Binar Abiyasa Cerita Soal Perjalanan Namoy Budaya Sebarkan Canda dan Tawa

Serta proses kreatif di balik Compass® “PARACENAMOY”.

Hiburan
160,497 Hypes

Perjalanan Namoy Budaya sebagai salah satu penggerak Jamaican culture lokal memang terbilang masih muda. Tapi, lewat approach menarik yang terbuka ke semua orang dengan deretan konten bertema reggae berbalut pop culture, Namoy Budaya secara organik berhasil meraih loyal followers hingga berkolaborasi dengan Sepatu Compass® buat merilis “PARACENAMOY”.

Kami berkesempatan buat ngobrol bareng sosok di balik Namoy Budaya, Binar Abiyasa, buat ngebahas soal proses kreatif campaign “PARACENAMOY”, musisi lokal favoritnya, sampai manifesto ‘Canda Tawa Only’ yang selalu Ia bawa.


HB: Nar, lo lagi seneng ngapain akhir-akhir ini?

Binar (B): Lagi demen ketawa dan becanda nih as always, ‘Canda Tawa Only’ hahaha. Scrolling meme di sosmed sampe jempol pegel dan lagi demen lagi ngumpulin plat-plat nih buat hiburan telinga dan lagi akrab dengan microsoft word, ngetik-ngetik text script untuk menghibur diri sendiri dan siapa tau bisa menghibur warga nusantara nantinya hahahaa.

HB: Apa hal spesial yang lo lihat dari Jamaican culture, khususnya reggae? Gimana awalnya lo punya ketertarikan di sana?

B: Yang pasti dari musiknya yang identik dengan cengcet-cengcet khas Jamaican music, begitu juga dengan dance-dance-nya. Lucu-lucu enerjik gitu, lemes-lemes tapi bersemangat, woyo tapi nggak ngoyo. Dan yang pasti tone warna yang sering jadi identitas musik dan fashion Jamaika itu sendiri, yaitu rasta style yang sudah menjadi bagian dari konsep fashion brand-brand besar dunia; high-end maupun indie brand. Dari Dior sampai merch store di Legian, semua suka.

Awalnya ketertarikan dengan reggae itu sendiri lahir dari jaman gue pas masih di sekolah, karena kebetulan gue tinggal di daerah pesisir pinggir laut, dan banyak tempat yang muterin musik reggae di warung, angkot, cafe hingga pasar malem. Nggak cuma Reggae, kadangan Dub, Ska dan Rock Steady.

“Messagenya sendiri lebih untuk menghibur temen-temen dan menebarkan canda tawa, karena menurut gue canda tawa itu bisa menular dan membawa efek baik untuk kita menjalani hari-hari. Canda tawa sumber bahagia.”

HB: Gimana sih awalnya lo kepikiran buat bikin Namoy Budaya?

B: Awalnya iseng karena Instagram gue pernah kena banned dan sampe sekarang nggak bisa direstore gara-gara keisengan gue upload meme. Terus gue bikin akun Namoy Budaya tujuannya jadi akun alter ego gue dengan konsep memposting apapun yang berwarna merah-kuning-hijau yang ada di manapun, dan Nama Namoy Budaya pun Plesetan dari salam Namo Buddhaya. Oiya kalo belom tau, Namoy sendiri artinya Yoman kalo dibalik hahahaha.

HB: Lo punya konten-konten yang witty dan juga menghibur. Sebuah translation dari reggae ke pop culture yang sangat menarik. Gimana sih lo ngedevelop ini semua? Apa message yang mau lo sampein?

B: Developnya organik banget. Gue punya tim design yang sama-sama ngulik meme, dan akhirnya kita brainstorming dan mereka merespon ide-ide gue dan dituangkan ke dalam visual 8bit, video 3D, dan grafis yang witty. Untuk ide-idenya pun berjalan seorganik mungkin, kadangan suka ride what’s currently trending dan kita switch jadi ngehe biar mengundang canda tawa hahaha.

Messagenya sendiri lebih untuk menghibur temen-temen dan menebarkan canda tawa, karena menurut gue canda tawa itu bisa menular dan membawa efek baik untuk kita menjalani hari-hari. Canda tawa sumber bahagia.

