Yostria dan Upayanya Merevolusi Pergerakan Technical Wear di Indonesia

Baca exclusive interview kami bersama sang co-founder ORBITGear di sini.

Fashion
31.1K

Tahun 2017 menjadi awal perjalanan ORBITGear menuju pencapaian yang lebih tinggi dengan dukungan dari sosok sang co-founder sekaligus multidisciplinary designer dan branding enthusiast bernama Yostria Gintarsa. Pria yang akrab dipanggil Yostria ini menuangkan passion dan visi misinya yang unik ke dalam setiap artikel ORBITGear dalam menciptakan handmade technical gear yang nggak cuma keren secara looks, tapi fungsional untuk daily wear.

Hypebeast Indonesia berkesempatan untuk mengetahui cerita di balik perjalanan Yostria yang juga bagian dari nominee Hypebeast Next 100 Indonesia 2022, tentang bagaimana ia menjalankan ORBITGear, pandangannya tentang dunia techwear di Indonesia, dan ambisi yang ingin ia wujudkan.


HB: Hi Yos, gimana sih awal lo mulai ORBITGear? Apa arti dari nama ORBITGear?

Yostria (Y): ORBITGear tuh dimulai pada tahun sekitar 2007. Dulu gue mahasiswa rantau di Jakarta dan iseng bikin studio kreatif dengan nama ORBIT Creative buat nyari uang jajan tambahan. Namanya mungkin kepikiran karena gue suka sekali dengan film science fiction macam 2001: A Space Odyssey dan Alien franchise. Nggak sampe satu tahun, gue stop ORBIT Creative buat fokus jalanin label clothing yang nawarin graphic T-shirt.

Kemudian di tahun 2009, gue mulai tertarik dengan softgoods design khususnya tas dan performance apparel yang akhirnya membawa gue untuk bikin brand yang fokus terhadap Tas di mana desainnya banyak dipengaruhi oleh skena outdoor tahun 70-80an kaya vintage Jansport, Kelty, Rivendell Mountain Works hingga Mammut.

Setelah bertahun-tahun, tepatnya di 2017, gue terpaksa tinggalin brand tersebut karena banyak hal. Kemudian gue punya visi untuk bikin brand baru yang lebih modern buat nyambung hidup. Nah, waktu itu gue terlalu fokus sama eksekusi desain dan model bisnisnya sampe agak lupa nyari nama, akhirnya gue keinget ORBIT Creative ini. Jadi yaudah, gue pake aja namanya dengan sedikit tweak yang akhirnya secara resmi dinamai ORBITGear.

Kemudian saat mulai jalanin ORBITGear di 2017 lalu, gue ngajak Billy buat pegang operating dan manufacturing serta Carlos Barus yang fokus di Divisi Creative Content dan sampai saat ini kita bertiga running ORBITGear bareng.

HB: Apakah sebelumnya lo punya latar belakang design?

Y: Sebenernya gue nggak punya formal background di bidang kreatif. Gue kuliah jurusan management dulu, itupun ijazahnya nggak ketebus karena nggak ada duitnya waktu itu. Jadi, semua expertise yang gue punya sekarang kaya product design, textile design, website building, digital marketing sampe branding tuh semuanya self-taught. Ilmunya dapat dari jalanan, hahaha.

HB: Berapa total staff ORBITGear saat ini? Please share workflow team lo.

Y: Total sekitar 37 orang yang full time.

Jadi biasanya flow kerja kita dimulai dari gue buat strategic plan yang mencakup research & development, financial projection dan aspek bisnis lainnya. Dari plan tersebut, semua detailnya distribusikan ke divisi terkait sebagai acuan operasional mereka.

Sementara dalam proses R&D, gue biasanya akan berkoordinasi dengan head designer gue untuk ngerancang konsep produk. Kita bakal kerja bikin draft design, memvalidasi draft tersebut dengan bikin technical drawing yang sesuai dengan proporsi real-life. Setelah semua oke, kita akan mulai bikin beta prototype untuk memvalidasi shape dan volume-nya. Kemudian lanjut ke alpha prototype untuk dilakukan field-test. Produk yang sudah selesai field-test dan lolos bisa lanjut ke tahap produksi.

A lot of research and development is needed to produce technical apparel.

