Ngomongin Pentingnya Konsistensi dan Esensi Kolaborasi bareng Arief Muhammad

Plus cerita project spesialnya bareng Thrive Motorcycle dan hal yang menginspirasinya saat ini sebagai content creator.

Otomotif
20,145 Hypes

Sebagai salah satu sosok creatives dan content creator terpopuler sekaligus paling produktif di Indonesia saat ini, Arief Muhammad kayaknya nggak bakal slowing down anytime soon. Dari seluruh keterlibatannya dalam sejumlah projects bareng banyak entitas, kolaborasinya beberapa waktu lalu bareng Thrive Motorcycle buat bikin Vespa custom edisi spesial sangat menarik perhatian. Dalam kolaborasi yang juga ngelibatin brand miliknya, Prepp Studio, itu, mereka nggak cuman ngerilis custom Vespa limited edition, tapi juga ngebagi-bagiin vespanya gratis buat publik.

Dari situ, Hypebeast Indonesia ngajak ngobrol Arief Muhammad buat nyari tahu lebih banyak cerita dibalik project tersebut. Nggak hanya itu aja, kami juga ngobrol panjang lebar soal ketertarikannya sama otomotif, pentingnya konsistensi, esensi kolaborasi baginya, serta hal apa aja yang menginspirasinya buat punya energi yang nggak abis-abis sebagai content creator.


HB: Rief, gimana awalnya project kolaborasi Prepp Studio x Thrive bisa kejadian?

Arief Muhammad (AM): Sebenernya idenya berawal dari keinginan clothing brand gue, Prepp Studio, untuk bikin sesuatu buat nunjukkin brand positioning kita dengan bikin sesuatu yang seru dan fresh. Akhirnya, kami kepikiran ide soal “Gimana kalo Prepp Studio itu adalah sebuah motor?” Awalnya sih gitu, sama sekali belum kepikiran spesifik Vespa, tapi lebih ke kalo Prepp Studio itu sebuah motor, kira-kira bakalan jadi motor yang kayak gimana dan ujung-ujungnya ya yang kayaknya paling cocok sama personality-nya Prepp tuh ya Vespa.

Dari situ, lanjutlah bikin sesuatu yang berhubungan sama Vespa, yaitu bikin custom Vespa yang dimodif sesuai karakternya Prepp Studio sendiri. Ketika masuk bagian nyari modifikator, kami langsung kepikiran sama Thrive. Menurut gue, Thrive adalah one of the best custom motorcycle workshop di Indonesia saat ini. Kami lalu ngobrol, mereka langsung cocok dan nyambung, jadinya jalan lah sama mereka. Vespanya sih jadi medium aja untuk project ini.

HB: Gimana lo ngetranslate spirit Prepp Studio as a brand ke custom vespa ini? Bagaimana proses kreatif dan background ide dari desainnya?

AM: Sesederhana kami nge-breakdown karakter Prepp Studio sebagai brand tuh gimana, dan kami nemuin keywords “stylish”, “simple”, dan “fun”. Kami lalu coba translate bareng-bareng sama Thrive dan munculah si custom Vespa “The Iconic T-026” itu. Kendaraan itu jadi yang paling representatif, based on karakter Prepp Studio as a brand.

HB: Project ini juga bisa dibilang sedikit banyak dipengaruhi sama passion lo yang mendalam soal otomotif. Nah, ngomong-ngomong soal itu, gimana awalnya lo bisa into sama mobil dan motor?

AM: Ceritanya sebenernya agak dramatis, hahaha! Kayaknya awal mula gue suka otomotif itu karena gue dulu sering diajakin sama bokap ke bengkel. Cuma, bukan karena bokap punya banyak mobil terus main ke bengkel, tapi karena bokap gue dulu supir taksi.

Jadi, dulu gue sering diajak ke bengkel buat benerin taksi bututnya itu, dan bengkelnya pun bengkel-bengkel servis, bukan bengkel-bengkel custom. Sejak saat itu, gue sering main ke bengkel dan sadar kalau ternyata kegiatan di bengkel itu seru. Ketika ekonomi keluarga membaik pas gue masuk SMA—bokap udah bisa beli mobil dan sebagainya— itu pertama kalinya gue kecemplung di dunia otomotif. Mobil pertama gue itu Mercy W202 C Class, bekas. Ketika punya, saat itu gue langsung bisa bilang, “Ini hobi gue nih”.

“Gue menemukan fakta bahwa kolaborasi itu mempercepat semuanya, apa yang pengen lo capai akan bisa lebih cepat tercapainya ketika lo berkolaborasi.”

