Baskara Putra Bicara Industri Musik yang Serba Instan dan Arahnya Setelah Pandemi

Plus, tiga musisi lokal baru yang menurutnya punya potensi besar.

Musik
10,149 Hypes

Dalam interview terbaru HYPEBEAST Music kali ini, kami berkesempatan ngobrol bareng Baskara Putra, sosok di balik .Feast, Hindia, dan Lomba Sihir tentang industri musik Indonesia yang mengalami banyak perubahan selama pandemi, proses kreatifnya selama di rumah, dream collab, sampai tiga musisi lokal yang menurutnya punya potensi musikalitas besar.


HB: Bas, what’s inspiring you at the moment?

Baskara (B): Elden Ring, and basically all of From Software’s IP, hahaha. From the visual direction, gameplay mechanics, UI/UX application(s) and narrative perspective I think these games are modern masterpiece (s). To say that it’s not art is an insult to those who work to create this wonderful thing. I think they’ve shaped my upcoming Hindia project so much I’ve lost count of how many things I’ve borrowed from them.

HB: Gimana lo ngeliat cara orang-orang menikmati musik sekarang? Ada nggak behaviour baru yang menarik perhatian lo?

B: Puji Tuhan sekarang sepertinya audiens sudah tidak enggan mengeluarkan biaya untuk menonton pertunjukan musik. Semenjak pertunjukan langsung mulai merangkak bisa offline lagi, mau nggak mau banyak performer harus pasang biaya agar pertunjukan bisa berjalan, dan ternyata kehilangan live performance selama dua tahun membuat semua pihak sadar betapa mewahnya pengalaman nonton musik langsung.

Apalagi kita sudah bertahun-tahun dibiasakan dengan pertunjukan gratis yang disponsori oleh perusahaan rokok—jadinya sebelum pandemi sempat dianggap lumrah untuk nonton berbagai act indonesia besar seperti The Adams, Barasuara, Stars and Rabbit dan lain-lain secara gratis… hanya perlu tukar informasi KTP. Nggak heran jika performer jadi susah untuk jual tiket showcase atau konser. Semoga perlahan-lahan makin membaik juga karena momentum yang nggak sengaja lahir karena pandemi ini.

HB: Lo kan udah ada home studio nih, gimana cara lo ngedisiplinin diri sendiri buat terus fokus buat work from home?

B: Ini agak tricky. Gue berusaha disiplin banget sama waktu saat ngerjain proyek sendiri (.Feast, Hindia, Lomba Sihir) karena gue tau nggak akan ada yang bisa negur kalau ngaret-ngaret terus kecuali diri sendiri. Walau ada manager yang selalu ngingetin deadline, cuman ini rasanya beda banget dengan era gue sempat kerja kantoran beberapa tahun di mana ada supervisor mondar-mandir di sebelah tempat lo kerja—tekanan itu nggak pernah ada sekarang, hanya pengingat via WhatsApp aja. Gue biasa bikin google sheet yang bisa diakses oleh seluruh tim dan isinya adalah progress dari tiap-tiap proyek yang sedang berjalan, dan biasa gue update per minggu. Jadi jika ada satu minggu yang perubahannya nggak signifikan, terutama jika di minggu itu gue nggak banyak manggung ke luar kota, gue dan tim bisa tahu bahwa proses kerja gue sedang lambat. Target gue selalu ada perubahan minimal 20% dari apa yang sudah ada di google sheet tiap akhir pekan, hahaha.

“Gue rasa kalau selamanya lo berlomba-lomba untuk lebih hebat secara teknis (di musik) pasti akan capek. Tapi jika lo punya narasi yang kuat (dan yang paling penting adalah nggak dibuat-buat atau dicari-cari), lo akan menyuguhkan karya lo sebagai ‘cerita’, yang kebetulan dibalut musik. Gue rasa ini akan stay lebih lama di hati audiens.”

HB: Ngomongin industri musik yang serba instan, as an artist lo dituntut untuk terus ngeluarin konten dengan pace yang super cepet (single, collab, album, EP, etc). Gimana lo menyiasati hal ini dan make sure semua yang lo rilis tetap on point?

B: Sekarang bikin lagu gampang, hanya modal laptop dan midi controller atau audio interface. Tiap minggu lagu yang rilis ada banyak banget. Pegangan gue dari dulu adalah bahwa semua karya yang gue rilis harus jelas mau ngomong apa, ke siapa, dan cara ngomongnya gimana. Karena jika gue berlomba-lomba perihal teknis, sampai kiamat akan selalu ada orang yang lebih muda, lebih ganteng, lebih cantik, suaranya lebih bagus dan main musiknya lebih jago dari lo. Tapi cerita yang lo punya nggak akan pernah bisa diimitasi oleh orang lain. Karakter dari tiap-tiap proyek gue aja yang sebenarnya gue jaga terus.

