Essentials: Mark Soetantyo
Restaurateur sekaligus founder streetwear label, Nothing, ngeshare barang-barang favoritnya.
Dalam edisi perdana Essentials HYPEBEAST Indonesia, kami ngobrol bareng Mark Soetantyo, founder dari Nothing, clothing line dengan arahan grafis berupa vintage erotica dan Asian pop-culture sebagai fokusnya. Selain fashion, Mark juga menyalurkan passionnya di bidang F&B sebagai managing director dari Blue Waves Group yang menaungi sejumlah restoran ternama di Singapura.
Cek breakdown dari barang-barang essentials Mark berikut ini.
Ada cerita di balik Rolex Sub 1680 purchase lo? Special celebration or keinginan dari lama?
Untuk yang follow vintage Rolex pasti tau kalo 1680 atau Red Sub cukup staple, dan nggak gampang juga cari yang good condition. Kebetulan udah lama juga ngincer dan tiba-tiba ada yang nawarin. Kalau ngomongin special celebration, sebenernya Rolex sub 16680 gue lebih special, karena itu Rolex pertama gue dan beli nya pas gue ngerayain ulang taun ke-30.
Apa insight menarik yang lo dapat dari buku “How To Drink Wine” by Grant Reynolds & Chris Stang?
Dua tahun terakhir gue mulai tertarik dengan wine. Sebenarnya awal mulanya karena lockdown tahun lalu. Setelah satu bulan lockdown, mulai bosen juga dan mulai iseng bikin cocktail di rumah terus abis itu coba-coba wine. Banyak artikel online atau publikasi yang cukup serius dan buat market yang lebih “tua”, kebetulan buku ini di kemasnya cukup anak muda, layout dan illustrasinya menarik. Cara penulisannya pun santai dan kocak, gampang banget di bacanya. Cukup jadi go-to reference gue kalau mau cek background wine tertentu.
Boleh ceritain sedikit tentang USB Nothing?
Waktu itu lagi bikin acara launching Nothing di Zodiac. Lagi cari cara buat bikin giveaway yang gampang di bagi-bagi ke yang dateng tapi juga useful. Kadang kalau cuma sticker doang atau pernak-pernik lainnya bisa nggak kepake atau malah dibuang. Pas waktu itu tema koleksinya adalah “between analog and digital”, gue ngerasa USB paling kena. Rela sampe produksi di Australi biar kualitas USB-nya bagus. Untuk yang sempet dapet, bisa dibilang USB ini masuk ke dalam kategori collector item :)
Apa yang lo suka dari aksesoris rilisan Bunney? What makes it special?
Bunney ini cukup seru, kemasannya luxury tapi juga merilis item yang terinspirasi oleh punk, seperti silver stud dan pin/badge, dan hal tersebut cukup menjadi signature mereka. Kolaborasi mereka juga selalu menarik, seperti dengan Aries, Undercover dan Fragment Design salah satunya. Untuk dapetinnya juga gampang-gampang susah karena stockistnya nggak banyak. Uniform staff-nya pun seru, seperi work coat mereka yang dari material Gore-Tex dan New Balance 990V3, salah satu siluet 990 yang menurut gue paling bagus. ‘Ring 2 part’ ini selalu gue pake karena kebetulan wedding ring gue, materialnya half gold half silver. Waktu itu kita mesti tunggu enam bulan untuk dapetinnya karena custom size.
Apa yang paling lo suka dari Sacai x Porter Bi-wallet?
Gue selau into dompet yang compact. Kebetulan di Singapore udah jarang pake cash, kebanyakan kartu atau lewat HP untuk transaksi. Terakhir lagi cari dompet yang cukup classic dan nggak terlalu gede. Pas nemu collab dari dua brand favorite gue, Sacai dan Porter. Bahan nylon juga lagi trend beberapa waktu terahir ini.
Apa aja fitur yang lo suka dari Apple Watch?
