Wasted Collective: Dari Hotel Eco-Friendly Melahirkan Sebuah Brand Sustainable

Founder Wasted Collective, Ronald Akili, berbicara soal gimana pentingnya bersikap fleksibel di dunia conscious fashion.

Fashion
10.9K

Ada sejumlah ungkapan maupun istilah yang saking terlalu seringnya digunakan, makna aslinya malah jadi memudar. Dari sekian banyak istilah yang dimaksud, “sustainability” bisa dibilang jadi salah satunya. Istilah tersebut sebenernya punya definisi yang kuat dan mendalam, sebelum belakangan ini digunakan sekenanya.

Nah, hal itu jadi sesuatu yang Ronald Akili—salah satu pendiri brand bernama Wasted Collective—pengen perbaiki. Didirikan pada tahun 2020 bersama dengan mantan Global Design Director-nya Nike, Jesse Levya, Wasted Collective merupakan label apparel berformat seasonless yang mempromosikan lifestyle yang bebas dari sisaan dan limbah produksi. Entah itu bikin kantong untuk T-shirt menggunakan jaring nelayan bekas atau mewarnai produknya pakai arang dan pewarna alami, pendekatan brand tersebut terhadap isu sustainability lumayan segar dan langsung apa adanya.

“Semua yang kami bikin itu berdasarkan pada tiga prinsip: reuse, recycle, atau recraft,” Akili menjelaskan. Kami ingin membuat produk sustainable yang nggak cuma nyaman dan terlihat bagus, tetapi juga fungsional.”

Ronald Akili juga merupakan sosok dibalik Potato Head, creative village resort ramah lingkungan di Bali. Dibuka sejak 2010 silam, tempat yang sekarang udah menjelma jadi sebuah ikon ini berlokasi di lingkungan Seminyak yang vibrant dan menjadi terkenal karena perspektif mereka soal sustainability dalam sektor perhotelan. Meneruskan keberhasilan tempat itu yang dirasa masih terus berlanjut, dengan segala pelajaran yang diperoleh sana sini, membuat Akili pengen memperluas hal tersebut ke lebih dari sekedar hotel.

“Ketika kami pertama kali membuka Potato Head, kami sadar bahwa kami sering dipaksa untuk berkompromi,” cerita Akili. “Namun, seiring berjalannya waktu, kami berhasil untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut. Nah, itu yang kami lakukan juga dengan Wasted Collective.”

Meskipun relatif baru sebagai sebuah label, Wasted Collective adalah brand yang patut mendapat perhatian. Nggak kayak banyak label lainnya yang mendeskripsikan diri sebagai “sustainable”, pendekatan Wasted Collective nampak lebih teratur dan jelas perihal praktik dan metodenya, sesuatu di mana Akili berminat untuk tetap melanjutkannya.

“Bagi kami, ini adalah soal menjadi transparan dalam apapun yang kami lakukan, nggak berusaha untuk menyembunyikan sesuatu,” ungkapnya. “Baik itu adalah teknologi terbaru, supply chain baru, atau bahkan mungkin mengetahui bahwa sesuatu yang kami sedang lakukan ini bisa dilakukan dengan cara yang lebih sustainable, kami ingin terus belajar dan membagikannya.”

“Salah satu contohnya adalah ketika kami membuat sebuah karya seni pada kemeja klasik Bali. Di tengah proses pembuatan, kami ketemu dengan supplier yang ngumpulin jaring nelayan yang sudah nggak dipakai lagi untuk dibuang ke laut. Hal itu membuat kami berpikir ulang di saat proses udah setengah jalan dan mulai menjalankan ide untuk membuat kantong dalam kemejanya menggunakan jaring bekas yang udah nggak terpakai tersebut. Fleksibilitas macam itulah yang saya pikir membuat kami unik.”

