Menelaah Kembali Arti Semangat Local Pride Bareng Dr. Tirta
Serta tiga hal yang menjadikan sebuah brand dinilai proper.

Sebelum dirinya aktif menjadi garda depan tim penanggulangan Covid-19 awal tahun lalu, Dr. Tirta atau yang akrab disapa ‘Cipeng’ ini sudah lebih dulu dikenal sebagai pegiat sneakers dan streetwear yang cukup vokal dalam memgkampanyekan semangat local pride.
Antusiasmenya terhadap perkembangan brand-brand lokal juga banyak Ia tunjukkan lewat berbagai acara besutannya yang mendukung terciptanya UMKM kreatif, mulai dari Solevacation hingga project miliknya yang terbaru, Plus Enam Dua.
Kali ini kami ngobrol dengan Dr. Tirta mengenai sepak terjangnya di skena sneakers & streetwear, pendapatnya mengenai local pride saat ini, dan harapannya untuk brand-brand lokal agar bisa maju lebih jauh lagi.
HB: Tir, coba ceritain lagi gimana sih awalnya lo bisa tertarik sama streetwear sampai akhirnya beneran terjun ke industri ini?
T: 2007-2008, berawal dari band-band-an zaman SMA di Solo dan tertarik dengan Blink 182. 2009 ketika kuliah di Jogjakarta, bertemu dengan fans Tom Delonge yang koleksi Macbeth, Atticus, dan Famous Starts and Straps. Saat itu Macbeth adalah produk Tom Delonge, Atticus produk Mark Hoppus dan FSAS produk Travis Barker. Setiap gathering kita selalu memainkan tribute to Blink buat seru-seruan. Yak, berawal dari musik dan komunitas bernama Griffons Army inilah bisa mengenal beberapa lingkungan baru yang berujung dengan berbagai produk streetwear, terutama sneakers. Dari situ, jual-beli sneakers bekas, sampai lahirnya Shoes and Care di 12 Oktober 2013, hingga akhirnya berkembang menjadi 74 toko per-2021.
“Apa-apa kalo ada “INDONESIA”-nya akan cepat viral, tanpa memandang apakah brand tersebut memiliki kualitas bagus, original, dan tentu risetnya. Gerakan #localpride seharusnya menjadikan kita memadukan brand lokal dan luar, bukan atas bawah harus brand lokal, dan menolak riset dengan brand luar.”
HB: Gimana lo melihat perkembangan streetwear Indonesia yang lagi naik dan berkembang beberapa tahun belakangan ini? Apa hal yang menarik perhatian lo?
T: Perkembangan streetwear di Indonesia lima tahun belakangan jujur sangat meningkat drastis. Hal ini mungkin disebabkan oleh munculnya platform bermedia sosial yang luas. Dahulu tahun 2009-2013, orang hanya berbagi informasi di Facebook, Twitter, Kaskus, dan forum seperti Footurama dan Darahkubiru. Munculnya event-event offline baru juga menambah antusias orang-orang terutama anak muda terhadap scene streetwear dan sneakers di Indonesia. Meningkatnya streetwear enthusiasts ini juga berdampak pada kemunculan banyak brand lokal streetwear dan sneakers lokal.
HB: Dari sudut pandang industrinya sendiri, Indonesia punya sumber daya yang luar biasa sebagai produsen, menurut lo gimana caranya kita bisa ngepush ini semua ke skala yang lebih luas lagi?
T: Indonesia harus diakui merupakan pabrik dan produsen beberapa brand terkenal di DUNIA. Sayangnya, daya beli masyarakat Indonesia sebagian lebih dominan ke brand luar, bahkan kadang dipaksakan ke barang fake karena gengsi. Pentingnya edukasi bisa membuat brand Indonesia berjaya di negerinya sendiri.
HB: Selain dari sisi industri, kita juga punya market yang sangat proud dan mendukung scene lokalnya lewat semangat local pride. Menurut lo sendiri, gimana semangat local pride tersebut bisa inspire semua orang untuk bisa appreciate industri ini? Baik dari segi konsumen ataupun produsennya.
T: Semangat #localpride sejatinya terinspirasi dari gerakan Maspion yang iklannya bagus dan ngena. Sayangnya gerakan ini sekarang malah menjadi OVERPROUD. Apa-apa kalo ada “INDONESIA”-nya akan cepat viral, tanpa memandang apakah brand tersebut memiliki kualitas bagus, original, dan tentu risetnya. Gerakan #localpride seharusnya menjadikan kita memadukan brand lokal dan luar, bukan atas bawah harus brand lokal, dan menolak riset dengan brand luar.
