Memaknai Keragaman Bali dengan Beer Campur Es Bersama Rollfast

Band psych rock asal Pulau Dewata ini berbicara mengenai eksplorasi jati diri hingga harapannya untuk Bali ke depan.

Fashion
32,844 Hypes

Unit psychedelic rock asal Bali yang beranggotakan Agha Praditya, Arya Triandana, dan Bayu Krisna, Rollfast, bukan nama yang asing buat para pegiat musik cadas di Indonesia maupun mancanegara. Terbentuk sejak tahun 2012, Rollfast sukses mengeluarkan dua album berjudul “Lanes Oil, Dream Is Pry” (2015) dan “Garatuba” (2020) di mana rilisannya yang terakhir berhasil mendapatkan review 4/5 dari NME.

Rollfast sendiri merupakan satu dari delapan kolaborator yang tergabung dalam project “Bersama Bali”, sebuah charity initiative besutan BINTANG yang hadir untuk meringankan beban teman-teman yang terdampak pandemi di Bali. Lewat artwork T-shirt rancangan mereka yang witty dengan unsur kearifan lokal Bali yang kental, Rollfast kembali mencuri perhatian banyak orang, kali ini dengan bahasa visual di atas “Kaos BINTANG” sebagai mediumnya. Kami berkesempatan buat berbincang bersama trio tersebut untuk membahas lebih dalam arti di balik artwork ciptaan mereka, sekaligus melihat Bali dari perspektif yang berbeda.


HB: Please introduce yourself! Selain sebagai musisi, denger-denger kalian punya kesibukan masing-masing sebagai creative ya?

Agha: Agha Praditya, bapak rumah tangga yang berkecimpung di bebunyian. Selain di Rollfast juga memproduseri beberapa band di Bali dan ada project electronic yang membuat lagu-lagu, sound design, scoring untuk film/pementasan teater dan iklan-iklan juga. Diluar bunyi-bunyian juga membuat arak dan masakan.

Aan: Arya Triandana, pemuda yang tidak diharapkan Banjar. Selain hingar bingar & berkeluarga dengan Rollfast, saya berekspresi & bersenang-senang atas nama “bwah:spatium” dalam konteks arsitektur, interior & build, produk desain, dan sewaktu-waktu membuat komposisi musik juga.

Bayu: Bayu Krisna, selain bermusik juga tengah ber-arsitektur dengan studio bernama ATELIER 5758, biro jasa arsitektur dengan moto “FORM FOLLOW BUDGET”. Menjadi penyiar radio Irama Jaya, membawa program “Today of Yesterday” buat mengulas musik, diskusi, forum tukar ide dan referensi.

“Beda daerah, beda jargon tapi tetep relate dengan berbeda bersama. ‘Astungkara cair’ ya istilah yang biasa dijanjikan oleh tokoh-tokoh yang sering dimintain sumbangan/subsidi dana gitu kan. Astungkara itu multitafsir kayak ‘Bismillah’ atau ‘Alhamdulillah’ kalo buat orang muslim. Cair yo moga-moga dananya cair bwos.”

HB: Gimana awalnya Rollfast terbentuk? Apa visi awalnya dan apa yang membedakan Rollfast dulu dan sekarang?

Agha: Awalnya dari festival band di SMA dan berlanjut main di bar-bar di Bali Selatan sembari cover lagu orang dan menyelipkan materi-materi sendiri di sela-sela set. Ngumpulin pundi-pundi agar bisa rekaman.

Aan: Awalnya pengen nge-bootleg Black Sabbath, nyekokin nuansa era musik mereka dengan biawak, Bir arak dan tuak. Lama-lama ternyata perspektif kami makin terbuka untuk eksplor lebih jauh. Pas ditinggal drummer dan gitaris satu lagi, kami jadi converting banting setir cari formula yang baru lagi. Dan masih mencari.

Yang membedakan dari Rollfast dulu dan sekarang sih, kalau dulu sangat ingin menjadi Black Sabbath. Tapi makin ke sini makin capek aja berpura-pura. Kalau sekarang lebih mencoba untuk menjadi diri sendiri. Yang ternyata nggak semudah itu hahaha.

