50 Album yang Mendefinisikan 2025 Versi Kami

Membagi 50 pilihan kami ke dalam debut, comeback, kolaborasi, nama besar, hingga permata tersembunyi.

Musik
2.2K 0 Komentar
Save

Jika 2024 didominasi satu album bernuansa hijau elektrik yang merajai zeitgeist budaya sejak rilis di pertengahan musim panas, 2025 terasa jauh lebih kolektif. Album-album paling berpengaruh tahun ini menampilkan daya cipta yang luas dan sinematik, memicu dialog budaya yang menggugah, dan terus mengaburkan batas-batas genre dengan cara yang makin mendebarkan.

Debut berdatangan dari deretan nama baru yang menjanjikan dan sosok-sosok yang sebelumnya bergerak senyap di balik layar subkultur musik seperti Monte Booker, Ovrkast., dan Kal Banx. Jika masa depan musik berada di tangan para musisi ini, kita bukan hanya aman—kita benar-benar dimanjakan.

Para heavy-hitter menghantam lebih keras dari sebelumnya, dengan kesuksesan Bad Bunny lewat DeBÍ TiRAR MáS FOToS yang memecahkan begitu banyak rekor, menjadikan Benito artis pertama yang memuncaki tangga streaming Spotify empat kali berturut-turut, kembali membawa pulang gelar itu di 2025 dengan 19,8 miliar stream. Geese garapan Cameron Winter, rilisan Tyler, the Creator DON’T TAP THE GLASS, dan album ROSALÍA LUX—semuanya memecahkan rekor dan batasan, menegaskan keberanian artistik yang belum pernah kita lihat sebelumnya, ketika nama besar dan pendatang baru sama-sama melesat jauh melampaui pakem konvensional.

Ini jelas tahun yang akan tercatat dalam buku sejarah musik, jadi kami membagi 50 album yang mendefinisikan 2025—angka yang terus saja bertambah—ke dalam lima kategori: debut, heavy-hitters, comeback, kolaborasi, dan hidden gems.

Simak daftar lengkapnya di bawah ini.


Debut:

2025 adalah tahunnya debut besar-besaran. Dari musisi indie hingga rapper underground, banyak nama melangkah ke skena dengan karya paling matang dan terasah secara kreatif.

Liim – Liim Lasalle Loves You


Dan kami pun jatuh cinta pada Liim Lasalle. Di usia 22 tahun, sosok yang bijak melampaui umurnya ini menyebut dirinya hanya “cowok biasa” dari Harlem, dibesarkan oleh kerasnya New York City dan rasa komunitas di lima borough, tak gentar sedikit pun oleh pujian yang mengiringi debutnya Liim Lasalle Loves Youtelah ia kumpulkan. Dengan restu resmi dari Tyler, the Creator (mungkin sambil pakai Supreme) di sakunya, ketidakmampuan Liim untuk berpura-pura dan menjadi selain dirinya sendiri justru menjadi bahan bakar musik lintas genrenya saat ia menanjak. Album berisi 12 lagu ini melayang penuh jiwa antara rap, pop, R&B, dan indie, dengan momen puncak di lagu-lagu seperti “For The Both Of Us” – tempat ia mengurai pikiran pasca putus secara nyaris mengalir bebas – dan “Le Pouvoir Noir” yang sepenuhnya berbahasa Prancis. Ini sekaligus semua genre dan bukan genre mana pun. Ini Liim Lasalle.

Dengar kalau kamu suka: Tyler, the Creator – khususnya era Flower Boy dan CALL ME IF YOU GET LOST

Monte Booker – noise ( meaning )


Sosok berpengaruh yang diam-diam membentuk suara banyak musisi selama lebih dari satu dekade, pendiri Zero Fatigue ini akhirnya memperkenalkan dirinya secara resmi sebagai solois tahun ini lewat noise ( meaning ), debut besar Monte Booker yang dengan mulus menyatukan berbagai genre dan menumpuk tekstur ambient di sepanjang 14 lagu yang terjalin tanpa celah. Daftar kolaborator andalannya juga hadir menebalkan pengalaman mendengarkan ini: wajah-wajah familiar seperti Smino, reggie, dan Ravyn Lenae mengangkat “lights,” “awake,” dan “no good,” sementara pendatang baru visioner seperti Planet Giza, Young Pink, dan chlothegod terus membangun jalur artistik mereka sendiri.