HB: Boleh jelasin tentang design approach ORBITGear?

Y: Pendekatan desain gue fokus sama problem solving. Karena buat gue, desain yang timeless itu adalah desain yang fungsinya bisa menjadi solusi untuk masalah tertentu. Setelah kita bisa mengidentifikasi masalahnya, kita bisa mulai kerja untuk solusinya secara efisien dan terarah.

Nah, karena ORBITGear juga banyak menghadirkan fitur-fitur technical yang fungsional, biasanya dalam proses R&D ORBITGear juga perlu waktu yang cukup panjang untuk field test. Tujuannya buat validasi desain yang kita ciptakan.

Selain itu, cakupan R&D ORBITGear juga nggak terbatas di produk dan desain aja karena esensi dari technical wear itu terletak pada materialnya. ORBITGear juga bekerjasama dengan textile manufacturer untuk mengembangkan technical fabric yang secara khusus dikembangkan oleh ORBITGear seperti elecorSHIELD, elecorFREE, dan elecor580D.

HB: Apa momen paling monumental buat ORBITGear sebagai brand?

Y: ORBITGear banyak melewati titik monumental sepanjang lima tahun perjalanannya. Pertama, mungkin terjadi pada awal 2018 saat ORBITGear berhasil merilis koleksi terbatas dengan harga retail paling rendah di angka $200 USD dan habis dalam waktu kurang dari 10 menit.

Kemudian ada momen-momen kolaborasi yang disambut sangat positif seperti dengan DOMINATE Jakarta dan perilisan koleksi silver jewelries dengan ANTEA TIGRA. Lalu ada kolaborasi dengan label dari Copenhagen; Tobias Birk Nielsen, kolaborasi dengan gaming brand dari Jerman; BACKFORCE, dan kolaborasi dengan TIMEX.

Oh iya, exposure dari media internasional kayak Hypebeast waktu itu juga termasuk monumental buat brand kecil kayak kita.

HB: Apa pandangan lo soal lanskap technical wear di Indonesia saat ini?

Y: Bicara technical wear, mungkin pemahaman terhadap technical wear di Indonesia masih minim. Karena mayoritas masih menganggap techwear itu tentang looks, jadi “technical” masih dipahami sebagai pakaian yang punya banyak strap, buckle dan kantong.

Sementara sesungguhnya, technical wear itu lebih dari sekedar looks dan aesthetic. Technical Wear haruslah fungsional dan harus sesuai dengan kondisi sekitar. Menurut gue, dengan adopsi yang proper, menggunakan product technical harusnya bisa ngebantu kita jadi lebih efisien dalam beraktifitas.

“Menurut gue, technical apparel atau outdoor gear ini sifatnya hanya sebagai complementary subculture dari trend utama yang ada. Jadi, mereka juga nggak akan pernah benar-benar hilang apapun trend yang naik nantinya.”

HB: Apa aja tantangan ORBITGear di fase awal-awal? Apa respon market saat lo launch ORBITGear?

Y: Karena sifat alami dari technical wear yang “mahal” baik dari aspek R&D, biaya material, hingga fabrikasi, otomatis price point produk produk ORBITGear juga cukup tinggi.

Waktu itu, aspirasi local market terhadap local brand kebanyakan mikirnya “Local brand itu harus murah”. Nah, ketika ORBITGear muncul, banyak calon customer yang komentar “padahal brand lokal, tapi kok mahal?”. Ini jadi tantangan untuk kita edukasi kalau apa yang ORBITGear tawarkan lebih dari sekedar fashion.

Namun uniknya, ORBITGear justru mendapat sambutan positif dari customer internasional. Hingga saat ini, hampir 90% customer ORBITGear itu datengnya dari luar dan retailer-retailer kita juga mayoritas ada di kota-kota seperti Paris, Tokyo, Shanghai, Singapura dan beberapa tempat di Taiwan dan Hongkong.

Tapi gue juga bersyukur, secara perlahan, customer Indonesia mulai bisa merespon apa yang kita tawarkan. Dan harapannya ke depan, makin banyak produk ORBITGear di adopsi oleh user-user lokal.

HB: Apa brand luar yang jadi favorit lo? Kalau bisa collab, kira-kira mau bikin apa?

