terlihat spesial atau mahal, tapi yang paling penting guenya seneng. Menurut gue baju dan sepatu Visvim paling bagus kalo dipake dengan baju Visvim yang lain. That’s why I’m deep down this rabbit hole.
HB: Apa yang spesial dari T-shirt ini?
E: Gue berasa paling nyaman kalo pake kaos putih, dan kebanyakan koleksi kaos gue juga putih. Menurut gue kalo kaos putih tuh graphic-nya lebih menonjol dan outfit lainnya bisa main di warna-warnanya dari graphic. Kaos Björk ini salah satu kaos yang gue suka pake.
HB: Vintage 501 selalu jadi staple, menurut lo pribadi kenapa 501 jadi favorit para kolektor?
E: The original pair of blue jeans. Fit yang sangat klasik dengan jutaan variasi dari modern, vintage, dan reissued vintage-nya dari Levis. Nggak pernah bisa salah kalo pake 501.
HB: Apa yang bikin lo suka sama scent-nya Le Labo?
E: Gue seumur hidup nggak pernah pake parfum, nggak tau kenapa. Ini sampe gue masuk ke toko Le Labo dan langsung jatuh cinta dengan scent “Thé Matcha 26”. Scent-nya light tapi tetep menonjol dengan karakter earthiness dan sweetyness.
HB: Custom PT necklace. Apa cerita dibaliknya Ric?
E: Ini gift dari temen yang cuman dibikin untuk gue, Dhika, Hans, dan Ryan.
HB: Knitted bag ini beneran dirajut sama nenek lo, Ric?
E: Iya haha. Dirajut nenek gue. Dia sering bikinin buat temen-temen sama keluarga. Katanya dia spent waktu tiga bulan buat bikin yang ini.
HB: Apa playlist musik favorit lo sekarang?
E: Mungkin dari penampakan gue nggak keliatan, tapi gue paling suka lagu metal. Gue anak metal sejati.
Cek juga interview eksklusif kami bareng Eric dan para co-founder Prime Time lainnya; Dhika, Ryan, dan Hans soal pendapat mereka tentang tren vintage yang sedang naik saat ini.