Kalo untuk urusan motor, uniknya dulu gue adalah adalah orang yang paling nggak boleh naik motor sama bokap dan nyokap, jadi gue diharamin buat naik motor pas masih tinggal sama mereka di batam. Gue baru bisa naik motor pas gue merantau ke Jakarta buat kuliah. Motor pertama yang gue beli adalah Vespa matic. Sebenernya, gue baru-baru ini koleksi motornya, karena gue lebih suka mobil—banyakan koleksi mobil. Gue kayak baru ngerasain anak otomotif seutuhnya itu malah ketika gue punya Harley. Dari situ gue kayak makin mulai eksplor, ngulik-ngulik lagi, dan sebagainya.

HB: Menurut lo sendiri, what makes a great vehicle?

AM: Menurut gue sih reliability. Menurut gue, kendaraan itu harus bisa diandalkan, mau kendaraan lo standar, mau kendaraan lo udah dimodifikasi, tetep harus fungsional dan bisa diandalkan. Gue belajar dari zaman dulu ketika masih modif mobil yang nggak mikir kenyamanan, ya makin ke sini makin rela ngurangin tingkat kekerenan demi kenyamanan. Buat gue, mobil itu bisa tetep keren juga kalo lo tetap mikirin comfort dan safety. So, apa yang bikin sebuah kendaraan itu great ya kalau kendaraan itu bisa diandalkan.

HB: Sepanjang karir lo, lo udah banyak berkolaborasi sana-sini. Seberapa penting sih, kolaborasi buat perjalanan seorang Arief Muhammad? Apa sih kualitas dari kolaborator yang lo lihat sebelum lo decide buat collab sama mereka?

AM: Gini, dulu kan gue single fighter banget, nggak banyak temen, karena gue dari daerah, sampe akhirnya gue ada di titik dimana gue ngerasa kalo lo sendiri terus, ya apa-apanya bakal susah; akan lebih berat kalau mau lebih besar. Jadi ya gue mutusin untuk mulai networking, sama banyak orang di bidangnya masing-masing, dan akhirnya mulai banyak collab. Gue menemukan fakta bahwa kolaborasi itu mempercepat semuanya, apa yang pengen lo capai akan bisa lebih cepat tercapainya ketika lo berkolaborasi. Kalau urusan milih partner collab ya simple sih, gue nyari partner collab yang punya value yang nggak gue punya, biar saling melengkapi aja.

HB: Dari semua brand atau entitas otomotif yang lo bisa ajak collab, kenapa Thrive? Apakah ada esensi tersendiri lo menggandeng Thrive?

AM: Yang gue suka dari mereka adalah mereka punya prinsip; mereka nggak mau ngerjain custom motor yang nggak sesuai dengan value mereka. Lo nggak bisa sembarangan dateng ke Thrive dan langsung rikues modif. Kalau menurut mereka nggak cocok dan nggak sesuai standar mereka, ya nggak bisa, nggak bakal dikerjain, rikuesan lo nggak bakal diterima. Kedua adalah approach mereka. Kita bahkan nggak bisa rikues mau modif kayak gimana, tapi malah justru kita diajak ngobrol dulu kayak di psikolog. Mereka nyari tau kita maunya gimana, kita sukanya apa, tanya referensi kita gimana, dan lainnya. Dari situ, mereka yang men-translate itu jadi ide dan style modifikasinya. Gue ngerasa Thrive punya prinsip dan frekuensi yang sama dengan gue dan Prepp Studio, jadi nggak susah buat mereka translate apa yang kita pengen ataupun sebaliknya.

HB: Ngomongin style, how do you describe your style Rief?

AM: Sumpah, gue tuh orangnya simple banget, bahkan kalo lo liat Instagram gue tuh, gue sehari-hari selalu pake apparel dari brand gue sendiri, Billionaire’s Project. Gue jarang banget pake baju yang rame, mostly polos-polos aja. Kalau gue inget-inget lagi, di lemari gue isinya kalau nggak brand gue sendiri ya T-shirt polos dan polo shirt.

“Yang menginspirasi gue sekarang adalah betapa cepatnya orang-orang beradaptasi, dan itu bikin gue terpacu untuk selalu nyoba keep up dan lebih baik lagi dalam beradaptasi.”

HB: Belakangan, hal-hal apa aja yang menginspirasi lo sebagai seorang creatives?