Dengar kalau kamu suka: hip-hop Chicago, video YouTube “lo-fi” berdurasi sejam

SAILORR – FROM FLORIDA’S FINEST


Didahului “Pookie’s Requiem,” gaya SAILORR sudah bicara sendiri. Datang dari, bisa ditebak, Florida, musisi keturunan Vietnam-Amerika ini memperlakukan musiknya seperti hal lain dalam hidupnya: dengan kejujuran tanpa henti yang menyala terang dalam debut LP bernuansa jurnal pribadinya. Berayun antara energi hot-girl di puncak dan rentan di titik paling down, FROM FLORIDA’S FINESTadalah perkenalan yang mengesankan dan apa adanya pada sosok SAILORR, baik sebagai seniman maupun individu. Produksi atmosfer berpadu dengan vokal pengakuannya yang lirih dan rap pelan nan terkontrol di sepanjang mixtape, sebuah surat cinta sonik untuk kisah hidupnya.

Dengar kalau kamu suka: SZA—kalau saja dia berasal dari Florida

Jim Legxacy – black british music (2025)


Jim Legxacy sudah lama membentuk wajah skena underground U.K., tapi tahun ini, lewat black british music (2025)mixtape, ia semakin terdorong ke sorotan arus utama. Sebagai kapsul waktu beberapa tahun terakhir hidup sang rapper, lanjutan dari homeless n*gga pop musicini adalah tenunan lintas waktu yang merajut genre, era, sampel, dan gaya menjadi kisah coming-of-age yang lahir dari tanah asalnya sendiri.

Dengar kalau kamu suka: Wayne Rooney, SKINS UK

Ovrkast. – While The Iron Is Hot


Produk sejati Bay Area, jejak Oakland terasa di setiap sisi Ovrkast. Ketidakpeduliannya yang menular dan sikap nyaris blasé adalah bagian dari superpower soniknya: kemampuan bermanuver luwes antara kursi depan dan belakang SUV yang dimodifikasi. Di usia 27, ia sudah mengukuhkan nama sebagai produser tajam yang menggarap lagu untuk Drake dan Earl Sweatshirt; kini ia mantap membangun katalog sendiri sebagai rapper solo.While The Iron Is Hotmenandai langkah pertamanya sebagai sosok depan layar, dirakit oleh kecakapan produksi dan lirik yang memikat, nyaris kontras: cool khas California yang menular bertemu alur bercerita yang terasah dan salah satu pena paling tajam di skena.

Dengar kalau kamu suka: beat di “If The Shoe Fits” dan “El Toro Combo Meal”

John Glacier – Like A Ribbon


Debut yang sangat tepat judulnya dari John Glacier, sosok lain-dunia yang tak bisa dikotak-kotakkan. Dinamai Like a Ribbonkarena struktur komposisinya—terbagi menjadi tiga bab metaforis yang terurai layaknya pita—album ini terasa mulus dan licin, dingin sekaligus intim. Glacier tidak menahan apa pun, meluncur tanpa beban di atas produksi yang lapang dan atmosferik, dengan vokal datarnya yang tegas menguasai 11 trek unik. Dari sisi produksi, ia dibantu jajaran nama besar lintas spektrum, termasuk Flume dan evilgiane.

Dengar kalau kamu suka: Little Simz

WHATMORE – WHATMORE


Kalau ada satu hal yang menggambarkan tahun terobosan WHATMORE, itu adalah: setia pada bentuk aslinya. Brigade berlima asal NYC yang berapi-api ini pertama bertemu di lorong LaGuardia High School, lalu perlahan merangkak naik ke playlist dan soundtrack pesta para lokal—tanpa sekali pun meninggalkan etos segar, bersemangat, dan tanpa kompromi khas New York. Dihuni Cisco Swank, Yoshi T., Jackson August, $eb (Sebastiano), dan Elijah Judah, WHATMORE merangkul rasa nostalgia menular yang sebelumnya jarang dieksplorasi (tanpa terasa cheesy) dan tak kenal batas genre. Debut self-titled ini adalah perwujudan real-time potensi tak terbatas supergrup ini, yang hampir pasti akan membawa kelima New Yorker tersebut jauh melampaui lima borough kota.

