Apakah Twitch Streamer Jadi Frontier Baru Dunia Fashion?
Setelah memborong empat kemenangan di Streamer Awards 2025, Kai Cenat mengungkap mimpinya untuk “jadi fashion designer” dan “bikin brand pakaian sendiri.”
Pada Sabtu, 6 Desember, ajang tahunan Streamer Awards digelar di Los Angeles, di The Wiltern Theatre. Baru lahir pada 2022, seremoni ini mengapresiasi pencapaian terbesar sepanjang tahun di industri live streaming dalam berbagai kategori. Meski perayaan ini terbilang baru, jutaan penggemar setia di seluruh dunia sudah berdiri mendukung para sosok muda yang dianugerahi penghargaan tersebut.
Streamer of the Year, IShowSpeed (20), telah mengumpulkan lebih dari 2,6 juta pengikut di Twitch, dan penerima Rising Star Award,Marlon (24), memiliki 1,6 juta pengikut. Mungkin yang paling terkenal di antara para penerima penghargaan, Kai Cenat (23), punya lebih dari 20 juta pengikut, dengan siarannya secara rutin menembus lebih dari 10 juta penayangan.
Alih-alih memuji-muji siarannya, Cenat—yang memenangkan Best Streamed Collab, Best Marathon Stream, Best Streamed Event, dan Best Just Chatting Streamer—memanfaatkan waktunya di panggung untuk membicarakan ambisi di luar streaming: “Biasanya aku nggak melakukan hal seperti ini, tapi aku merasa acara ini adalah momen yang tepat untuk mengucapkan apa yang ada di pikiranku. Selama setahun terakhir aku punya mimpi selain streaming, mimpi yang ingin aku wujudkan dan kejar. Dan itu mimpi-mimpi yang besar, sangat besar.”
Selain berharap bisa terjun ke industri film, Cenat mengungkap bahwa ia bermimpi “suatu hari nanti menjadi fashion designer dan memulai brand pakaian milikku sendiri.”
Seiring dunia fashion perlahan membuka diri pada kultur streamer, mimpi itu terasa kian dekat. Cenat sendiri sebenarnya sudah lama beredar di pinggiran kancah fashion. Pada 2024, Nike menjalin kerja sama dengannya dan memilih untuk merilis perdana Air Max 1 “Low Poly” melalui kanal Twitch miliknya. Baru-baru ini, Cenat juga siaran langsung bersama rapper Gunna untuk mempromosikan label baru Justin Bieber, SKYLRK, dengan mengenakan full look SKYLRK sekaligus memamerkan deretan koleksi sepatunya. Sang streamer juga sempat menghebohkan publik karena menolak undangan Met Gala 2025, secara blak-blakan mengungkap bahwa ia tidak sejalan dengan brand yang mengundangnya.
Sebuah fashion line rancangan Cenat bukanlah langkah bisnis perdananya. Belakangan ini, Cenat terjun ke ranah personal care bersama grup streamer AMP lewat peluncuran Tone. Cenat dan para member AMP lainnya — Duke Dennis, Fanum, Agent 00, ChrisNxtDoor, dan ImDavisss — meluncurkan brand skincare mereka pada awal 2025 dan kini sudah menghadirkan produk seperti losion, deodoran, dan lainnya di Target.
Streamer besar lain juga sudah lebih dulu memanfaatkan peluang untuk mengembangkan lini apparel mereka sendiri. Kolaborator reguler Kai Cenat,RayAsianBoy, meluncurkan label apparel miliknya,RUEI pada musim gugur 2025, menghadirkan tracksuit color-block dengan detail piping unik. Bahkan lebih awal, pada 2021, streamer Hasan Piker meluncurkan IDEOLOGIE, yang menawarkan streetwear Made in the USA, diproduksi oleh serikat pekerja, dengan gaya yang dihiasi grafis subversif khas dirinya. Namun, mudah dibayangkan bahwa brand yang dipimpin Kai Cenat akan diuntungkan oleh sumber daya yang jauh lebih besar dan mungkin juga konsep yang lebih matang, mengingat posisi sang streamer yang begitu tinggi di skena ini.
