Ali Bicara Soal Roots Musik, Artistic Approach, dan Inspirasi Mereka

Arswandaru dan John Paul Patton juga ngobrolin music video terbaru dan pandangannya soal what makes a good gig.

Musik
42,279 Hypes

Ali adalah salah satu nama fresh yang muncul dari scene musik independen Indonesia.

Berasal dari Jakarta, band yang sekarang terdiri dari Arswandaru (bassist/vokalis) dan John Paul Patton alias Coki (drummer/vokalis) ini, langsung menarik perhatian baik secara audio maupun visual mereka.

Mereka ngebawain musik yang saat ini bisa dibilang one of a kind di scene lokal. Mainin musik yang terinspirasi dari sound-sound vintage ‘70s funk dengan beat repetitif dan dancey ala afrobeat, mereka juga nambahin vibe Middle East-esque, nggak cuma di musiknya tapi juga lirik yang memakai bahasa Arab.

Buat urusan visual, mereka punya juga punya aesthetic yang menarik, dari style, artwork single, dan music video-nya.

Kami catch up sama Ali buat ngomongin roots musik mereka, artistic approach, dan hal apa aja yang menginspirasi mereka sebagai band. Mereka juga cerita beberapa hal soal music video “Downtown Strut” yang kemarin baru rilis, relationship mereka sama skate scene di Indonesia, dan tracks favorit yang lagi demen didengerin.


HB: Hai guys, congratulations buat music video-nya “Downtown Strut” yang akhirnya rilis setelah lagunya muncul duluan beberapa bulan kemarin. Boleh ceritain dikit nggak soal videonya?

Arswandaru (A): Thank you and yes, music video “Downtown Strut” baru aja rilis di Youtube channel kami. Creative direction-nya kurang lebih masih sama dengan MV sebelumnya, “Dance, Habibi”. Pendekatan artistiknya kembali menggunakan kamera film Kodak Vision 3 super 8mm. Tema music video-nya juga kurang lebih juga selaras dengan mood lagunya, tentang dancing. Lirik lagunya sendiri kalau diartiin secara garis besar berbunyi “My heart is crazy about dancing“, jadi ya outputnya kayak yang kalian lihat di dalam video. Syutingnya di Perth, dan disutradari langsung oleh teman kami, Michael Tartaglia dengan creative direction dari saya sendiri. Modelnya yang di video jalan-jalan sambil dancing itu kebetulan juga teman saya dan Michael, namanya Hertier Kasanda.

 

HB: Nah, Michael Tartaglia sendiri selama ini juga berperan bikinin visuals buat single-single kalian—yang semuanya berupa karya fotografi. Ada alasan spesifik kenapa milih fotografer asal Australia itu buat menggarap video dan bikin semua visuals buat Ali? Apa yang menarik dari karyanya yang cocok buat kalian?

A: Pendekatan visual kami memang ingin lebih banyak ke fotografi dan video dengan kamera film. Selain karya Michael yang memiliki karakter visual khas dan sesuai dengan visual direction kami, kebetulan Michael juga teman dekat dari Arswandaru ketika bekerja di Perth. Sebisa mungkin kami mengajak orang-orang terdekat kami dulu (walau keadaannya sekarang jarak jauh) untuk terlibat di penggarapan band ini. Agar komunikasinya juga lancar, karena mereka sudah mengerti dan satu frekuensi dengan yang kami maksud.

HB: Oke, kalo ngomongin band ini, gimana awalnya kalian ketemu terus kepikiran buat bikin Ali? Apakah awalnya dibentuk sebagai side project dari band kalian masing-masing sebelumnya? 

A: Awalnya sesederhana dari nongkrong bareng sih, terus ya iseng aja coba jamming masuk studio for fun. Tapi lama-lama kok asik juga, dan kemudian coba kami garap dengan lebih proper aja.

HB: Kenapa mainin musik seperti yang kalian mainin sekarang at the first place? Mix dari ‘70s funk, bahkan ada unsur afrobeat-nya dengan sensibilitas garage rock dan sentuhan middle eastern dengan vibe dancey? Apa yang menarik dari style musik kayak gini bagi kalian?