Dengar kalau kamu suka: BROCKHAMPTON dan kultur internet

dexter in the newsagent – Time Flies


dexter in the newsagent adalah salah satu suara baru paling menjanjikan dari U.K – dan mungkin yang paling etereal di antara semuanya. Di usia 23 tahun, penyanyi asal South London ini memancarkan pesona santai, dengan vokal lembut penuh rindu yang terasa ideal untuk segala bentuk kerinduan.Time Fliesmenjadi medium dexter menggali langsung duka atas kepergian sang ayah, menemukan pelipur lara lewat melodi yang menenangkan dan transisi yang mulus di sepanjang LP. Sekaligus menghancurkan hati dan memberi harapan, paradoks ini mungkin adalah inti dari kekuatan penceritaan lirik penyanyi yang tengah naik ini.

Dengar kalau kamu suka: rasa rindu yang menggebu dan PinkPantheress, sekaligus

Kal Banx – RHODA


Daftar kredit produksi Kal Banx selama ini sudah lebih dulu berbicara sebelum sosoknya, sampai tahun ini. Pilar Top Dawg Entertainment tersebut pada 2025 saja sudah bekerja sama dengan hampir seluruh roster label dan lebih banyak lagi, termasuk Pink Siifu, SiR, dan Doechii sebagai opening act di tur headlining-nya Alligator Bites Never Healtour. Tahun yang krusial bagi Banx dalam mengibarkan blueprint soniknya sendiri ini juga menjadi momen ketika si multitalenta membuka tirai proyek studio solonya, RHODA. Dengan dukungan A-list dari Isaiah Rashad, Audrey Nuna, Smino, dan Maxo Kream, RHODAmenjadi patchwork artistik yang beragam, sekaligus memajang banyak sosok pengubah bentuk di balik layar seperti reggie, Maxo, dan Mez.

Dengar kalau kamu suka: produksi hip hop bersih dengan nuansa California-meets-Chicago

EsDeekid – Rebel


Salah satu rapper terdepan yang muncul dari lapisan bawah tanah UK, EsDeeKid—yang kini bisa resmi kita pastikan bukan Timothée Chalamet—menjejak skena dengan cukup menggelegar lewat Rebel. Sebuah slow burn yang baru benar-benar menyentuh potensinya beberapa bulan setelah rilis di bulan Juni. Penuh kepercayaan diri khas Inggris dan disatukan oleh produksi kotor bernuansa grunge, Rebel menempatkan sang rapper asal Scouse ini sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan jauh di luar batas UK.

Dengar kalau kamu suka: logat Scouse yang kental

Venna – MALIK


Venna resmi mengukir jalurnya sendiri di ranah jazz-rap lewat debut studio yang impresif, MALIK. Setelah dua EP di belakangnya, saksofonis pemenang Grammy ini memperkenalkan diri dengan gemilang dan megah sebagai penulis lirik solo, sekaligus mengajukan tesis bahwa masa depan jazz modern tampak sangat menjanjikan. Tiap lagu mengalir mulus menyatu satu sama lain, lembut dan hidup dari awal hingga akhir. MIKE, Leon Thomas, Smino, dan Jorja Smith turut meramaikan.

Dengar kalau kamu suka: solo instrumental yang smooth dan berkilau

Comeback:

Tahun ini juga menandai musim comeback yang panjang, dengan kembalinya nama-nama besar dari segala penjuru industri.

Yung Lean – Jonatan


Proyek studio pertama Yung Lean sejak rilisan 2020 Starz, Jonatanmemunculkan persona yang lebih introspektif, menjelma menjadi lanskap suara khas Leandoer lain yang dibasuh eksistensialisme dalam takaran pas. Tak heran, Lean mengkurasi tracklist album ini di tiga tempat super-eksistensial: hutan gelap Swedia, gurun California, dan New York City. “Might Not B” yang menginterpolasi ABBA terasa seperti pinggiran LA, sementara “Babyface Maniacs” memanggil kesunyian hutan, dan “Forever Yung” menemukan pelipur dalam kegelisahan NYC. Sebuah upaya lirik solo dari Lean yang penuh perenungan, seluruh arah artistik Jonatandiawasi langsung oleh Ecco2k dari Drain Gang.