Y: All time favorit gue UNDERCOVER, arcteryx/veilance, dan NIKE. Gue juga lagi suka sama Story Mfg., Tilak, COMFY Outdoor, SOAR Running, sama NEMEN. Kalo buat collab, pengen banget bisa bikin hiking boots sama arcteryx atau buat trail running collection sama NIKE haha.

HB: Kalo ada orang yang mau beli produk ORBITGear pertama kali, apa rekomendasi lo?

Y: R101-ADV MK23 “Nighthawk”!

Alesannya karena itu adalah produk pertama yang gue desain buat ORBITGear dan jadi rilisan pertama ORBITGear yang masih ada sampai sekarang. Backpack ini tahan air dan ukurannya juga pas buat daily atau short travel.

Kemudian, lo dapet banyak hal dari backpack itu. Muat 16” MacBook, bisa dibuka full buat memudahkan packing, bisa dual mode Rolltop or Flap-Top, dan terakhir pastinya modular; di mana lo bisa tambahin storage dengan mengintegrasikannya sama MOD dan nge-build sistem lo sendiri sesuai dengan kebutuhan.

HB: Apa yang biasa lo lakuin saat free time?

Y: Sejak pertengahan tahun 2021, gue sedang mencoba untuk switch ke active lifestyle dan belajar masak! Selain jadi stress reliever, kayanya masakan sendiri tuh lebih sehat. Terus selebihnya sih standar aja kayak suka aktivitas outdoor, manga & anime, gaming, nonton film, koleksi merch musik dan suka sama cycling culture juga.

HB: Gimana lo melihat masa depan technical wear di Indonesia?

Y: Menurut gue, technical apparel atau outdoor gear ini sifatnya hanya sebagai complementary subculture dari trend utama yang ada. Jadi, mereka juga nggak akan pernah benar-benar hilang apapun trend yang naik nantinya.

Jadi, kalau ada perubahan cycle trend dalam beberapa tahun mendatang di mana workwear dan menswear naik lagi misalnya, technical wear yang saat ini banyak mengutilisasi modern aesthetic dan material seperti GORE-TEX akan stay. Bedanya mungkin dari approach yang jadi lebih klasik kayak pakai material ventile cotton, waxed canvas, dll.

HB: Apa project ORBITGear favorit lo sejauh ini?

Y: Bikin gaming chair bareng Backforce, brand gaming peripherals dari Berlin. Itu jadi satu project yang paling berkesan karena berbeda dari apa yang biasa kita lakukan. Ditambah kita dapat informasi bahwa sambutan terhadap gaming chair hasil kolaborasi dengan ORBITGear positif banget dan ada beberapa fans ORBITGear dari berlin yang akhirnya beli gaming chair-nya.

Selain itu ada juga project tribute collection untuk anime favorit gue, ‘Neon Genesis Evangelion’ tahun lalu. Project ini punya nilai sentimen yang besar bagi gue karena gue bisa men-translate colorway EVA unit ke dalam siluet tas ORBITGear.

HB: Apa aja brand-brand dari Indonesia yang menarik perhatian lo saat ini?

Y: Gue suka banget lihat pergerakannya DEVÁ STATES sama MANKIND. Terus OG brand kayak Sagara Bootmakers dan lagi sering juga perhatiin Jalan Sriwijaya. Selanjutnya ada Compass yang sangat progresif dengan siluet baru mereka dan Hijack Sandals yang konsisten banget.

HB: Kalo ada orang yang mau memulai brand technical wear seperti lo. Apa tips dan insight buat mereka?

Y: Pertama, fokus terhadap problem solving karena ketika kita udah tau masalah apa yang ingin coba diselesaikan, design akan jadi lebih mudah dinavigasikan. Di luar sana banyak sekali technical material yang bisa digunakan. Dengan design yang terarah, memilih material dan technical properties pendampingnya akan jadi lebih mudah.

Kemudian fokus sama apa yang lo suka biar kita masih bisa bersenang-senang dalam setiap prosesnya. Dan apa yang dijalani dengan sukacita pastinya akan memiliki “nyawa” yang positif.

Lalu mungkin harus diingat bahwa membangun brand tidak hanya tentang design product, tapi ada tanggung jawab besar sebagai sebuah bisnis agar sustain. Jadi, mungkin bisa juga belajar sedikit tentang management, finance hingga legal stuff sebelum bener-bener mutusin buat mulai jalanin sebuah brand.