A: Awalnya karena referensi musik yang kami dengerin banyak yang sama di era itu juga, dari ’70s funk, afrobeat, anatolian rock, dll. Lalu kami putuskan itu yang mungkin bisa jadi benang merah di band ini. Beberapa materi awal muncul begitu aja; riff-riff yang bernuansa Timur Tengah saat jamming. Mulai dari situ, kami coba kembangkan sekaligus digging lagi.

“Misalnya ada idiom broken English, ini mungkin broken Arabic.”

Faktor utama yang sangat menarik bagi kami adalah dari segi sound yang sesuai dengan selera kami, vintage dan “renyah”. Tentu juga dengan latar belakang sejarah musik Timur Tengah yang kalo ditelusuri masih sangat relevan dengan berkembangnya musik Indonesia di dekade 50an, 70an, hingga sekarang. Musik bernuansa Timur Tengah tentu bukan hal baru di Indonesia. Kami coba untuk mengemasnya dengan versi kami. Mungkin bisa dibilang semacam revival, entah juga, kami kembaliin ke pendengar yang bakal menilai, hahaha.

HB: Apakah faktor influence musik Timur Tengah itu yang bikin kalian juga nyoba nulis lirik dalam bahasa Arab? Ribet nggak tuh pas rekaman? Sejauh apa kesulitannya nulis dan nyanyiin lirik berbahasa Arab?

A: Udah basah berenang aja sekalian, kira-kira bisa dianalogikan seperti itu, hahaha! Ya biar lebih total aja sebenernya, tapi nggak menutup kemungkinan juga kami nanti menggunakan bahasa lain, Inggris misalnya, agar lebih general. Kesulitan sejauh ini pada pengucapan, pelafalan, dan aksen, ya soalnya kami bukan native speakers. Misalnya ada idiom broken English, ini mungkin broken Arabic, hahaha. Untuk penulisan lirik, awalnya dibantu translate dari bahasa Inggris ke Arab oleh keponakan saya sendiri, lalu dibenerin lagi secara gramatikal dan pelafalan oleh kerabat dekat saya lainnya yaitu Abdul Kadir. Dia native dari Yaman yang sudah bermukim lama, sejak kecil di Solo. Jadi ada asimilasi Arab-Jawa yang lumayan kental, hahaha.

“Latar belakang sejarah musik Timur Tengah yang kalo ditelusuri masih sangat relevan dengan berkembangnya musik Indonesia di dekade 50an, 70an, hingga sekarang. Musik bernuansa Timur Tengah tentu bukan hal baru di Indonesia. Kami coba untuk mengemasnya dengan versi kami.”

HB: Terus ngomongin soal karya kalian, sejauh ini, kan kalian baru ngeluarin dua single yang denger-denger bakalan jadi bagian dalam debut album Ali. Progress albumnya sendiri gimana?

A: Bisa dibilang proses pengerjaan sudah 85-90% untuk full album kami.

HB: “Dance, Habibi” sempet masuk dalam soundtrack buat skate videonya Vans Asia-Pacific, Nusantara. Gimana ceritanya tuh?

A: Sebenernya karena kami punya banyak temen juga dari skate scene. Kami dulu juga lumayan aktif skateboarding, well, we tried, hahaha. Ya dari pergaulan kami dengan teman-teman skate, lalu mereka tertarik untuk memakai single “Dance, Habibi” di video part mereka. Tentu saja kami support banget. At least, kami bisa berkontribusi di scene yang kami pernah jalanin juga.

 

HB: Menurut kalian, what makes a good skate soundtrack? Any favorite or memorable skate soundtracks?