Bayu: Rollfast terbentuk awalnya gara-gara jamming di tengah sela-sela latihan band Death Metal kami, bersama Agha dan Aan. Karena kesamaan minat: menjadi Black Sabbath-nya Bali yang pada saat itu (bagi kami) keren.

Perbedaannya dengan sekarang, mencoba melakukan pendekatan yang dekat, mencoba formula yang belum pernah kami lakukan sebelumnya, termasuk menjadi diri sendiri.

Hidden Gems di Bali, rasanya tinggal di Google aja. Mudah sekali. Bali adanya Hidden Crisis.
HB: Ngomongin soal project Bersama Bali, kalian mencoba untuk menghighlight beberapa elemen dari working class di Denpasar lewat design T-shirt ini. Boleh ceritain lebih detail soal cerita di balik ini semua?

Agha: Tidak ada niatan tertentu dalam keputusan untuk menghighlight elemen dari working class Denpasar. Tapi ketika diberikan waktu satu minggu untuk menyetor design, yang terpikir pertama kali adalah persoalan sehari-hari. Baik persoalan kami ataupun cerita teman-teman.

Topik yang pasti muncul di beberapa titik dalam obrolan. Yang sebenarnya membosankan juga untuk dibicarakan saban bertemu. Tapi memang realitanya berulang terus dan mungkin memang perlu juga untuk break agar lebih lebih lega sedikit ketika pulang.

Aan: Keceplosan kebiasaan bilang beres dengan jargon beer + es = beres via percakapan chat grup WA. Yang kukutip juga dari instastory kawan-kawan native Gianyar, Kesiman, dan seputarannya.

Beda daerah, beda jargon tapi tetep relate dengan berbeda bersama. ‘Astungkara cair’ ya istilah yang biasa dijanjikan oleh tokoh-tokoh yang sering dimintain sumbangan/subsidi dana gitu kan. Astungkara itu multitafsir kayak ‘Bismillah’ atau ‘Alhamdulillah’ kalo buat orang muslim. Cair yo moga-moga dananya cair bwos.

Bayu: Menyimak dan menangkap keseharian sekeliling kami: jargon dan celetukan. Di Denpasar, banyak jargon-jargon, pun celetukan-celetukan yang digunakan dalam keseharian: caption instastory dan instagram, candaan di berbagai lingkungan Banjar (balai desa), sampai bisa jadi nama brand clothing. Dinamika jargon dan celetukan ini saya rasa adalah sebuah bentuk selebrasi, euforia, dan kadang terasa sebagai ekspresi untuk menghindari konflik.

HB: Bali punya banyak hidden gems mulai dari kuliner dan industri kreatifnya yang nggak semua orang tahu. Coba sebutin tiga hal menarik yang orang luar harus tahu!

Agha: Banyakkk. Kuliner yang menarik sekarang ada Kedai Madri, untuk sosis Bali ada Bumi Artisan Pork. Kalau arak-arak semenjak pandemi ini banyak banget yang bermunculan. Baternder-bartender ter-PHK mengeluarkan resep-resepnya sendiri. Ada juga yang resep turun temurun keluarga yang semula hanya untuk konsumsi pribadi mulai diperdagangkan.

Aan: Di Bali kadang kita nyampur menu minuman pas ada selebrasi adat. Seperti yang aku bilang biawak tadi. Bir BINTANG, arak, dan tuak. Kalo industri kreatif, kemaren aku sempat tertegun dengan pawang hujan yang mulai famous punya IG dan terkenal sampai mancanegara, yang katanya si Angga aku pun baru tahu, salah satu pawang hujan yang udah tersohor jasanya dipakai sama festival-festival musik bule ternama. Mayan ya.

Bayu: Hidden Gems di Bali, rasanya tinggal di Google aja. Mudah sekali. Bali adanya Hidden Crisis.

HB: Apa harapan kalian buat Bali ke depan?

Agha: Semoga bisa lebih getol ngepush potensi-potensi lainnya selain pariwisata aja sih.

Aan: Harapannya untuk diri sendiri & kawan Bali yang so chill, semoga lebih progresif dengan tepat aja sih, karena kami terlalu ‘konsumtif’ terhadap sesuatu dan super laidback. Nanti kami cuma bisa bengong lagi melihat kawan-kawan dari luar daerah yang ‘progresif’ di Bali. Mengingat di sini ibarat seperti terminal kuningan listrik / kabel roll yang banyak diperebutkan oleh pengguna working space. Peace out :)

Bayu: Harapan saya: tidak ada harapan untuk Bali. “Terbentur, terbentur, terbentuk.”