Capsule collection terbaru dari Wasted Collective juga merupakan contoh utama dari fleksibilitas brand ini. “Kami menemukan tipe baru dari Japanese cotton untuk collection sebelumnya, jadi kami memutuskan untuk mengganti banyak hal dengan cotton tersebut, tidak memakai lagi apa yang kami gunakan sebelumnya,” cerita Akili lagi. “Pada dasarnya, penggunaan cotton tersebut adalah cara yang lebih sustainable karena bakal hemat air. Ketika Anda mengenakannya, rasanya langsung nyaman dan beratnya pun pas, rasanya pun juga sangat premium.”

Banyak brand di industri fashion jelas bisa belajar dari cara-cara dan pendekatan Wasted Collective terhadap isu sustainability, namun di sisi lain Akili sadar bahwa jika ingin mengubah sesuatu dan menjadikannya bertahan lama, dibutuhkan effort yang sifatnya kolektif.

“Kami banyak belajar dari industri fashion, tapi saya pikir mereka bisa belajar dari kami juga,” ujarnya. “Yang menarik bagi saya adalah orang-orang mulai berbagi cerita soal sumber daya mereka daripada menjadikannya “rahasia dapur”. Ini adalah hal kita semua inginkan, petunjuknya ya ada di kita sendiri. Kita tahu kita bisa maju ke arah yang lebih baik dalam mengupayakan fashion untuk jadi lebih sustainable, namun kita harus melakukannya secara kolektif. Makin banyak industri yang peduli dengan hal ini, bakalan lebih baik lagi nantinya bagi semua orang.”

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Cek Buku Resep Kuliner yang Ada di Film “My Neighbor Totoro” dan “Lost in Translation” Berikut
Kuliner

Cek Buku Resep Kuliner yang Ada di Film “My Neighbor Totoro” dan “Lost in Translation” Berikut

Ada juga resep menu dari film-film ternama lainnya.

HYPEBEAST Resmi Merilis Daftar 'HB100' untuk Tahun 2021
Fashion

HYPEBEAST Resmi Merilis Daftar 'HB100' untuk Tahun 2021

Berikut isi lengkapnya.

Vault by Vans x Cali Thornhill DeWitt "Global Warning" Capsule Collection
Footwear

Vault by Vans x Cali Thornhill DeWitt "Global Warning" Capsule Collection

Cek koleksi bertema thought-provoking berikut ini.

McDonald's di Cina Siapkan Sepeda Statis untuk Dine In
Kuliner

McDonald's di Cina Siapkan Sepeda Statis untuk Dine In

Videonya viral di TikTok.

Rootrats Kembali Hadirkan Koleksi Bernuansa 90an Penuh Attitude Lewat “Drop 3”
Fashion

Rootrats Kembali Hadirkan Koleksi Bernuansa 90an Penuh Attitude Lewat “Drop 3”

Diisi enam artikel heavy-weight T-shirts dengan visual buatan FR3LAN.


Kering dan LVMH Bikin Pernyataan Resmi Merespon Tuduhan PETA
Fashion

Kering dan LVMH Bikin Pernyataan Resmi Merespon Tuduhan PETA

PETA temukan bukti kekerasan hewan dari rumah jagal di Indonesia.

Pot Meets Pop x Ican Harem x Ykha Amelz x Phantasien Capsule Collection
Fashion

Pot Meets Pop x Ican Harem x Ykha Amelz x Phantasien Capsule Collection

Triple collab eksklusif buat Fash Futur Fest.

Dior Tunjuk Kylian Mbappé Jadi Global Ambassador Terbaru Mereka
Fashion

Dior Tunjuk Kylian Mbappé Jadi Global Ambassador Terbaru Mereka

Berikut detailnya.

DRIPSNDROPS™ dan Graffiti Artist asal Malaysia, Katun, Berkolaborasi Rilis Toys dan Merch Eksklusif
Desain

DRIPSNDROPS™ dan Graffiti Artist asal Malaysia, Katun, Berkolaborasi Rilis Toys dan Merch Eksklusif

Cek koleksinya berikut.

COMME des GARÇONS x Nike Premier Heels
Fashion

COMME des GARÇONS x Nike Premier Heels

Sebuah tribute untuk sepatu bola Nike Premier keluaran tahun 1992.

More ▾