A: Buat saya sih mood lagu, style skater-nya, dan timing atau tempo yang tepat. Favorit saya pribadi:

Cass McComb – “Sacred Heart” + Sonic Youth – “Superstar” (Jerry Hsu part di video Enjoi – Bag of Suck)
John Coltrane with the Red Garland Trio – “Traneing In” (Mark Gonzales part di video Blind – Video Days)
Interpol – “PDA” (Justin Strubing part di video Foundation – That’s Life)
Dinosaur Jr – “Kracked” (Ed Templeton part di video Toy Machine – Good and Evil)
Notorious B.I.G – “Let’s Get It On” (Antwuan Dixon part di video Baker – Baker 3)

“Artistik dan visual itu sepenting materi musiknya juga sih menurut kami. They both always go hand in hand. Supaya karakter band juga semakin kuat.”

HB: Buat urusan visual dan artistik, Ali juga punya approach yang spesifik dan in a way, berkarakter. Apa yang coba kalian sampein lewat visual output kalian?

John Paul Patton (J): Kami coba selaraskan dengan musik yang kami mainkan aja sebenernya. Karena musik kami cenderung mengarah ke background dan soundtrack musik, sebisa mungkin kami sesuaikan juga dengan visual yang tepat, agar saling melengkapi.

HB: Seberapa penting artistik dan visual bagi Ali sebagai sebuah band?

A: Artistik dan visual itu sepenting materi musiknya juga sih menurut kami. They both always go hand in hand. Supaya karakter band juga semakin kuat.

 

HB: Sejak pertama kali muncul, kalian juga bisa dibilang sebagai band yang nggak sering-sering banget main live atau manggung. Ada alasan khusus kenapa atau emang lagi fokus rekaman aja?

J: Iya betul, poin utamanya karena kita emang ingin lebih fokus rekaman dan menyelesaikan full album dulu.

HB: Menurut kalian, what makes a good gig atau music shows?

A: Venue yang sesuai dengan lineup band dan crowd-nya; ambience yang bagus akan terbangun sendiri setelahnya. Oiya, and good poster as well. Kalo poster/visualnya bagus, bakal lebih menarik buat orang jadi pengen dateng pas liat promonya. Experience-nya jadi lengkap, sepaket. Bukan cuma soal dengerin lagu dan nonton band main aja, tapi juga mata udah dimanjakan dengan poster yang digarap lebih serius. Banyak juga kan contohnya poster-poster acara yang iconic dari zaman dulu sampe sekarang juga. Malah posternya sendiri bisa dibikin jadi souvenir juga atau jadi memorabilia; bisa disimpen, kayak sesimple kita nyimpen tiket-tiket konser memorable yang pernah kita datengin.

HB: Akhir-akhir ini, selalu ada wacana soal band di era sosmed sekarang; band jadi lebih sibuk mikirin konten dan tetek bengek “marketing” daripada art-nya sendiri, yaitu musik. Apa pendapat kalian soal ini?

A: Hmmm, mungkin memang tergantung tujuan dan prioritas bandnya sendiri ya. Apalagi sosmed semakin mempermudah marketing. Berbagai macam gimmick yang nggak relate sama musiknya pun kadang dilakuin juga. Ya, mungkin dengan tujuan agar cepat dapat profit. Profit bisa macem-macem juga sih, bukan cuma nominal uang, bisa kepopuleran atau lainnya, ya tapi kadang ujungnya ke uang juga sih, hahaha! Kalo itu dirasa berhasil buat kelangsungan bandnya sih, ya mau gimana lagi. Terdengar klise dan diplomatis emang.

Kalo menurut kami sih kesenangan ataupun kepuasan itu “mahal” harganya. Jadi ada effort lebih di awal yang sesuai dengan apa yang kami mau, rasanya nggak masalah. Bonus-bonus atau profit itu tadi akan otomatis mengikuti. Kalo nggak, ya mungkin apes, hahaha!

HB: Bisa share ke kami top 5 things, entah itu band, film, artist, dan hal lainnya yang secara langsung maupun nggak langsung memengaruhi Ali sebagai sebuah unit musik?

A: Holy Mountain (film),  Anti Balas (band), Ayam Presto Cipete dan krenyos (kuliner), Vintage MTB (sports).