HB: Instant gratification bikin banyak musisi baru cepet naik, cepet turun. Menurut lo, apa faktor yang bikin suatu karya or even artist’ persona terus relevan?

B: Seperti jawaban di atas, yang paling penting menurut gue adalah narasinya. Semua orang ngomongin cinta, semua orang ngomongin patah hati. Tiap minggu ada ribuan orang yang putus. Tapi mungkin yang putusnya di samping jalan tol Jorr, jam 12 malam, di tengah hujan lebat dan ban kiri mobil sedan lo bocor, ya cuma lo doang. Gue rasa kalau selamanya lo berlomba-lomba untuk lebih hebat secara teknis (di musik) pasti akan capek. Tapi jika lo punya narasi yang kuat (dan yang paling penting adalah nggak dibuat-buat atau dicari-cari), lo akan menyuguhkan karya lo sebagai ‘cerita’, yang kebetulan dibalut musik. Gue rasa ini akan stay lebih lama di hati audiens.

“Pertunjukan musik harus ‘reset’ pelan-pelan lagi, tapi di saat yang bersamaan audiens jadi rela bayar tiket dengan harga yang ‘wajar’ dari sudut pandang performer, manajemen dan organizer.”

HB: Lo punya lineup project collab yang cukup vibrant. Kalo bisa collab sama musisi Indo lama sampe yang baru, lo paling pengen sama siapa? Why?

B: Dari dulu pengen banget ngajak diva angkatan senior seperti mbak Titi DJ nyanyi di lagu yang mungkin agak jauh dari warna musik beliau, misalnya di .Feast, hahaha. Selalu senyum ngebayangin gimana suara mereka yang megah banget ketemu musik yang sound-nya ‘lebar’ dengan format yang bukan pop. Jika dengan yang baru, gue suka banget White Chorus, sebuah duo elektronik/alternative pop dari Bandung. Penulisan dua orang ini buat gue pakem pol.

HB: Sebutin tiga artist/band baru yang menarik perhatian lo saat ini? Apa unique qualities yang lo lihat dari mereka?

White Chorus: Titik tengah yang mereka temuin antara vokal pop/rnb dan produksian yang eklektik gue rasa pas banget.

Nartok: Banyak yang bilang nge-rap tuh gampang, tapi gue yakin susah banget. Rapper tuh ngomong biasa aja kedengarannya indah, kalimatnya ada ‘rasa’nya, hahaha. Nartok ini flow-nya enak banget didengerin. Nempel banget sama beat, nembus mixing banget juga.

Heidi (The Girl with The Hair): Sebenarnya bukan solois baru, tapi Heidi baru punya dua lagu di mana Ia bernyanyi sendiri dan nggak kolaborasi dengan pihak lain. Orang ini teknisnya gila, penulisannya lebih gila lagi. Dua lagu yang dia punya sekarang macem Jelangkung, ada nyawanya banget.

HB: Covid-19 bisa dibilang bawa banyak perubahan ke semua orang dan industri musik in general. Dari lo sendiri, gimana cara lo beradaptasi and spend your time for the last 18 months? Apa pengaruh besar yang lo rasain dari sisi creative expression sama keinginan lo buat perform depan orang banyak?

B: Gue merasa susah banget nulis karya (lirik maupun aransemen) yang moodnya bright atau happy dua tahun ke belakang. Mungkin karena banyakan di rumah, dan nggak ada pertukaran energi yang besar karena nggak manggung dan jarang ketemu orang banyak. Semua yang gue tulis (lirik dan musik) agak kelam, gelap, dan moodnya ‘biru’ semua, bahkan jika dari awal udah direncanakan mau bikin yang agak bright.

Akhirnya setelah beberapa bulan terakhir ini mulai merangkak performance normal lagi baru gue merasa sensibilitas untuk nulis yang moodnya senyum lebar atau menyeringai ini balik lagi, dan untungnya ditambah dengan pengalaman menulis karya-karya manyun yang kebetulan jadi bisa karena pandemi. Gue juga sempat agak takut lupa cara berinteraksi dengan penonton, hahaha. Untungnya nggak kejadian dan aman-aman aja di panggung.

HB: Gimana lo ngeliat industri musik Indonesia post-pandemic? Apakah jadinya malah melesat atau nge-reset dari awal lagi? Since different times, different approaches to adapt.