HB: Lo berhasil menyulap Namoy Budaya menjadi brand dalam waktu singkat, menurut lo apa faktor yang bikin hal ini berhasil di mata komunitas?

B: Faktornya selain dari temen-temen yang support lewat tag-tagan di instagram dan jadi ngegulung. Yang mulanya dari temen-temen sekitar, sekarang jadi warga umum kalo ada warna merah-kuning-hijau mereka ngetag Namoy Budaya dan jujur itu jadi hiburan banget buat gue. Kalo cek HP banyak notifikasi orang ngetag Namoy dengan konten yang lucu dan kadangan niat untuk bikin itu. Gue sangat mengapresiasi itu. Bisa dibilang Namoy Budaya adalah product IP (intellectual property) dari gue pribadi berlandaskan canda tawa. Semoga dari guyon jadi kraton.

HB: Gimana awalnya project sepatu Compass® x Namoy Budaya bisa sampe kejadian?

B: Ceritanya di awal tahun gue dikontak Gonjel. Gonjel sendiri adalah temen lama gue dari zaman akses teknologi masih terbatas. Zaman socmed masih Friendster kita sudah berteman baik hihiihi dan kita sering kontekan untuk bahas ini itu dan bercanda. Dia mengapresiasi kekonyolan gue dan proses kawin silang pun kita lakukan dengan lempar-lemparan ide kreatif yang jenaka sat set sat set.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Compass® (@sepatucompass)

HB: Ceritain dong fakta menarik dari proses kolaborasi ini! 

B: Fakta menariknya yaitu ‘Jurus Sat Set Sat Set’ hahaha. H-3 minggu kita baru mulai buat group WA untuk membahas materi konten foto, video ads dan lain lain. Intense, solid, dan berbobot layaknya energi Brama Kumbara merasuki kami semua hahahaha, candaaaaa.

Konsep photoshoot-nya gue pilih Reggae Bar legendaris di Bali, Apache, sebuah tempat yang cukup nostalgic untuk gue karena kalo dulu kita liburan ke Bali ya mainnya ke Bar Reggae itu.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Compass® (@sepatucompass)

Buat konsep videonya sendiri cukup epic karena mesti menyelaraskan semua konsep yang berlatarbelakang kedokteran. Dan terjadilah gue memerankan dua karakter, yaitu dokter dan pasien yang cukup relate dengan konsep kolaborasinya, “PARACENAMOY”, pemicu tawa penghilang duka. Buat gue ini cukup challenging karena gue belum pernah samsek shooting begituan hahahaha.

HB: Gue penasaran, kalo liat dari IG lo, lo tuh bisa ada di mana-mana ya. Kayak sekarang di sini, besok di sana. Schedule lo tight banget kayaknya nih hahahaha.

B: Hahaha kebetulan Hamdallah kerjaan yang gue lakukan remote dan bisa dikerjakan dimana-mana, dan kebetulan juga gue suka main dan nyamperin temen-temen di tiap-tiap kota untuk tahu info apa yang seru di sana dan di sini. Kalo kata orang bijak, “silaturahmi memperpanjang rezeki”.

HB: Selain lewat konten visual, lo juga Bernamoy Budaya lewat musik. Share dikit dong tentang karir musik lo!

B: Awalnya diajakin mas Bergas main di Zozo waktu itu. Dibuatin acara namanya ‘Namoy in Zozo with Namoy Romansa’. Antusias temen-temen cukup meriah dan tumpah ruah, mungkin pada kangen dengerin Reggae dan Music Khas Jamaica lainnya. Nah, dari situ mulainya karir gue di musik. Dari hari itu, gue mulai diajakin main di sana di mari, seneng banget bisa ketawa-ketiwi sambil menghibur temen-temen dengan bawain Jamaican music khas Namoy Budaya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by haryadita (@haryadita)

HB: Nah, menurut lo siapa musisi lokal dengan roots Jamaican music yang menarik perhatian lo?

B: Tony Q Rastafara karena bisa dibilang dia El Presidente Reggae Indonesia. Kita semua pasti tau dan pernah denger lagu-lagunya. Gue masih nyimpen di kamar rilisan fisiknya. Ada sekitar 2-3 album kayaknya dan dulu pernah nonton dia Live di B Best Menteng.

