FFFAAARRR: Stories, Context, & Seeing Space Bravely
Pertemanan dalam satu ruang dan pikiran.

FFFAAARRR: Stories, Context, & Seeing Space Bravely
Pertemanan dalam satu ruang dan pikiran.
Studio arsitektur asal Jakarta, FFFAAARRR, terus konsisten buat nunjukkin kalau mereka adalah salah satu suara paling fresh di lanskap desain Indonesia. Didirikan sejak tahun 2017 oleh Fauzia Evanindya, Andro Kaliandi, dan Azalia Maritza, FFFAAARRR hadir dengan approach yang nggak cuma soal bentuk, tapi juga soal cerita, konteks, dan keberanian buat ngacak ulang cara kita ngeliat ruang.
Proyek-proyek mereka—dari BSD Communal Housing yang nyari cara hidup bareng di tengah kota, sampai pameran Occupying Modernism yang ngebongkar ulang warisan arsitektur modern Indonesia—selalu punya benang merah: eksploratif, puitis, dan nggak takut buat nyoba hal baru. Mereka juga aktif di ranah budaya, kayak ngerancang Borobudur Souvenir Center dan ikut serta di London Bookfair 2019.
Satu hal yang paling gampang terlintas ketika dengar nama FFFAAARRR adalah cara mereka ngerespon konteks lokal tanpa jatuh ke hal yang klise. Mereka nggak cuma bikin bangunan, tapi juga bikin percakapan—tentang kota, identitas, dan masa depan ruang hidup kita. Lewat akun setiap karya mereka, FFFAAARRR, kalian bisa ngeliat gimana mereka ngejaga proses tetap cair dan terbuka, sambil ngajak komunitas buat ikut mikir bareng.
Di tengah kesibukan mereka bertiga, Hypebeast Indonesia berkesempatan buat ngobrol bareng FFFAARRR. Kita ngobrol banyak sama ketiganya, dari awal mula mereka terbentuk, eksplorasi dalam bentuk, kebiasaan unik masing-masing, sampai bahas soal kantor mereka yang unik.
HB: Dari dulu bareng di kampus, terus sempat jalan sendiri-sendiri di studio besar, apa turning point yang bikin kalian yakin: “kayaknya kita harus bikin studio bareng deh”?
FFFAAARRR: Pada dasarnya kami bertiga berteman baik dan gak pernah berhenti ngobrol sejak ketemu 2007 di kampus. Walaupun jalan kerja sendiri-sendiri, tapi sesekali ada proyek teman-teman yang dikerjakan bersama.
Ada satu masa dimana kami banyak ngobrol tentang kerjaan setelah Fauzia selesai sekolah S2 dan Andro sedang menangani jenis proyek pameran. Saat itu masih tahun 2016 dan kami mulai drawn to design practices sifatnya lebih fluid, bisa mengerjakan banyak skala, tidak melulu yang bentuknya bangunan. Termasuk membicarakan presence figur arsitek seperti apa dan praktik arsitektur apa yang ingin kita jalani.
“Pada dasarnya kami bertiga orangnya seneng main dan bersenang-senang, tapi kalo urusan kerjaan kita intensitas seriusnya relatif tinggi.”
- FFFAAARRR
All and all, semuanya berjalan organik banget, karena kami punya minat yang sama. Jadi rasanya natural aja untuk next step dalam hidup untuk bikin biro sendiri, dan pas banget kami bertiga gak pingin kerja sendiri-sendiri. Jadi kami bertiga join forces dan mendirikan FFFAAARRR.
HB: Di banyak karya kalian, vibe-nya selalu playful tapi tetap sharp. Dari mana asal muasal mindset tsb dan siapa di antara kalian yang paling “nggak bisa serius”?
FFFAAARRR: Pada dasarnya kami bertiga orangnya seneng main dan bersenang-senang, tapi kalau urusan kerjaan kita intensitas seriusnya relatif tinggi.
Mungkin kesan playful itu muncul karena kami membuka diri untuk untuk keluar dari pakem arsitektur konvensional sebagai sole reference. Juga keinginan kami untuk memberi warna dan kesegaran di skena arsitektur Indonesia. Jadi sebenarnya main-mainnya kita tetap bisa dipertanggungjawabkan, balutannya saja yang terlihat santai, padahal sebenarnya kami bertiga dasarnya pemikir dan overthinker banget lho. Cuma memang yang nggak bisa serius kerja dan emosi dikit kalo lagi kelaperan, itu RRR (sambil tertawa).
“All and all, semuanya berjalan organik banget, karena kami punya minat yang sama. Jadi rasanya natural aja untuk next step dalam hidup untuk bikin biro sendiri, dan pas banget kami bertiga gak pingin kerja sendiri-sendiri. Jadi kami bertiga join forces dan mendirikan FFFAAARRR.”