AM: Belakangan, gue terus menerus sadar kalau betapa cepatnya perubahan terjadi. Dulu kan pas zaman Twitter, gue terkenalnya dari dan sebagai Poconggg. Saat itu, gue sempet ngerasa jadi representatif anak muda saat itu; rajin ngetwit dan sebagainya. Poconggg bisa dibilang sempat terkenal banget lalu sampe nggak terkenal lagi. Tiba-tiba ya gue ngerasa sekarang semuanya berubah dengan cepet banget, dari segala aspek sosial media, dan gue sempet ngerasa keteteran juga. Mungkin karena gue udah nggak semuda itu lagi dan menurut gue, anak-anak sekarang tuh jauh lebih kreatif dan lebih bisa beradaptasi dibanding kita-kita zaman dulu. Kalau ngeliat video TikTok sekarang, kreativitasnya nggak ada abisnya. Jadi, yang menginspirasi gue sekarang adalah betapa cepatnya orang-orang beradaptasi, dan itu bikin gue terpacu untuk selalu nyoba keep up dan lebih baik lagi dalam beradaptasi.

HB: Sebagai Youtuber yang udah bikin banyak banget konten di Youtube, boleh share ke kami nggak, top 3 konten lo yang paling memorable buat lo dan alasannya?

AM: Top 3 konten gue malah bukan vlog yang secara teknis paling bagus, tapi malah justru ada ceritanya di belakangnya. Pertama pastinya wedding proposal gue ama bini gue, tahun 2015. Itu karena tadinya kan gue orang belakang layar, bukan tipe depan layar. Pas awal-awal bikin konten Youtube, gue agak kesulitan menyesuaikan karena nggak biasa ada di depan kamera, challenging banget saat itu buat bikin konten yang proper.

 

HB: Itu awal-awal banget tuh ya?

AM: Bener, awal-awal gue nyemplung di Youtube.

HB: Terus video apalagi Rief?

AM: Video favorit gue lainnya sih pas gue sekeluarga traveling ke Swiss, karena itu memorable banget, lebih ke momennya. Satu lagi mungkin ketika gue bisa bikin video series otomotif sama Road Party, pas awal-awal pandemi. Itu juga challenging karena kita bikin konten yang lumayan banyak di saat perizinan sulit, tapi ujung-ujungnya seru dan bahkan videonya mecahin rekor MURI sebagai konten otomotif yang paling banyak ditonton di Youtube.

 

HB: Menurut lo, apa hal yang paling challenging sebagai seorang content creator?

AM: Konsistensi. Ketika gue mulai di Twitter tahun 2009, gue nggak tau kalau sosmed bakal jadi industri. Dulu gue ngetwit-ngetwit aja, nyampah-nyampah aja di Twitter, lama-lama dijalanin, kok ada industrinya, terus gue dapet kerjaan dan penghasilan dari situ, akhirnya sadar ini bisa buat hidup, jadinya makin ngulik-ngulik lagi. Dulu, istilah selebtwit itu belum jadi istilah kayak sekarang. Kita cuman orang biasa yang followersnya banyak aja. Istilah “selebtwit”, “selebgram”, “youtuber” belum ada. Dulu orang taunya cuman “blogger”. Intinya, setelah ngelewatin beberapa era; dari dulu tulisan sampe sekarang audiovisual, yang paling susah itu jadi konsisten sih. Sebagai content creator, lo bikin 10-50 video itu masih bisa lah, tapi ketika lo harus bikin video bertahun-tahun, konsisten bikin konten, itu kan nggak gampang. Struggle-nya disitu kan tuh content creator, buat selalu konsisten.

HB: What would be a day in the life of Arief Muhammad?

AM: Hidup gue sekarang udah “bapak-bapak” banget. Gue tipe orang yang malemnya tidur jam berapa aja, gue pasti bangun pagi. Selain ketemu dan main sama anak-anak gue di pagi dan malem hari, gue mostly menghabiskan hari-hari gue dengan banyak meeting. Mungkin orang liatnya hidup gue seru banget di sosial media, padahal sebenernya di belakang layar, hidup gue tuh isinya meeting semua. Ya sebenernya, hal-hal seru yang mereka liat itu bisa terjadi karena meeting-meeting itu hahaha.

HB: Di sela-sela kesibukan lo sekarang, apakah lo masih nulis? Ada rencana buat bikin buku lagi?

AM: Keinginan sih ada, mungkin sekitar tahun 2018 sebelum pandemi sempet pengen bikin buku lagi. Tapi setelah gue pikir-pikir, yang gue lakuin sekarang ini sama-sama bercerita, mediumnya aja yang beda. Sekarang kan lewat video. Tapi kalo ditanya pengen nulis lagi apa enggak, sejujurnya pengen banget. Buku pertama gue itu dirilis sepuluh tahun yang lalu dan selama sepuluh tahun ini, banyak banget hal yang terjadi. Ya nggak nutup kemungkinan gue bisa nulis lagi sih, dengan pengalaman dan pengetahuan gue yang bertambah.

