Catching Up Bareng Anton Wirjono tentang Pentingnya Creative Curation dalam Musik dan Fashion

Founder Brightspot Market, The Goods Dept., dan Future10 ngeshare current obsession miliknya.

Fashion Musik
26,010 Hypes

Perkembangan industri musik dan fashion di Indonesia saat ini nggak terlepas dari campur tangan Anton Wirjono, founder dari concept department stores, The Goods Dept, yang ia dirikan untuk memamerkan brand-brand lokal pilihan. Tapi yang nggak banyak orang tahu, kesuksesan The Goods Dept. justru terletak pada semangat “hope for the underdogs” yang jadi misi underground music collective, Future10, yang ia dirikan di tahun 1995. Menurutnya, creative curation punya peran penting dalam memberikan kesempatan bagi emerging talents dan brands bersinar.

Kami berkesempatan buat ngobrol bareng Anton Wirjono di home studio miliknya tentang perkembangan Future10, Brightspot Market, dan The Goods Dept. dalam memberikan impact positif ke industri kreatif di Indonesia serta current obsessionnya saat ini.


HB: Hi Anton, what’s your current obsession? What keeps you busy nowadays?

Anton (A): My obsession is always around music, cool things, creativity and community. But, right now, I am into obsession collecting old music studio gears. Di saat segala hal sudah dipermudah dengan digital, hal-hal analog dan yang dari era sebelumnya justru jadi lebih menarik. Sama juga untuk alat-alat memproduksi musik. Ketidaksempuranaan alat-alat lama ini jadi karakter dan daya tariknya. Tapi gue lihat alat-alat tersebut sudah banyak yang mahal. Keyboard ‘Roland Jupiter 8’ dari tahun 80an sekarang harganya 400 jutaan. Audio compressor ‘Fairchild 670’ dari tahun 1959 kemarin ada yang jual di ebay seharga Rp 4,1 miliar. Yang seru sekarang banyak perusahaan yang bikin clone dari alat-alat vintage yang mahal ini.

 

HB: Future10 punya influence besar atas berkembangnya DJ culture di Indonesia, terutama di Jakarta. Dengan shifting-nya persepsi orang-orang terhadap DJ yang lebih positif, apakah visi Future 10 juga berubah?

A: Sebenernya misinya masih sama, untuk memberi “hope for the underdogs” dan menimba output dari subculture untuk ke audience yang lebih luas sama menyebarkan positivity dan mendorong culture setempat melalui musik dan kreatifitas yang relevan dan berkumpulnya “like-minded individuals” untuk membuka pikiran dan menyajikan inspirasi. Walaupun misi masih sama, aktivitas dan visi kita yang sering kita adjust untuk mengikuti perubahan dan pencapain.

HB: Menurut lo semangat undergound music di Indonesia sekarang gimana? Ada nggak bedanya sama dulu?

A: Semangatnya sangat besar. Terutama karena emang ada perbedaan jauh sama dulu untuk seseorang bisa menemukan dan mendengerkan musik di era digital. Sekarang, semua punya akses ke musik yang luar biasa dengan distribusi musik secara digital. Dulu gue perlu uang, ruang dan waktu yang cukup banyak untuk mempunyai koleksi piringan yang lumayan. Sekarang dari handphone udah bisa punya hampir semua lagu yang ada di dunia dan kita tidak usah memliki atau membelinya. Hasilnya adalah musik, venues, dan acara musik yang undeground di mana audiencenya lebih besar.

HB: Banyak kolektif musik bermunculan dengan warna dan perspektif beragam. Gimana lo melihat perkembangan kolektif musik lokal saat ini? 

A: Perkembangan dari kolektif musik di Jakarta dan sekeliling adalah yang gue harapkan akan terjadi waktu gue mememulai Future10 di tahun 1995. Senang sekali bahwa perkembangannya seperti sekarang. Sudah waktunya scene kita bener-bener ditengok oleh semua orang di dunia.

HB: Selain DJ, lo banyak dikenal orang sebagai entrepreneur di balik project besar seperti The Goods Dept. dan Brightspot Mrkt. Gimana sih journey awalnya? Which came first, music or retail?

A: Startnya semua dari musik. Dari musik gue belajar banyak mengenai membangun brand dari kurasi dan komunitas.

Nge-DJ dan lalu membuat acara adalah awal usaha gue untuk bisa mendapatkan uang dari sesuatu yang gue anggap passion. Di tahun 1992 gue bikin illegal rave pertama di hangar pesawat di San Francisco Bay Area dan di situ pertama kali gue nge-DJ di depan penonton. 3,000 orang bayar $ 20 USD untuk masuk ke acara, tapi isinya sebenernya lebih dari 5,000 orang karena security bocorin orang dari pintu belakang. Sedihnya acara tersebut digrebek polisi jam 5 pagi pas seorang DJ yang namanya Jeno mau mulai setnya untuk sunrise di mana harusnya kita membuka pintu raksasa hangar untuk masukin cahaya matahari.

Sampai Jakarta mulai nge-DJ dan di suruh turun dari boothnya hampir semua club. Sempet nyerah dan akhirnya membuka toko piringan hitam bernama Analog. Dari situ dapet koneksi ke club owners dan DJs di sana. Akhirnya dapat tempat yang memakai sound system Turbosound dari Inggris tapi mereka struggling mendapatkan crowd. Tempat ini bernama Parkit dan di situ kita memulai Future Nights yang selama dua tahun kedatangan tamu-tamu jauh lebih banyak dari kapasitas resmi. Mereka sengaja dateng karena suka musik-musik aneh yang tidak dimainkan oleh club lain. Setelah itu Future10 juga bikin festival musik elektronik dan indie bands pertama di Indonesia bernama Jakarta Movement di Ancol.