Lagu favorit: “Swan Song,” “Might Not B,” “Babyface Maniacs”

Bon Iver – SABLE fABLE


Bon Iver merilis album paling “bahagia”-nya tahun ini. Lewat SABLE, fABLE– album Bon Iver pertama dalam hampir enam tahun – Justin Vernon berusaha menolak bukan hanya kesedihan sebagai konsep, tapi juga anggapan bahwa Bon Iver hanya bisa mencipta musik berakar duka. Sentuhan kolaborator lamanya seperti Jim-E Stack, Dijon, dan Mk.gee makin mengangkat nuansa album bernuansa jingga-salmon SABLE, fABLEyang banyak terinspirasi akar Vernon di Wisconsin, meski pada akhirnya proyek yang sangat dinantikan ini memperlihatkan musisi Midwestern tersebut keluar dari hutan dan berjalan ke arah cahaya.

Lagu favorit: “Day One,” “From,” “I’ll Be There”

Justin Bieber – SWAG


Comeback besar Bieber datang dengan paket ganda untuk salah satu kembalinya paling dinanti (dan paling tak terduga) tahun ini, tapi rilisan pembukanya terasa lebih menghantam dibanding penerusnya—setidaknya di kantor Hypebeast. Menandai proyek studio berdurasi penuh pertamanya sejak Justice, SWAGmemikul ekspektasi besar untuk rilisan yang diawasi semua mata—dan ia melangkah masuk seolah itu hal paling natural, berkilau dengan produksi dari Mk.gee dan Dijon.

Lagu favorit: “YUKON,” “THINGS YOU DO,” “WALKING AWAY,” “405”

Dave – The Boy Who Played The Harp


Dave menegaskan lagi bahwa penanya termasuk yang terkuat di permainan ini, tanpa rollout formal atau single apa pun di kuartal empat. Manuver yang hanya bisa terlihat begitu effortless di tangan rapper UK berusia 27 tahun ini. Di The Boy Who Played the Harp, LP studio ketiganya, Santan mengaduk alam bawah sadarnya, memuntahkan beberapa bar paling kontemplatif. Ia menoleh ke dalam lewat “History” bersama James Blake dan “My 27th Birthday”, lalu bergeser keluar, mengulas keadaan dunia di “Chapter 16” bersama Kano. Namun, fitur paling mencolok mungkin justru datang dari Jim Legxacy di “No Weapons.”

Lagu favorit: “No Weapons,” “Sundance”

Earl Sweatshirt – Live Laugh Love


Mantra suburban ini terdengar jauh lebih menarik ketika keluar dari mulut Earl Sweatshirt. Sang rapper menamai albumnya Live Laugh Lovebahkan sebelum mulai menulis; awalnya dimaksudkan satir, proses penamaan ini banyak bercerita soal albumnya: sebuah karya yang menampilkan sisi lembut sang rapper—seorang pria keluarga, ayah baru, dan sosok yang tampak damai dengan posisinya kini. Sebuah kapsul waktu anekdot tentang fase awal menjadi ayah dan proses terus menemukan diri—yang diperkuat kehadiran Black Noise, Child Actor, dan Navy Blue—album ini menikmati gema dari Sick!dengan Sweatshirt yang lebih dewasa menabrak tema-tema pertumbuhan pribadi yang sama dewasanya.

Lagu favorit: “INFATUATION,” “Gamma (need the <3)”

Clipse – Let God Sort ‘Em Out

Reuni yang akan dikenang. Dua bersaudara kesayangan hip-hop, Pusha T dan Malice, kembali menyatukan keluarga tahun ini lewat Let God Sort Em Out– lebih dari 15 tahun sejak rilisan Clipse terakhir, Hell Hath No Fury. Inilah cara kembali ke skena dengan benar. Direkam terutama di Paris dan diperkuat produksi tajam Pharrell, Let God Sort Em Outmengingatkan kita siapa Clipse sebenarnya. Dan bahwa tak akan ada yang bisa melakukannya seperti mereka.

Lagu favorit: “Ace Trumpets,” “So Be It,” “Let God Sort Em Out/Chandeliers”

FKA twigs – Eusexua

EUSEXUAadalah gabungan kata “sex” dan “euphoria,” menurut FKA twigs saat pertama kali mengumumkan opus avant-pop empirisnya ini. Sensual, sarat sintetis, dan sangat percaya diri, versi baru twigs ini persis yang kita rindukan enam tahun terakhir. Terdiri dari 11 trek bernuansa dance, EUSEXUAbukan sekadar kumpulan lagu; ini sebuah rasa—dan rasa itu menguasai seluruh tubuh. Terinspirasi cintanya pada musik techno yang makin mengakar selama waktunya di Praha, album ini memanfaatkan energi yang ia serap di warehouse rave dan set DJ underground, lalu diputar ulang lewat lensa kreatif khas twigs. Setiap lagu adalah “eusexua”-nya sendiri, menari antara synth dan string namun selalu diikat oleh vokal etereal twigs.