- FFFAAARRR
HB: Kalian kan sering eksplor media non-arsitektur—tapi ada nggak momen atau karya dari luar arsitektur (film, musik, pameran) yang bener-bener ngerubah cara kalian lihat ruang?
FFFAAARRR: Kami bertiga terinspirasi dari banyak hal yang berbeda-beda sih. Karena setelah kita lulus dari UI, kami bertiga menapaki jalur hidup yang berbeda-beda, bahkan sampai sekarang. Jadi apa yang dilihat dan dirasakan juga beragam. Tapi kita rutin ngobrol, berbagi, dan belajar mengerti hal-hal tersebut. Mungkin itu yang bikin trajektori kita kaya namun tetap sejalan.
FFF: Film Space Odyssey lumayan membuat gua berfikir tentang respon makhluk hidup terhadap hadirnya objek baru di lingkung bangunnya, di momen dimana monyet-monyet melihat tiang monolith kotak hitam di antara bebatuan alam mereka. Kontras dan respon object baru yang super unfamiliar itu menarik banget dan banyak membuat gua berkontemplasi.
RRR: Salah satu yang memorable banget pas melihat karyanya James Turrell di Chicu Museum kali ya. Ngeliat efek warna-warnanya di ruang yang sebenernya simpel banget. Atau konser Hyukoh dan music video-nya yang warna doang. Banyak banget ngambil inspirasi here and there sih, gak spesifik. Nonton film juga bukan yang langsung jadi terinpirasi sepenuhnya, tapi ada some part—seperti tone misalnya, yang akhirnya berpengaruh buat gua.
AAA: Tapi kurang lebih kita bertiga sama-sama enjoy pas trip ke Teshima sih. Karena banyak banget hal-hal yang bisa jadi referensi dan inspirasi kami dalam melihat ruang. Kekosongan ruang, adanya titik-titik air, jatuhnya cahaya, pokoknya hal-hal yang cuma bisa dirasakan dan nggak bisa ditangkap lewat foto.
“Setiap karya dibuat secara intentional, dan well thought-of. Desain yang kami buat juga sebenarnya tailor-made untuk setiap klien/karakter/brand dan memang gak ada template default untuk semua proyek yang bikin proses jadi instan.”
- FFFAAARRR
HB: Kantor kalian di rumah tua yang di-convert jadi studio. Apa cerita di balik space itu dan apa influence-nya ke vibe kerja sehari-hari?
FFFAAARRR: Studio kami saat ini berada di rumah Eyangnya Fauzia. Ini satu-satunya space yang tersedia untuk dihuni secara cuma-cuma di waktu kami memulai FFFAAARRR di 2017 tanpa modal dan tanpa proyek (sambil tertawa).
Ruang 3×10 yang kami huni ini tadinya adalah garasi untuk dua mobil jejer depan belakang, sekarang kami juga occupy ruang depan 6×5 yang adalah garasi dua mobil jejer samping. Jadi basically ini garasi empat mobil yang sekarang jadi ruang kerja sehari-hari untuk 15 orang di kantor.
Karena ini memang rumah tua yang dimiliki oleh kakek dan neneknya Fauzia, jadi memang vibes “rumah Eyang”nya lumayan kenceng. Walaupun kita posisinya Jaksel banget, tapi kita tuh sebenernya ada di gang yang dulunya kampung Kebayoran. Ada vibe rumahan yang apa adanya dan ekosistem yang berbeda dengan tipikal kantor di gedung, ruko, atau di rumah gated community yang relatif steril. Sering banget kita jajan di warung sembako depan kantor, tukang batagor jadi doorman kita, dan berinteraksi dengan warga sekeliling kantor.
Sejak tahun lalu kami juga take over sewa laundry kiloan di samping pangkas rambut di rumah Pak RT seberang kantor kami untuk dijadikan ruang meeting kecil dengan renovasi seadanya. Kontras-kontras ini sih yang kami somehow enjoy dan tertarik banget eksplor keseimbangannya di sehari-hari.
“Always in survival mode! Sport jantung rutin liat rekening”- FFFAAARRR
HB: Kalian banyak kerja bareng brand dan kolektif lokal—biasanya apa sih hal menarik yang kalian liat sampe bilang “ini menarik banget untuk kita turun langsung”?
FFFAAARRR: Kami seneng banget kerja bareng brand yang punya value yang sejalan dengan kami dan pastinya open for exploration untuk keluar dari zona nyaman mereka!
HB: Fujifilm GFX100RF itu spirit-nya ngajak kita ngelihat lebih mindful dan intentional—nggak buru-buru capture. Kalian relate nggak sama prinsip itu dalam proses desain kalian?