J: ’60s-’80s Middle East photography.

HB: Oiya, kalian lagi dengerin apa nih akhir-akhir ini? Share tracks favorit kalian masing-masing dong!

A:

Lord Echo – “Terabu”
Meztizo Beat – “El Camino Del Calbalo”
Lettuce – “Gravy Train”
The Sure Soul Fire Ensemble – “La Fachada”
Delvon Lamarr Organ Trio – “Jimmy’s Groove”
Tommy Guerrero – “In My Head”

J:

The Meters – “Ann”
Elite Beat – “The Confuser”
Timothy McNealy – “Sagittarius Black”
Oscar Sulley – “Bukom Mashie”
Surprise Chef – “New Ferrari”
El Michels Affair – “Kahbi”

HB: Sebagai band yang bikin musik yang punya elemen cinematic, dan seperti kata kalian tadi, mengarah ke background atau soundtrack music, kalau musik kalian jadi soundtrack buat film, what kind of movie would it be?

A: Mungkin film drama yang cenderung warm, seperti Le Grand Voyage atau mungkin Little Miss Sunshine.

HB: Last question, siapa itu sebenernya Ali? Hahaha! Kalau Ali adalah sesosok manusia, menurut kalian dia orang yang kayak gimana?

A: Kalo sosok Ali versi kami itu adalah laid back person. Dia adalah seorang family man, hobi jogging pagi, rajin siram tanaman, dan jarang begadang.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Vokalis Yovie & Nuno, Dikta Resmi Cabut
Hiburan

Vokalis Yovie & Nuno, Dikta Resmi Cabut

Sampai Akhir Waktu.

Wuling Motors Hadirkan Mobil Listrik untuk Market Indonesia
Otomotif

Wuling Motors Hadirkan Mobil Listrik untuk Market Indonesia

Mobil listrik ini juga bakal jadi official car partner G20 di Bali nanti.

Berikut Detail Lengkap dari Off-White™ x Nike Air Force 1 Mid "Pine Green"
Footwear

Berikut Detail Lengkap dari Off-White™ x Nike Air Force 1 Mid "Pine Green"

Menghadirkan track-spike outsole.

Akhirnya! Johnny Depp Menang Trial Lawan Amber Heard
Hiburan

Akhirnya! Johnny Depp Menang Trial Lawan Amber Heard

“Juri telah memberi hidup saya kembali.”

Sony Ngumumin Bakal Kembali Fokus Mengembangkan Unit PS5
Gaming

Sony Ngumumin Bakal Kembali Fokus Mengembangkan Unit PS5

Mereka juga berencana stop produksi game buat PS4 mulai tahun 2025.


First Look Air Jordan 1 High OG "Starfish"
Footwear

First Look Air Jordan 1 High OG "Starfish"

Diberi sentuhan siluet Shattered Backboard.

GOSSIP Angkat Culture, Issue, dan Musik Era 70-80an di Debut Collection "BELIEVE" 
Fashion

GOSSIP Angkat Culture, Issue, dan Musik Era 70-80an di Debut Collection "BELIEVE" 

Cek lookbook lengkapnya di sini.

Viral, #FR2 Bikin Kaos Tragedi Lempar Kue Lukisan Mona Lisa
Fashion

Viral, #FR2 Bikin Kaos Tragedi Lempar Kue Lukisan Mona Lisa

Ikutan PO-nya di sini.

Band Asal Bandung, BANANACH, Gelar Tur di Jerman
Musik

Band Asal Bandung, BANANACH, Gelar Tur di Jerman

Buat ngerayain perilisan EP terbaru mereka, ‘Panoptic Litter’.

Catching Up Bareng Anton Wirjono tentang Pentingnya Creative Curation dalam Musik dan Fashion
Fashion Musik

Catching Up Bareng Anton Wirjono tentang Pentingnya Creative Curation dalam Musik dan Fashion

Founder Brightspot Market, The Goods Dept., dan Future10 ngeshare current obsession miliknya.

More ▾