Lagu favorit: “Girl Feels Good,” “Perfect Stranger”

Dijon – Baby


Muncul tepat waktu, sedikit di bawah empat tahun setelah pendahulunya yang pionir, Absolutely, Absolutelydan baru saja melewati tahun paling front-facing dalam karier musisi low-key ini, LP yang dinantikan semua orang ini adalah persis yang kita harapkan dari Dijon setelah semacam jeda solo terakhirnya. Membangun fondasi Absolutelyyang komposisinya terasa tanpa batas namun kini didekati dari sudut yang kurang hiruk-pikuk dan lebih fokus pada keluarga, Babypada dasarnya adalah proyek solo; sebuah karya rumahan yang hangat, urusan keluarga yang tulus tentang lingkar kecil hidup Dijon yang kini mencakup putra kecilnya. Sejak

Absolutelydirilis, pengaruh Dijon yang sebenarnya tak lagi begitu senyap terhadap zeitgeist musik kian tampak jelas; album yang mentah dan menyegarkan (plus visual live performance di ruang makan) tersebut membuka jalan untuk era baru eksperimen sonik yang intim dan terasa improvisasional. Sesuatu yang kini ia kenakan dengan bangga, musisi ini resmi melepaskan label IYKYK lewat rilisan terbarunya. Berpegang pada kemampuannya menyatukan lirik sangat introspektif dengan trik produksi yang mendorong batas, Dijon melakukan apa yang ia paling kuasai di album ini, dengan sound yang lebih terasah dan produksi yang (sedikit) lebih mengilap.

Lagu favorit: “HIGHER,” “(Referee),” “Baby!,” “Kindalove”

Playboi Carti – MUSIC
Kekacauan, cara Carti. Menyusuri spektrum dari trap ke techno sambil tetap setia pada khotbah rap SoundCloud yang mentah, penerus Whole Lotta Redini tidak mengecewakan. Panjang dan berliku seperti rollout yang bertahun-tahun,

MUSICbergerak lincah di antara 30 trek dan jajaran bintang tamu seperti Travis Scott, Skepta, Future, The Weeknd, Lil Uzi Vert, dan Young Thug. Dengan dampak yang jauh melampaui musik, album ini menandai era baru bagi Carti, yang untuk pertama kalinya benar-benar tampil sebagai sosok depan layar.

Lagu favorit: “FINE SHIT,” “TOXIC,” “I SEEEEE YOU BABY BOI,” “HBA,” “LIKE WEEZY”

Lorde – Virgin
Sebuah catatan coming-of-age yang katarsis dan rekaman kelahiran kembali—beserta seluruh puing-puing yang menyertainya.Virgin, album paling introspektif Lorde sejauh ini, menampilkan cover citra X-ray inframerah panggul Lorde—lengkap dengan IUD. Virgin persis itu: pemeriksaan internal yang ia lakukan sendiri, bukan hanya atas empat tahun terakhir, tetapi juga perasaan yang jauh lebih lama membentuknya menjadi “gadis 16 tahun yang sudah dewasa” yang kini hidup di New York City. Dengan produksi dari Jim-E Stack,

Virginadalah tentang mengizinkan semua emosi berantakan dan kerap disalahpahami itu muncul ke permukaan—banyak di antaranya menemukan bentuk di jalanan NYC: Canal Street, Baby’s All Right, hingga luar Westside Highway.

Lagu favorit: “If She Could See Me Now,” “Clearblue,” “Shapeshifter”

Tame Impala – Deadbeat
Selamat datang kembali, Kevin Parker. Untuk album Tame Impala pertama dalam lima tahun, Deadbeatmemukau dengan pergeseran bentuk yang dibasuh synth. Sebuah belokan jelas dari rilisan 2020

The Slow Rush, LP berlapis yang terinfusi house ini terdengar seperti sensasi setelah berjemur di bawah matahari seharian: sebuah lanskap mimpi psikedelik-elektronik.