Heruwa Dubyouth, vokalis band Shaggy Dog ini bikin duo Dub bareng Metzdub. Gue cukup ngikutin dia dari awal dan masih nyimpen beberapa rilisan fisik mereka

Rub of Rub. Segerombolan pemuda Bandung yang membawakan alunan bernuansa contemporary experimental Dub buat ngasih warna baru ke dalam scene Jamaican music. Gue cukup ngefans sama karya-karya mereka.

Imanez dengan album Anak Pantai yang legendaris. Gue hampir hafal semua lagu-lagunya. Walaupun udah almarhum, karyanya masih enak didengar sampai sekarang. Mungkin gue tau lagu-lagunya setelah dia meninggal. Rest in Peace.

HB: Share playlist favorit lo dong Nar!

B: Reggae Bucin. Lovers Rock.

HB: Lo sering melesetin banyak brand jadi bernuansa Namoy. Kalo bisa collab, lo mau sama siapa? 

B: Kalo ada kesempatan collab, gue pengen dengan Wacko Maria karena secara roots masih relate dengan Namoy. Boleh juga kalo jadi Namoy Maria, selain Apparel, rilisan fisik musik, gue mau bikin kotak sampah dari material limbah plastik berbentuk hati warna merah-kuning-hijau dengan message “from trash for trash”.

HB: What’s next for Namoy Budaya? 

B: Sekarang gue lagi mengkonsepkan sebuah warung makanan fast food dengan mood Namoy yang identik dengan tiga warna merah-kuning-hijau . Makanan boleh fast tapi hidup tetep slow.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Carhartt WIP Rilis Koleksi Tote Bag dengan RAMIDUS
Fashion

Carhartt WIP Rilis Koleksi Tote Bag dengan RAMIDUS

Beli satu dapet tiga brand.

Jepang Berencana Buka Kembali Pariwisata
Travel

Jepang Berencana Buka Kembali Pariwisata

Kabar bagus buat yang kangen liburan ke Jepang.

DEVÁ STATES Spring/Summer 2022 "VOID"
Fashion

DEVÁ STATES Spring/Summer 2022 "VOID"

Menghadirkan graphics dan visuals yang eklektik.

Poison Hadirkan Sadness & Playful lewat "SICK SAD WORLD"
Fashion

Poison Hadirkan Sadness & Playful lewat "SICK SAD WORLD"

Cek koleksi terbarunya di sini.

Dibeli Elon Musk, Orang-Orang Mulai Tinggalkan Twitter
Tech & Gadgets

Dibeli Elon Musk, Orang-Orang Mulai Tinggalkan Twitter

Para pengguna Twitter sebelumnya udah mewanti-wanti.


Sneak Peek New Balance MADE IN USA 990v2 dan 990v3 Terbaru
Footwear

Sneak Peek New Balance MADE IN USA 990v2 dan 990v3 Terbaru

Sudah tersedia di webstore HBX.

Kosuke Kawamura Resmi Jadi Creative Director Terbaru UNIQLO UT
Fashion

Kosuke Kawamura Resmi Jadi Creative Director Terbaru UNIQLO UT

Cek apa kata seniman dan designer ikonik Jepang tersebut.

Kementerian Dalam Negeri Hadirkan Layanan berbasis Metaverse, Kovi Otda
Tech & Gadgets

Kementerian Dalam Negeri Hadirkan Layanan berbasis Metaverse, Kovi Otda

Dapat mengurangi potensi korupsi di lingkungan pemerintah daerah.

Blackburn Rovers, Klub Inggris Pertama yang Undang Umat Muslim Solat Ied di Stadion
Olahraga

Blackburn Rovers, Klub Inggris Pertama yang Undang Umat Muslim Solat Ied di Stadion

Yang jadi imamnya kira-kira siapa ya?

Vish by Nevertoolavish dan Kitc Sindir Fenomena Flexing Anak Muda lewat "Banyak Gaya Lu Anjing"
Fashion

Vish by Nevertoolavish dan Kitc Sindir Fenomena Flexing Anak Muda lewat "Banyak Gaya Lu Anjing"

“Kalo temen lu banyak gaya, kasih tunjuk aja kaos ini”.

More ▾