Waktu itu sempet baca comment-nya Marc Fraser, salah satu influential figure di Nike, kalau Apple watch itu technical watch yang didesain dengan keadaan dan kebutuhan sekarang, sedangkan jam seperti Rolex dan lain-lain itu merupakan accessories atau jewellery. Awalnya gue beda view, karena waktu itu menurut gue jam cukup untuk menunjukan waktu dan tanggal, tapi setelah gue pikir-pikir lagi menurut gue comment dia masuk akal banget. Apple Watch itu adalah technology product yang bisa membantu orang. Untuk gue selain health app-nya, calendar dan notifikasi-notifikasi nya sangat ngebantu banget di aktivitas gue sehari-hari. Fitur Siri juga bantu banget untuk milih lagu pas nyetir. Kadang gue juga bertransaksi langsung swipe pake Apple watch.
Boleh share playlist musik favorit lo saat ini?
Biasanya gue pasang “Discover Weekly” di Spotify. Suka dapet band-band atau lagu baru. Tapi beberapa lagu yang keep repeating on my playlist:
Tame Impala – Patience
Majid Jordan – Gave Your Love Away
Badbadnotgood – In Your Eyes
Frank Ocean – Super Rich Kids
Art Farmer – Chanson
Blood Orange – Chosen
King Krule – Easy Easy
Tyler, The Creator – See You Again
James Blake – Limit To Your Love
Thundercats – Them Changes
Kita liat ada masker, no touch key, dan hand mist Aesop. Menurut lo gimana keadaan Covid-19 di Singapura saat ini?
Kayaknya sekarang masker dan alcohol spray cukup essential, terutama kita di Asia biasa dengan masker. Sebenarnya tingkat vaksin sudah tinggi sekali, tapi mungkin Singapore cukup kecil dan padat jadi setelah peraturan cukup santai tiba-tiba kasus naik lagi sekarang. Dari data, 98.8% yang positif nggak ada gejala atau benar-benar mild, jadi memang vaksinnya sangat ngebantu.
Karena gue sekarang di F&B, berasa banget, sudah hampir sebulan kita cuma boleh serve dua orang per-meja dan kapasitas restonya juga dibatasin. Tapi yang paling berasa, dari awal tahun sampai sekarang kita nggak boleh pasang background music. Alesannya kalau ada background musik, orang akan ngobrol lebih kenceng dan bisa jadi sumber penularan. Jadi kalau masuk resto/bar sekarang sepi banget (selain suara orang ngobrol), banyak tempat kehilangan soul dan vibe nya gara-gara no music. Music director gue mesti balik ke UK karena udah hampir setaun nggak ada gig sebagai DJ, update playlist aja nggak perlu. Jadi untuk kita yang di F&B dan nightlife industry cukup berasa banget. Jealous juga liat temen-temen di Jakarta atau di Australi.
Apa yang lo suka dari Leica? dan tipe fotografi apa yang jadi favorit lo saat menggunakan kamera ini?
Background gue graphic design, dan sub-major gue photography. Awal kuliah kita memang harus pegang analog camera dan belajar film sebelum boleh pegang digital. Jadi walaupun jaman sekarang kamera HP semakin canggih, pegang physical camera tetep beda rasanya. Si Leica D-Lux ini selain compact dan design-nya yang sleek, cukup easy to use juga. Kalo gue style-nya banyak lebih capturing candid moment, documentary style gitu, jadi gue berusaha banget bawa kamera ini kalau lagi keluar.
Powerbank emang bener-bener essential nih. Boleh ceritain dikit fitur Morphie 2 in 1 ini?
Betul banget, apa lagi buat gue yang cukup mobile. Powerbank ini berhubungan banget dengan penggunaan Apple Watch gue. Karena gue sering di luar, dan Apple Watch ini banyak app yang gue gunakan, gue perlu powerbank yang bisa charging Apple Watch on the go, yang langsung ada charging station Apple Watch-nya. Jadi gue nggak perlu bawa extra kabel. Kapasitas Morphie ini juga cukup besar, gue bisa charge jam, iPhone, karena ada fitur wireless charging-nya, juga iPad di saat yang bersamaan.