Ide dari pasar kaget, membuat music festivals, dan illegal travelling raves yang dulu gue sering bikin memunculkan ide untuk membuat event Brightspot Market. Event pertama menghadirkan 25 vendor dan 5,000 pengujung. Di beberapa event terakhir kita sukses ngehadirin lebih dari 230 vendor dan 78,000 pengunjung selama empat hari.

Setelah Brightspot, tercetuslah ide The Goods Dept, sebuah curated department store yang bertujuan untuk mengkurasi lebih banyak dari kategori kebutuhan kita sebagai manusia. The Goods Dept. jadi retailer resmi pertama untuk rilisan limited edition Nike dan Adidas Yeezy. Collab-collab Goods dengan local brands juga sempet menjadi berita yang menarik. Plus, tote bag The Goods Dept Jakarta telah terjual satu juta unit beberapa waktu lalu.

HB: Menurut lo pribadi, gimana lo ngerasain korelasi antara musik dan fashion?

A: Dari dulu selalu ada interkoneksi yang kuat antara musik dan fashion. Musik menginsprasi fashion dan fashion juga bisa aja menginspirasi musik. Sebut aja punk, glam, new wave, hip hop, metal dll. kita langsung terbayang dengan fashion movement dan aesthetics dari era-era tersebut. Ke depannya akan terus erat.

HB: Apa visi lo sekarang di sektor retail dan lifestyle? How has it been evolved over the years?

A: Seperti yang sudah disadari bahwa creative curation itu bisa menyentuh semua aspek dari kehidupan kita dan membuatnya lebih menyenangkan. Gue bercita-cita untuk melebarkan dan mangapply core thinking ini ke banyak hal lain di hidup gue.

HB: Sebutin beberapa brand yang lo into sekarang! Apa yang bikin brand tersebut menarik?

A: Gue lagi tertarik dengan apa yang dihasilkan setelah ada streetwear boom di fashion. Di sejarah sering kali terjadi pengulangan tapi with a twist untuk jadi sesuatu yang baru. Yang pasti local first. Pergerakan di brand-brand lokal sangat luar biasa dibanding waktu kita mulai Brightspot di Desember 2010.

HB: Share ke kita dong playlist yang lagi lo into sekarang!

A: Bisa di check ke Spotify gue soon akan gue upload playlist-playlist dan di youtube channel Echoes by Future10.

HB: Ngomongin retail trend, what’s next for Indonesia menurut lo?

A: Sooner or later, dunia bakal menyadari bahwa Jakarta dan Indonesia adalah hotspot untuk fashion dan creative culture in general.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Nike SB Collab sama Neck Face Bikin SB Dunk Low?
Footwear

Nike SB Collab sama Neck Face Bikin SB Dunk Low?

Cek bocorannya di sini.

Berikut Detail Lengkap dari AMBUSH x Nike Air Adjust Force "White/Black"
Fashion

Berikut Detail Lengkap dari AMBUSH x Nike Air Adjust Force "White/Black"

Dilengkapi dengan Nike Grind rubber outsoles.

Richardson dan Canal Rubber Merilis Industrial-Inspired Capsule Collection
Fashion

Richardson dan Canal Rubber Merilis Industrial-Inspired Capsule Collection

Menghadirkan lineup graphic t-shirts sampai kalung anjing.

Cek First Look dari Nike LeBron 9 Low “Reverse Liverpool” Berikut Ini
Footwear

Cek First Look dari Nike LeBron 9 Low “Reverse Liverpool” Berikut Ini

Cek detail lengkapnya di sini.

Nike Luncurkan Program Terbaru Bernama "Re-Creation"
Fashion

Nike Luncurkan Program Terbaru Bernama "Re-Creation"

Project buat nge-recycle semua artikel vintage dan deadstock mereka.


Pesepeda Jogja, Rizkiaji "Bob" Primastomo, Bakal Ikut 'UNBOUND Gravel XL' di AS
Olahraga

Pesepeda Jogja, Rizkiaji "Bob" Primastomo, Bakal Ikut 'UNBOUND Gravel XL' di AS

Long endurance bicycling challenge skala internasional, sejauh lebih dari 500 km.

Cek Event Recap dari Java Jazz Festival 2022 Berikut Ini
Musik

Cek Event Recap dari Java Jazz Festival 2022 Berikut Ini

Comeback pasca dua tahun absen dengan lineup menarik.

The Hundreds Umumkan Racing-Inspired Capsule Collection dengan Indy 500
Fashion

The Hundreds Umumkan Racing-Inspired Capsule Collection dengan Indy 500

Menghadirkan mulai dari pullover hoodie sampai trucker hat.

adidas Relaunch Predator Mania 2002 Zinedine Zidane
Footwear

adidas Relaunch Predator Mania 2002 Zinedine Zidane

Bentuk tribute untuk goal volley ikonik sang midfielder yang memenangkan Liga Champions.

Veddriq Leonardo Raih Emas Piala Dunia Panjat Tebing di Amerika Serikat
Olahraga

Veddriq Leonardo Raih Emas Piala Dunia Panjat Tebing di Amerika Serikat

Another one for Indonesia.

More ▾