Di sisi lain, rumah mode besar mulai mencoba masuk ke ranah livestreaming dan gaming sekitar 2020, ketika lockdown COVID-19 membuat berbagai bentuk komunikasi berpindah ke ranah digital. Pada 2019, Louis Vuitton lebih dulu membaca arah tren lewat kolaborasinya dengan League of Legends dan pada 2020, Burberry memanfaatkan Twitch untuk menayangkan secara live koleksi SS21. Namun, dorongan dunia fashion ke ekosistem streamer sejak itu melambat seiring kembalinya event fisik dan aktivasi offline dalam skala besar.
Belum terlalu lama berselang, industri fashion masih diatur oleh pakem konservatif, dengan mentalitas insider yang tegas menentukan siapa dan apa yang boleh berada di dalam lingkaran fashion, dan siapa serta apa yang dianggap di luar jangkauannya. Selama 20 tahun terakhir, pergeseran generasi dan kemunculan berbagai platform media sosial menantang industri ini untuk beradaptasi dengan pendekatan yang lebih inklusif.
Para musisi dulu berdiri tegak di luar lingkaran sebagai sekadar brand ambassador dan tamu baris depan, namun perlahan mereka menjelma menjadi desainer dan CEO versi mereka sendiri. Jauh sebelum Pharrell memimpin Louis Vuitton, ia meluncurkan Billionaire Boys Club bersama desainer Jepang Nigo pada 2003. Meski sarat kontroversi, lompatan kilat Ye dari rapper menjadi desainer juga menandai tonggak penting. Ia mempersembahkan fashion line perdananya, “DW,” di Paris Fashion Week 2011, yang kemudian disusul oleh lini adidas yang besar (dan kini sudah berhenti). Kini, di 2025, A$AP Rocky memimpin fashion line miliknya, AWGE, sembari menyandang gelar Creative Director pertama Ray-Ban dan baru-baru ini ditunjuk sebagai ambassador Chanel.
Semua ini menandakan bahwa hari ini, gerbang fashion yang dulu begitu rapat kini telah terbuka lebar. Bukan hanya para rapper yang dipeluk dunia fashion, tetapi juga web influencer, sosialita Hollywood, dan atlet papan atas lewat brand seperti lini kecantikan RHODE milik Hailey Bieber, SKIMS milik Kim Kardashian, dan True Kolors milik Travis Kelce. Setelah lebih dulu membuka pintu bagi selebritas kelas A dan gelombang awal influencer (Instagram, TikTok, dan seterusnya), mungkinkah frontier berikutnya bagi fashion adalah para livestreamer?
Perlu digarisbawahi bahwa brand fashion melangkah di wilayah baru ini dengan sangat hati-hati. Kultur livestreaming sangat berbeda dari format konten tradisional. Industri fashion, yang dulu juga merupakan frontier baru, kini sudah sepenuhnya beradaptasi dengan Instagram sebagai platform de facto untuk berbagi berita dan meluncurkan kampanye. Namun, berbeda dengan unggahan feed tradisional yang memungkinkan pesan tersusun rapi dan visual editorial yang terkurasi, siaran langsung di Twitch tersebar apa adanya tanpa kesempatan untuk diedit.
Selain itu, kedekatan yang dibangun para livestreamer dengan audiens mereka secara alami jauh lebih kuat dibandingkan influencer tradisional. Livestream bukan hanya menawarkan saluran interaksi yang benar-benar tanpa filter dan tanpa edit, tetapi sifat siaran yang sinkron juga menciptakan koneksi real-time dengan jutaan penonton.
Bermodalkan kedekatan yang tumbuh organik dan jalur komunikasi langsung dengan audiens, para streamer mulai menyadari bahwa posisi unik mereka memberikan fondasi kuat untuk merambah wilayah bisnis yang sama sekali berbeda. Mengingat banyak streamer papan atas masih berusia 20–30 tahun, bisa jadi kita baru benar-benar melihat lompatan besar ini dalam beberapa tahun ke depan — dan seperti yang terjadi pada brand yang digawangi para musisi, pasti akan ada rintangan di sepanjang jalan. Namun, dengan Kai Cenat, salah satu streamer terbesar di dunia, yang berpotensi menjadi garda terdepan, penetrasi generasi streamer ke dunia fashion tampaknya tinggal menunggu waktu.
Setelah mengungkap dengan penuh semangat ambisinya menjadi fashion designer, Cenat berkata, “Aku 100% bakal benar-benar tenggelam di ranah itu,” dan menutup dengan janji bahwa ia akan tetap “menikmati tempat yang memulai semua ini, yaitu streaming.”

