Terakhir, cobalah untuk ngebangun apapun dengan integritas. Mungkin memakai material OEM atau bahkan trimming palsu sangat menggiurkan karena bisa dapat looks setara hardware mahal dengan biaya yang murah. Dan saat ketahuan materialnya palsu bisa ngeles dengan bilang “ketipu supplier”. Tapi percayalah, hal tersebut nggak akan bawa brand kalian jalan jauh. Dan harus percaya juga bahwa sesuatu yang memiliki integritas pasti akan nemu jalan untuk sustain dan jadi besar.

HB: Please share ORBITGear’s upcoming project with Hypebeast readers!

Y: 2023 bakal jadi tahun yang menarik karena kita udah nyiapin koleksi yang cukup berbeda dari approach kita biasanya. Kemudian ada beberapa kolaborasi dengan brand lokal dan internasional yang akan dirilis juga nanti. Ditunggu saja yaa…semoga semua bisa jalan sesuai plan.

Shot on OPPO by Meidiana Tahir

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Exclusive Recap: “Originals Block Party” Kolaborasi JD Sports Indonesia, adidas, & Hypebeast Indonesia
Footwear

Exclusive Recap: “Originals Block Party” Kolaborasi JD Sports Indonesia, adidas, & Hypebeast Indonesia

Jadi perayaan dari campaign “The Originals Experience”.

The Originals Experience: Kolaborasi JD Sports Indonesia, adidas, dan Hypebeast Indonesia
Footwear

The Originals Experience: Kolaborasi JD Sports Indonesia, adidas, dan Hypebeast Indonesia

Cek lookbook lengkap dan detail event-nya di sini.

KJTI & DRX WEAR Rilis Jersey Special Edition, “Heritage From The Journey”
Fashion

KJTI & DRX WEAR Rilis Jersey Special Edition, “Heritage From The Journey”

This is not fantasy, it’s a legacy.


Exclusive Preview: Home and Away Kits Timnas Indonesia
Fashion

Exclusive Preview: Home and Away Kits Timnas Indonesia

Dari jersey sampe beberapa item apparel.

VVYND Rilis Single 'Orbit' Untuk Merayakan Perjalanan Self Discovery
Musik

VVYND Rilis Single 'Orbit' Untuk Merayakan Perjalanan Self Discovery

Bertepatan dengan hari ulang tahunnya.

Ini Dia, Event Pokémon Festival Jakarta 
Gaming

Ini Dia, Event Pokémon Festival Jakarta 

Dari fun run hingga kompetisi kartu Pokémon.

NewJeans Rilis MV Lagu Baru “OMG”
Musik

NewJeans Rilis MV Lagu Baru “OMG”

Ngasih konsep unik seperti MV “Ditto”.

Jeremy Renner Dalam Kondisi Kritis Setelah Kecelakaan
Hiburan

Jeremy Renner Dalam Kondisi Kritis Setelah Kecelakaan

Pray for Hawkeye.

Seniman Korea Selatan Ubah Paper Bag McDonald’s Jadi Lampu
Seni

Seniman Korea Selatan Ubah Paper Bag McDonald’s Jadi Lampu

Menjadi ciri khasnya sendiri.


Simple Plan Siap Gelar Konser di Jakarta & Surabaya
Musik

Simple Plan Siap Gelar Konser di Jakarta & Surabaya

Berjudul ‘The Harder Than It Looks Tour’.

Jisoo BLACKPINK Siap Rilis Album Solo di 2023
Musik

Jisoo BLACKPINK Siap Rilis Album Solo di 2023

Melengkapi pencapaian Jennie, Lisa, dan Rosé.

Air Jordan 1 High “Black Toe” Balik Lagi di 2023?
Footwear

Air Jordan 1 High “Black Toe” Balik Lagi di 2023?

Jadi bagian “Reimagined” series.

Acne Studios Buka Retail Store Pertama di Singapore
Fashion

Acne Studios Buka Retail Store Pertama di Singapore

Dan yang pertama di Asia Tenggara.

List Film dan Series Original Netflix Januari 2023
Hiburan

List Film dan Series Original Netflix Januari 2023

Udah siap nonton karya terbaru Junji Ito?

More ▾