“Saya berharap, semangat #locapride ini tidak menjadi overproud, tapi tetap membuat kita melakukan riset terus-menerus untuk menghasilkan brand lokal berkualitas.”
HB: Gimana menurut lo caranya agar apresiasi masyarakat lewat local pride tetep sustain?
T: Agar semangat brand lokal tetap sustain adalah dengan memberikan edukasi ke masyarakat mengenai brand-brand lokal yang berkualitas. Brand lokal harus berjaya dulu di negeri sendiri, sebelum berjuang di luar negeri. Mengenalkan bahwa BRAND LOKAL TIDAK SELALU HARUS MURAH.
HB: Apa yang lo harapin dari semangat local pride ini ke depannya?
T: Saya berharap, semangat #locapride ini tidak menjadi overproud, tapi tetap membuat kita melakukan riset terus-menerus untuk menghasilkan brand lokal berkualitas.
HB: Kita paham kalau tiap brand punya tier atau tingkatannya masing-masing yang ditentukan oleh price point. Tapi menurut lo apa yang bikin sebuah brand bisa dibilang proper? Di luar dari faktor price point di atas?
T: Bagi saya sendiri, terlepas dari target market dan harga, ada tiga hal yang menjadikan brand lokal dikatakan proper.
Pertama, Kualitas. Brand harus menyediakan budget untuk riset, agar produknya terus meningkat.
Kedua, message. Sebuah brand harus mempunyai pesan yang disampaikan kepada customer. Tidak sekedar berdagang. Pesan ini disampaikan melalui teknik marketing masing-masing yang unik.
Ketiga, distribusi. Brand yang bagus harus berusaha memenuhi kebutuhan sandang buat seluruh warga Indonesia.
HB: Apakah lo udah puas dengan standard dan kualitas yang ditawarkan oleh brand lokal sekarang? Karena baik secara langsung atau nggak langsung, mereka yang mengedukasi market kita juga kan.
T: Puas? Iya puas, banyak brand lokal Indonesia yang jujur menjadi LEADERS di masing masing market. TAPI, dalam bisnis, tidak boleh berpuas diri, puas ini dalam artian bersyukur bisa tetap bertahan tapi tetap mengedepankan riset agar brand terus update untuk menyediakan yang terbaik untuk customer
HB: Apa yang bisa dilakukan biar brand-brand di luar sana untuk bisa punya standard yang ok biar naikin kualitas dan industri kreatif Indonesia di mata dunia?
T: RESEARCH. Kembali lagi, semua kembali ke riset. Seorang pengusaha, harus terus update ilmu, cari referensi sebanyak-banyaknya, dan terapkan di brand milik sendiri.
HB: Banyak brand baru dengan DNA-nya yang unik bermunculan saat ini, coba sebutin tiga emerging brands favorit lo!
T: Tiga emerging brand favorit gue adalah Nucalale (NTT), Neats (Bandung), Aerostreet (Klaten).
HB: Sebutin juga satu produk dari masing-masing brand tersebut yang lo suka!
T: Nucalale ‘Le Bajo collection’, Neats ‘Polar’, dan yang terakhir, Aerostreet ‘Hoops’.
HB: Ok, ngomongin ke depannya. Gimana menurut lo perkembangan industri ini dalam lima tahun ke depan?
T: Pak Jokowi sudah menunjuk Pak Luhut sebagai ketua GERAKAN NASIONAL BANGGA BUATAN INDONESIA, ARTINYA pemerintah memang sangat mendukung brand lokal, sehingga dalam 5 tahun, semoga brand lokal semakin berjaya di negerinya sendiri.
Cek juga obrolan lainnya dari kami:
- Ngobrol bareng Adi tentang Evolusi Streetwear dan Pengaruhnya ke Industri Lifestyle di Indonesia
- Berbincang bersama KIMS tentang Proses dan Storytelling dalam Membangun Streetwear Brand
- Memperkenalkan Kultur Indonesia ke Market Global lewat Eksplorasi Visual Ryan Adyputra
- Membangun dan Mempertahankan Konsistensi Brand bareng Hendry Sasmitapura