B: Both at the same time. Pertunjukan musik harus ‘reset’ pelan-pelan lagi, tapi di saat yang bersamaan audiens jadi rela bayar tiket dengan harga yang ‘wajar’ dari sudut pandang performer, manajemen dan organizer. Sales merchandise merangkak pelan-pelan dari rendah lagi, tapi di saat bersamaan semua kualitas gue perhatikan akhir-akhir ini meningkat karena produsen dan label punya waktu dua tahun untuk mengulik ulang semua proses dari hulu ke hilir. Juga sekarang jadi ada banyak banget format konten dan interaksi baru yang akhirnya mulai jadi ‘lumrah’ untuk artists dan audiens Indonesia, yang nggak mungkin dicoba dan dikulik jika bukan karena dipaksa pandemi. Sekarang, yang pake Discord ngga gamer aja (karena biasanya yang kenal Discord di sini nggak banyak), tapi mulai merambah ke lingkungan musik dan terbukti sukses plus nggak hanya jadi sesuatu yang dipakai saat pandemi aja.

HB: Terakhir, what’s next for Hindia or .Feast? Apa plan lo pas situasi bener-bener balik normal lagi? Share dikit dong soal project musik lo tahun ini or even tahun depan!

B: Ada proyek .Feast dengan satu pihak tertentu yang belum bisa kami announce, tapi saat pertama dapet kabar bahwa jadi jalan senengnya bukan main. .Feast tahun ini akan fokus ‘balik’ ke panggung lagi, karena menurut kami energi utama .Feast yang paling hakiki adalah melihat lagunya dimainkan langsung di atas panggung. Lomba Sihir saat ini sedang keliling-keliling berbagai titik untuk memperkenalkan ulang album perdana kami yang notabene belum sempat dikenalkan dengan proper karena dirilis di tengah pandemi (Maret 2021), dan akan memperbanyak perbendaharaan visual dalam bentuk video musik (karena uang dan tenaganya baru ada sekarang, hahaha). Hindia dalam proses pengerjaan album kedua, ini yang paling berat. Entah rilisnya kapan, yang pasti saat semuanya sudah siap, karena kadang-kadang di musik perihal momentum lebih penting dibandingkan produksi.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Café Kitsuné Buka Gerai Kedua di Indonesia
Kuliner

Café Kitsuné Buka Gerai Kedua di Indonesia

Ngasih vibe dan experience shop and dine yang berbeda dari gerai pertamanya.

Fix! Marko Šimić Tinggalkan Persija Jakarta
Olahraga

Fix! Marko Šimić Tinggalkan Persija Jakarta

Thank you for everything Super Šimić.

First Look Off-White™ x Nike Air Force 1 Low "Green"
Footwear

First Look Off-White™ x Nike Air Force 1 Low "Green"

Cek detail lengkapnya di sini.

'Gummo' x Supreme Spring 2022 Collaboration
Fashion

'Gummo' x Supreme Spring 2022 Collaboration

Cek lineup lengkap dan lookbooknya di sini.

Cek Custom Nike Air Force 1 Edisi Anniversary Ke-25 'One Piece' Berikut Ini
Footwear

Cek Custom Nike Air Force 1 Edisi Anniversary Ke-25 'One Piece' Berikut Ini

Ada “Gum Gum Pistol”-nya Luffy yang beneran bisa di-utilize.


GC Athletics Rilis Debut Collection "SPIRITUALLY ATHLETIC"
Fashion

GC Athletics Rilis Debut Collection "SPIRITUALLY ATHLETIC"

Dalam rangka GROENSCUP XXI Sports Event.

Instagram Bored Ape Yacht Club Kena Hack 38 Miliar Rupiah
Tech & Gadgets

Instagram Bored Ape Yacht Club Kena Hack 38 Miliar Rupiah

Hacker berhasil mencuri lebih dari 100 NFT lewat phishing.

Pake T-Shirt, Elon Musk Temui Menteri Luhut dan Para Delegasi
Hiburan

Pake T-Shirt, Elon Musk Temui Menteri Luhut dan Para Delegasi

Kira-kira ngomongin apa ya?

RRQ Hoshi Berhasil Jadi Juara Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 9
Gaming

RRQ Hoshi Berhasil Jadi Juara Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 9

Ikut juga pada ajang Mobile Legends: Bang Bang Southeast Asia Cup (MSC) 2022.

Gunung Anak Krakatau Siaga Level 3
Travel

Gunung Anak Krakatau Siaga Level 3

Ini kata pihak BMKG.

More ▾