“Yang akan selalu gue lakukan adalah gue akan bergerak terus bikin sesuatu yang baru; yang jelas, gue nggak bakal diem aja.”

HB: Kalau berandai-andai bisa collab sama siapapun, do you have any wishlist atau semacam dream collab?

AM: Dream collab gue agak ngaco sih, tapi ya siapa tau bisa kejadian, hahaha. Sebenernya ada dua orang sih yang pengen gue ajak collab, Elon Musk dan Gary Vee. Ya kayaknya sama gilanya aja sih, seru juga kalau bisa melakukan hal yang aneh sama mereka. Nggak tau juga bikin apa, tapi gue suka kegilaan mereka dan hal-hal out of the box yang mereka lakuin. Jadi kayaknya bakal sangat fun kalo bisa collab sama mereka.

HB: Any upcoming projects yang menarik? Spill dong kalau boleh.

AM: Nah, gue nggak pernah spill project apa yang akan gue lakukan, hahaha! Karena yang biasanya gue lakukan adalah bikin surprise, yang orang-orang nggak kepikiran, eh tiba-tiba gue bikin. Nggak ada esensinya dong kalo misalnya gue spill, jadi nggak surprise. Tapi ya pastinya ada. Yang akan selalu gue lakukan adalah gue akan bergerak terus bikin sesuatu yang baru; yang jelas, gue nggak bakal diem aja.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Jovem Bikin Leather Keychain Bareng Nice Car!
Fashion

Jovem Bikin Leather Keychain Bareng Nice Car!

Jovem emang nggak pernah kehabisan ide buat nampilin berbagai koleksi sepatu dengan

Ballers Club Studio Ngerilis Collaboration Collection Bareng Zapoli
Fashion

Ballers Club Studio Ngerilis Collaboration Collection Bareng Zapoli

Terinspirasi dari jersey vintage Napoli dan Maradona.

KINE Drop Exclusive Capsule Bareng Morteils
Fashion

KINE Drop Exclusive Capsule Bareng Morteils

Semangat teenage youth.


Ballers Club Studio Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka, “R.F.D.B”
Fashion

Ballers Club Studio Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka, “R.F.D.B”

Terinspirasi dari sepak bola Spanyol.

New Balance Akhirnya Ngeluarin Clog dalam Warna Black dan Beige
Footwear

New Balance Akhirnya Ngeluarin Clog dalam Warna Black dan Beige

Gara-gara demam slip-on.

space& Rilis Debut Collection Unisex '01 Armchair& Foliage'
Fashion

space& Rilis Debut Collection Unisex '01 Armchair& Foliage'

“Celebrating the experimentation of individuality”.

MILLS Rilis Home Jersey Terbaru Timnas Indonesia
Olahraga

MILLS Rilis Home Jersey Terbaru Timnas Indonesia

“Bring Back Glory”.

Seniman asal Jakarta, Dennys Fadhil, Luncurkan Karya Art Toy Perdana
Desain

Seniman asal Jakarta, Dennys Fadhil, Luncurkan Karya Art Toy Perdana

Sekalian bikin pameran yang mencakup karya paintings-nya.

Resmi! Jakarta International Stadium (JIS) Jadi Markas Baru Persija Jakarta
Olahraga

Resmi! Jakarta International Stadium (JIS) Jadi Markas Baru Persija Jakarta

Gimana nih perasaan Jakmania?


Captaineast Merilis Koleksi Comfy Streetwear, "Sanctuary"
Fashion

Captaineast Merilis Koleksi Comfy Streetwear, "Sanctuary"

Cek koleksi lengkapnya berikut ini.

Slam Jam Nge-Twist Jersey Klasik AC Milan Buat Rilisan "Hidden Jersey"
Fashion

Slam Jam Nge-Twist Jersey Klasik AC Milan Buat Rilisan "Hidden Jersey"

Menampilkan emblem yang didesain sama ilustrator Indonesia, Ryan Adyputra.

Tal Maslavi Bikin Sepatu ala Kue?
Footwear

Tal Maslavi Bikin Sepatu ala Kue?

Ada rasa coklat, vanilla, dan strawberry.

Berikut First Look dari COMME des GARÇONS Homme Plus x Nike Terminator High
Footwear

Berikut First Look dari COMME des GARÇONS Homme Plus x Nike Terminator High

Cek detail lengkapnya di sini.

Petrolist Bawa Energy Sirkuit Mandalika di Koleksi Terbaru “SUMMER SPEED”
Fashion

Petrolist Bawa Energy Sirkuit Mandalika di Koleksi Terbaru “SUMMER SPEED”

Berikut lineup lengkapnya.

More ▾