Lagu favorit: “No Reply,” “Not My World,” “Loser”

Blood Orange – Essex Honey
Persembahan Dev Hynes untuk kampung halamannya ini menghadirkan beberapa karya paling tulus dalam kariernya, baik dari sisi penulisan maupun produksi.

Essex Honey– album studio kelima sang musisi Inggris dan yang pertama dalam enam tahun – menceritakan masa tumbuh Hynes di Essex, penuh duka dalam bentuk paling visceral dan rentan. Seperti ciri Blood Orange, ia membuat kesedihan dan kegalauan terdengar menyilaukan indah, merenungkan kematian ibunya di banyak titik tracklist. Para kolaborator muncul tepat saat dibutuhkan—beberapa favorit kami: Lorde, Mustafa, dan Daniel Caesar.

Lagu favorit: “Thinking Clean,” “Somewhere in Between,” “I Listened (Every Night)”

Hayley Williams – Ego Death at a Bachelorette Party
Lebih dari empat tahun setelah LP solo terakhirnya, Flowers for Vases / Descansosyang rilis Februari 2021, Hayley Williams kembali memberkahi kita dengan album solo ketiganya, yang awalnya muncul sebagai tumpukan single lepas tanpa judul payung—

Ego Death at a Bachelorette Party– yang juga menjadi rilisan independen pertamanya. Saat ia meratapi karier dan titiknya kini, kegelisahan serta keresahan Williams terasa nyata lewat palet pop dan subgenre indie yang luas di proyek ini.

Lagu favorit:

“Ice In My OJ,” “Showbiz,” “Whim,” “Hard”

Heavy-Hitters:Nama-nama yang jelas wajib masuk; kamu mungkin sudah sering mendengarnya, jadi bagian ini kami buat singkat saja.

Geese –

Getting Killed
Kawanan yang dipimpin Cameron Winter ini kembali berkumpul untuk rilisan studio ketiganya sebagai Geese, yang mengutak-atik ulang struktur tradisional musik rock lewat produksi dari Kenny Beats dan berakhir sebagai sebuah hantaman yang berputar kencang.

Lagu favorit: “Au Pays du Cocaine,” “Husbands,” “Cobra”

Olivia Dean – The Art of Loving
Olivia Dean seolah langsung mengunci nominasi Best New Artist Grammy 2026 begitu

The Art of Lovingmendarat di platform streaming; sebuah rilisan R&B yang memikat, bertabur instrumen mewah dan introspeksi yang anggun. LP kedua Dean yang penuh soul ini terdengar seperti calon klasik masa depan.

Lagu favorit: “Lady Lady,” “Man I Need”

Bad Bunny – DeBÍ TiRAR MáS FOToS
Menguasai posisi puncak di segudang daftar musik akhir tahun, album Bad Bunny

DeBÍ TiRAR MáS FOToSmenunjukkan pada kita betapa kuatnya musik: melampaui jarak dan bahasa untuk menjembatani budaya di seluruh dunia, mengulas konsep pulang sebagai pengalaman kolektif—dan bagaimana rasanya, terutama di tengah perubahan global.

Lagu favorit: “DtMF,” “TURISTA,” “NEUVAYoL”

Tyler, the Creator – DON’T TAP THE GLASS
Mendarat sepuluh bulan setelah

CHROMAKOPIA, proyek kejutan Tyler, the Creator ini mengisi celah yang ditinggalkan rilisan megah 2024 tersebut, menikmati desain suara yang lebih mentah dan bernostalgia ke era pra-smartphone lewat seri konser “No Phones” dengan tiket seharga hanya 5–10 dolar AS.

Lagu favorit: “Big Poe (Sk8brd),” “Stop Playing With Me”

ROSALÍA – LUX
Menggugat ulang peran musik “pop” di era musik modern,

LUXmemperlihatkan kekaguman ROSALÍA pada dunia dalam skala penuh, membayangkan eter luas nan memikat yang dijalin kain budaya global dan 13 bahasa berbeda.

Lagu favorit: “Porcelana,” “Sauvignon Blanc”

Turnstile – NEVER ENOUGH
Eksplorasi luas atas emosi-emosi yang jarang mereka bagikan, proyek studio keempat Turnstile

NEVER ENOUGHmenggubah ulang makna “immersive,” ditemani film pendek yang tayang perdana di Tribeca Film Festival, disutradarai oleh Brendan Yates dan Pat McCrory dari band.