FFFAAARRR: Relate dong! Setiap karya dibuat secara intentional, dan well thought-of. Desain yang kami buat juga sebenarnya tailor-made untuk setiap klien atau karakter atau brand dan memang nggak ada template default untuk semua proyek yang bikin proses jadi instan. Pokoknya kita cherish banget mindfulness dalam mendesain, dan happy banget kalo ketemu klien yang ngerti kalo creative process yang whole tuh butuh waktu.
HB: Kalau bisa nge “freeze” satu momen dari hari-hari kalian sebagai FFFAAARRR—yang paling ngewakilin siapa kalian—itu momen apa dan kenapa?
FFFAAARRR: Mungkin momen lunch time di kantor bareng anak-anak kali ya. Jam makan siang di kantor kita tuh lively dan selalu bareng karena kantor kami provide katering lunch and dinner.
Kami bertiga pun pas lunch time biasanya beda-beda, RRR biasanya udah duduk manis di meja makan sambil kerja, FFF lagi huru hara pinjem mobil terluar di parkiran untuk jemput anak sekolah, AAA baru dateng habis meeting di luar—semuanya melakukan hal-hal beda-beda tapi pada akhirnya ngumpul di lunch time. Banyak obrolan informal menarik di saat team lagi rehat, rutin juga kita main games bareng-bareng setelah selesai.
HB: In one word, apa hal paling underrated dari jadi studio kecil yang masih independen?
FFFAAARRR: Always in survival mode! Sport jantung rutin liat rekening…..
HB: What’s next in 2025 for FFFAAARRR?
FFFAAARRR: Tahun ini kita mau explore different medium dan mencoba initiate hal-hal yang lebih independen. Kepingin ada smaller pieces of FFFAAARRR yang bisa di akses publik lebih banyak, nggak mesti berupa jasa desain spasial aja.
“Ruang 3×10 yang kami huni ini tadinya adalah garasi untuk dua mobil jejer depan belakang, sekarang kami juga occupy ruang depan 6×5 yang adalah garasi dua mobil jejer samping. Jadi basically ini garasi empat mobil yang sekarang jadi ruang kerja sehari-hari untuk 15 orang di kantor.”
- FFFAAARRR
HB: Apa object paling nyeleneh tapi favorit yang ada di studio kalian sekarang?
AAA: Ikan Cupang milik salah satu team kita di kantor!
FFF: Space Next Door kita—ruang samping pangkas rambut ex laundry kiloan yang kita jadiin ruang meeting meeting,
HB: Favorite project dari masing-masing?
FFFAAARRR: Mungkin proyek yang paling memorable buat kami:
AAA: Indonesia Bertutur, banyak memori interaksi dengan team yang besar banget, sampe satu studio kita turun tangan.
FFF: Baun, ini salah satu proyek pertama kita, ada partisipasi yang sama dalamnya dari tiga principal sekaligus, such a rare thing to happen nowadays.
RRR: 32do Bali, mungkin salah satu proyek terbesar pertama dan terlama yang pernah kita handle.
HB: TOP 3 FAVORITE COMFORT FOOD?
FFF: Bakmi sih, tapi sorry dulu nih sama warga Chindo utara dan barat, karena pilihannya bakminya Jaksel pribumi banget nih seleranya, Bakmi Boy Melawai dan Bakmi Jhon Sampit.
AAA: Nasi Goreng Aping kebanggan warga Cibubur.
RRR: Bo Shin Myeong Ga, restoran Korea best untuk RRR yang merupakan duta Korean culture di kantor.
“Tahun ini kita mau explore different medium dan mencoba initiate hal-hal yang lebih independen. Kepingin ada smaller pieces of FFFAAARRR yang bisa di akses publik lebih banyak, gak mesti berupa jasa desain spasial aja.”
- FFFAAARRR
HB: Share your studio playlist!
FFFAAARRR: Range musik kita luas banget, dari Men I Trust, The Marias, Sunset Rollercoaster, Steve Reich, lots of Khruangbin, Utada Hikaru, beda-beda banget. Tapi kalau lembur semua musik bakal keluar juga sih, yang bikin hype seperti Rihanna, Pitbull, Ne-Yo, RnB 2000an, Korean music IU terutama, muncul semua. Overall masih cukup millenial friendly sih hahaha.
HB: Kalau FFFAAARRR nggak pernah kejadian, menurut kalian masing-masing kalian akan jadi apa sekarang?
AAA: Fotografer! Dulu sebenernya pernah juga menjajaki kemungkinan karir ini, namun tetap kembali ke arsitektur deh (sambil tertawa).
FFF: Kemungkinan besar bakal fokus di bidang aktivisme perempuan atau HAM gitu kali ya. Anaknya suka tergerak ikut demo nih agak SJW kecil.
RRR: Food reviewer atau owner toko boba sih (sambil tertawa).