William Gozali Bicara Kitchen Pressure dan Obsesinya Terhadap Kopi
Cek obrolan bareng content creator sekaligus chef jagoan Indonesia di sini.
Nama William Gozali mulai terdengar di telinga masyarakat gara-gara Ia berhasil hadir di layar kaca sebagai pemenang salah satu tv show kompetisi memasak, MasterChef Indonesia musim ketiga.
Berangkat dari sana, William Gozali atau biasa dikenal dengan Willgoz nggak butuh waktu lama untuk makin dikenal. Hal ini pun diamini olehnya saat ditanya tentang keberhasilan di kompetisi memasak yang emang jadi batu loncatannya buat dapet recognize dari professional kitchen.
“Gue lagi sibuk being a full time content creator aja sih. Mostly cooking and review culinary scene Indo,” ucap Willgoz saat bertemu dengan Hypebeast Indonesia. Jawaban atas kesibukannya jadi satu fakta menarik dari karir Willgoz.
Setelah makin dikenal, ia langsung gerak cepet buat jadi content creator lewat channel YouTube-nya sendiri. Di channel-nya, Willgoz terus nunjukkin kemampuannya dalam memasak dengan ngasih berbagai resep menarik yang bisa dicoba oleh para penonton di rumah.
Dari ‘Bambino’ Menuju Professional Kitchen
Pembawaannya yang enak ditonton di depan kamera bisa dibilang jadi salah satu daya tarik Willgoz yang ternyata mulai suka masak sejak SMP. “Gue udah disuruh bantu nyokap masak dari SMP. Dari benci sampe suka dengan masak. But my big inspiration was the Japanese drama, Bambino.”
Buat yang belum tahu, Bambino [2007] merupakan series tentang perjuangan seorang cowok yang mau jadi first-class chef. Ngelihat inspirasi yang ngebawa Willgoz terjun ke dunia masak, maka nggak aneh ia langsung siap dengan berbagai kegilaan yang ada di balik professional kitchen.
“Dari SMP, gue udah disuruh bantu nyokap [masak]. Dari benci sampe suka kaya aku ke dia. Cieeee… But my big inspiration was Bambino, the Japanese drama.”
“Tekanan mental di kitchen emang besar karena keinginan untuk deliver makanan yang terbaik dari para chef,” tegas Willgoz. “Apalagi jaman sekarang reputasi chef owner bisa runtuh dalam sehari karena review makanan yang buruk. That’s why bercandaan di kitchen juga keras tapi bikin jadi solid.”
Pengalamannya berkarir di Australia dibarengi dengan kejadian ngehe yang pernah ia alami sambil kerja di kitchen. “Gue pernah get high pas sambil kerja di Aussie tapi cuma sekali. Sampe pusing, mual, muntah. Kebanyakan hehehe,” jawabnya.
Hal-hal seru yang Willgoz rasakan selama bekerja di professional kitchen untungnya nggak sampe ngebuat ia lupain roots-nya sendiri. Sebagai chef, Willgoz udah pasti punya masakan kesukaan sekaligus andalannya. “Mostly Indonesian and Asian. Kenapa bisa itu? Dude, look at me. I’m Chindo af.”
“Jaman sekarang reputasi chef owner bisa runtuh dalam sehari karena review makanan yang buruk.”
William Gozali dan Kopi Indonesia
Bicara dengan seorang jagoan masak dari Indonesia nggak bisa lupain pandangannya tentang coffee culture tanah air. Bagi Willgoz, kopi yang sempet jadi produk lifestyle udah berpindah jadi kebutuhan penting sebagian besar orang. Bisnis kopi yang dinilai menggiurkan emang terus berkembang sehingga ngebuat persaingan bisnis makin tinggi. Willgoz pun memberikan pendapatnya tentang semakin banyaknya coffee shop yang bermunculan.
“Gue emang nggak punya coffee shop. Tapi the way I see untuk bisa survive di industri kopi atau F&B adalah punya komunitas yang sama kuatnya dengan produk yang lo buat. Dengan polesan marketing dan branding yang tepat ke target market, harusnya itu udah jadi pondasi dulu. Last, let God and FYP [For Your Page] do the rest,” ucapnya.
“Untuk bisa survive di industri kopi atau F&B adalah punya komunitas yang sama kuatnya dengan produk yang lo buat. Dengan polesan marketing dan branding yang tepat ke target market, harusnya itu udah jadi pondasi dulu.”
Willgoz nggak lupa buat ngasih pendapat tentang pentingnya kesamaan kualitas minuman dan snacks di coffee shop yang terkadang suka timpang. “Ya fine aja, but if we can make both better why wouldn’t we?”
Coffee shop seperti BAKED. yang punya strategi bisnis seru dilihat Willgoz sebagai salah satu contoh tepat dari keselarasan produk dan branding yang sama bagusnya. “BAKED. sendiri emang jadi salah satu yang ‘megang’ di Bali pasti karena produk dan branding yang selaras bagusnya. Jadi orang mau dateng karena dapet impresi yang baik and willing to return untuk update di IG story juga.”
“Bentuk ekspansi bisa dalam cara yang berbeda-beda. Tapi buat merchandise juga asik, apalagi kalo brandnya emang kalcer dan hip sesuai marketnya.”
Ditambah lagi dengan movement BAKED. yang berani bikin merchandise karena punya kecocokan dari segi market. “Inget, bentuk ekspansi branding udah pasti bisa dalam cara berbeda-beda. Tapi, bikin merchandise juga asik kalau brand-nya emang kalcer dan hip,” tambahnya.
Jadi apakah coffee culture di Indonesia bakalan tetap hidup? Willgoz yang minimal minum dua gelas kopi per hari ini ngasih jawaban yang sekaligus jadi bentuk statement atas seberapa penting kopi dalam hidupnya: “Nothing last forever but I will drink coffee ‘till I die for sure. Espresso in my vein.”