Lagu favorit:

“NEVER ENOUGH,” “BIRDS”

Kolaborasi:Pertemuan perdana dan duet langganan yang sama-sama menyoroti puncak sinergi sonik.

Anysia Kym, Tony Seltzer – Speedrun
Satu lagi rilisan kolaboratif bernuansa langit dari 10k. Proyek Anysia Kym dan Tony Seltzer, Speedrunadalah perwujudan pilar-pilar utama label powerhouse ini: karya seni yang visceral namun sangat terencana. Pola produksi Seltzer yang rapi dan agak tak terduga berpadu menggoda dengan vokal lembut Kym sepanjang

Speedrunyang terdiri dari 12 trek—kebanyakan tak sampai satu setengah menit—dengan total durasi tak sampai 18 menit. Speedrun mudah dilahap sekali duduk, cocok untuk perjalanan, beli kopi, atau diputar berulang saat kamu fokus kerja di kantor.

Puncak sinergi: “Automatic,” “Diamonds & Pearls”

Freddie Gibbs, The Alchemist – Alfredo 2
Satu set menu tiga hidangan panas mengepul, saga kejahatan Tokyo yang memikat, dan satu porsi lagi sinergi kreatif tanpa goyah dari duo ini. Masih sekompak lima tahun lalu, jelas Freddie Gibbs dan The Alchemist meracik

Alfredo 2dengan penuh cinta, menghabiskan banyak waktu di balik proyek lanjutan multi-medium ini dan menyiramnya dengan bumbu, rasa, serta kefasihan kolaboratif yang sama seperti hidangan pertama. Sebuah ode brilian untuk sinergi artistik tanpa batas dari keduanya.

Puncak sinergi: “Ensalada,” “1995,” “Gas Station Sushi”

MIKE, Tony Seltzer – Pinball II
Satu lagi puncak dari dominasi 2025 ala 10K. Menyusul rilisan 2024 Pinball, sinergi Seltzer dan MIKE tampil penuh dan makin terasah di penerus beroktan tinggi, Pinball II. Kebal terhadap batasan genre atau pakem produksi apa pun, proyek kedua duo veteran ini dalam seri

Pinballterdengar seperti versi yang lebih matang dari potensi kolaborasi rapper-producer ini. Semua hal yang dulu masih mereka cari kini telah disuling jadi formula santai—namun tak pernah terasa serampangan.

Puncak sinergi: “Sin City,” “WYC4,” “Prezzy,” “Shaq & Kobe”

Larry June, The Alchemist, 2 Chainz – Life is Beautiful
Inilah hip hop berkelas. Jika hidup enak punya soundtrack, inilah dia. Larry June dan 2 Chainz meninggalkan quiet luxury demi loud luxury yang gamblang, flex halus dan finesse di atas produksi lembut The Alchemist. Jika kekayaan adalah state of mind,

Life Is Beautifuladalah tiket sekali jalan menuju mindset itu.

Puncak sinergi: “Muyon Canyon,” “Colossal”

Saba, No ID – From the Private Collection of Saba and No ID
Jika surga itu bernama Chicago, maka Saba dan No ID jelas pasangan yang berjodoh di tempat; From The Private Collection of Saba and No ID, adalah penghormatan menyeluruh untuk skena hip hop Chicago dari dua jagoan kota itu. Dengaran yang reflektif sekaligus menyegarkan,

From The Private Collection of Saba and No IDberakar pada emosi real-time Saba dan No ID, menghasilkan sajian lirik layaknya stream of consciousness—mulai dari bercanda soal zodiak sampai merenungi tujuan hidup.

Puncak sinergi:

“Every Painting Has A Price,” “Crash,” “Stop Playing With Me,” “How to Impress God”

Hidden Gems:Di balik selubung rilisan-rilisan besar arus utama, tersembunyi deretan lanskap suara yang masih terlalu diremehkan.


Maxo – MARS IS ELECTRICMARS IS ELECTRIC sama sekali tak terdengar seperti Debbie’s Sonatau

Even God Has a Sense of Humor. Maxo membangun dunia naratif yang imersif lewat tawaran 10 trek yang lentur, bertekstur, dan dreamy ini. Mewakili alam bawah sadar, sosok bernama MARS menjadi narator album, simbol dualitas dan kompleksitas yang kita semua bawa. Ini perluasan diskografinya yang disetrum listrik, menampilkan dirinya mengembangkan sound yang lebih atmosferik.