Capsule collection BINTANG ‘Bersama Bali’ siap hadir di pop-up shop ZODIAC Jakarta mulai tanggal 27 November – 2 Desember 2021. Capsule collection sudah tersedia secara eksklusif via webstore ZODIAC mulai tanggal 28 November 2021. Seluruh hasil penjualan akan digandakan oleh BINTANG dan disalurkan kepada teman-teman yang membutuhkan melalui Rice for Bali.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Gangsar: Nama dan Identitas Baru dari Rollfast
Musik

Gangsar: Nama dan Identitas Baru dari Rollfast

Bakal melakukan debut di Joyland Festival Bali 2024.

Nostalgia Bali Tahun 90-an Bareng Collaborative Collection Terbaru dari Peels dan Homegrown
Fashion

Nostalgia Bali Tahun 90-an Bareng Collaborative Collection Terbaru dari Peels dan Homegrown

Nampilin dua pilihan item, T-shirt dan boarshorts.

Recap Day 2 Joyland Festival Bali 2024
Fashion

Recap Day 2 Joyland Festival Bali 2024

Dari debutnya Bank sampe Eva Celia yang tampil hujan-hujanan.


Recap Day 1 Joyland Festival Bali 2024
Musik

Recap Day 1 Joyland Festival Bali 2024

Pearl & The Oysters dan Shintaro Sakamoto bikin Nusa Dua jadi terasa dingin.

BIAS DOGS Satukan Semua Subkultur yang Jadi Roots Mereka di Koleksi Terbaru
Fashion

BIAS DOGS Satukan Semua Subkultur yang Jadi Roots Mereka di Koleksi Terbaru

Cek langsung koleksinya di sini.

Li-Ning x Hajime Sorayama Capsule Collection
Fashion

Li-Ning x Hajime Sorayama Capsule Collection

Menghadirkan sentuhan style futuristik Sorayama.

Kanye West dan Taylor Swift Masuk Nominasi GRAMMY 2021 Secara Last-Minute
Musik

Kanye West dan Taylor Swift Masuk Nominasi GRAMMY 2021 Secara Last-Minute

Ada perubahan aturan resmi yang memungkinkan.

Nike Berencana Bikin Koleksi LeBron James x Liverpool
Fashion

Nike Berencana Bikin Koleksi LeBron James x Liverpool

Begini kata pemilik Liverpool.

Damien Hirst Mengubah Artwork Album 'Certified Lover Boy' Milik Drake Jadi NFT
Seni

Damien Hirst Mengubah Artwork Album 'Certified Lover Boy' Milik Drake Jadi NFT

Bernilai 10.000 Ethereum.


BINTANG 'Bersama Bali' Pop-up Shop di ZODIAC, Jakarta
Fashion

BINTANG 'Bersama Bali' Pop-up Shop di ZODIAC, Jakarta

Hadir di ZODIAC Jakarta tanggal 27 dan secara online tanggal 28 November 2021.

Rub of Rub Merilis Format Digital EP 'Fluktuasi'
Musik

Rub of Rub Merilis Format Digital EP 'Fluktuasi'

Lebih bereksperimen dibandingkan dengan karya sebelumnya.

RAMENGVRL Nggak Butuh Teman Palsu di Single "Fake Friends"
Musik

RAMENGVRL Nggak Butuh Teman Palsu di Single "Fake Friends"

Lagu ketiga paska gabung dengan label hip hop emerging, Asiatic Records.

Dog Saloon Asal Bali, SOORI, Tawarkan Konsep Fresh lewat Service dan Studionya
Desain

Dog Saloon Asal Bali, SOORI, Tawarkan Konsep Fresh lewat Service dan Studionya

For the love of the dogs.

PORTER Siap Luncurkan Kolaborasi Eksklusif dengan "My Neighbor Totoro"
Fashion

PORTER Siap Luncurkan Kolaborasi Eksklusif dengan "My Neighbor Totoro"

Fans sejati Studio Ghibli wajib beli!

More ▾