Lagu favorit: “Idk,” “Saturday Love (Cherry),” “Mars Is Electric”

Nourished by Time – The Passionate Ones
Dirilis bulan Agustus, album studio kedua Marcus Brown sebagai Nourished by Time ini adalah katarsis 12 trek yang sesungguhnya. Dibentuk oleh suara-suara dari kampung halamannya di Baltimore, The Passionate Onesmenghadirkan sang musisi merenungkan cinta, kerja, eksistensialisme, kekecewaan, dan harapan lewat lensa metamodernisme. Menyulam genre—elektronik, indie, R&B, jazz, dan hip hop—

The Passionate Ones memperluas world-building artistik Nourished by Time yang berakar pada kritik kapitalisme dan kerakusan korporasi, sekaligus membawa sound-nya ke tempat yang lebih matang.

Lagu favorit: “Automatic Love,” “It’s Time,” “BABY BABY”

Pink Siifu – ONYX’!
Album studio luas sang rapper ini dibangun di atas fondasi

Black’!Antique, dengan Pink Siifu menyelam ke pengaruh punk, jazz, dan spoken word. Introspeksi dalam ditempatkan berdampingan dengan hedonisme textbook; kontras ini dengan tepat menggambarkan kisah yang ingin ia ceritakan.

Lagu favorit: “nun+,” “$4EVA”

Zelooperz – Dali Ain’t Dead
Banyak musisi cepat mengklaim diri sebagai “artist,” tapi Zelooperz benar-benar mewujudkan istilah itu. Sebuah surealisme sonik sejati, dilukis dan ditulis dengan tajam oleh afiliasi Bruiser Brigade ini,

Dali Ain’t Deadmerangkum keluasan seni Z, titik puncak kemampuan kreatifnya yang merentang lebar. Visi tunggalnya meresap di sepanjang tracklist yang melompat-lompat genre, dipertegas hanya oleh dua fitur—Zack Fox di “Push Me Around” dan Paris Texas di “NDA.”

Lagu favorit: “Art of Seduction,” “Broke Ass H*es”

Rocket
Terakhir kali kita meninggalkan Dominic Fike, dia berada di era Sunburn(belum termasuk EP berdurasi 14 menitnya, 14 minutesyang rilis Mei 2024) – sebuah album summer arketipal, penuh nostalgia dan dirangkai melodi gitar lintas-genre. Untuk penerusnya,

Rocket, Fike berhadapan langsung dengan sisi-sisi masa lalunya yang lebih berat dan kurang cerah. Proyek paling introspektifnya sejauh ini, mixtape yang sepenuhnya solo ini membawa kita menjelajah lanskap suara cair ala Fike, menyimpang sampai titik-titik terjauh saat ia mengomentari peran ayah, ketenaran, dan keberuntungan, sambil terus mendaki semesta sonik yang ia bangun sendiri.

Lagu favorit: “Great Pretender,” “Epilogue,” “Aftermath – Edit”

Amaarae – BLACK STAR
Bintang Amaarae sudah lama jadi sorotan, pertama kali menarik banyak mata lewat single terobosan “Fluid” pada 2017. Hampir satu dekade kemudian, seni musisi Ghana-Amerika ini tetap dipandu fluiditas—dalam genre, gender, gaya, dan komposisi suara—mungkin bahkan lebih kuat dari sebelumnya, yang bersinar terang di album studio ketiganya, BLACK STAR. Di sepanjang 13 trek yang memesona ini, Amaarae membawa suara masa kecilnya di Ghana ke panggung global, mengamalgamasi amapiano dan Afrobeats bersama subgenre lokal lain—ghettotech, house, techno, hingga baile funk. Perjalanan naiknya di era internet juga terjalin di seluruh album, dengan synth hipnotis dan jeda dance dreamy yang datang tepat waktu. Disusupi pengaruh para pendahulunya,

BLACK STARmengaburkan beragam suara lokal dan memolesnya untuk era internet—memompa reverb, memeluk AutoTune, sambil tetap menjaga insting tajam untuk menebak perpaduan sonik tak terduga yang bahkan belum kita sadari sedang kita cari.

Lagu favorit: “She Is My Drug,” “Girlie-Pop!”

Rico Nasty – LETHAL
LETHAL milik Rico Nasty LETHALmengenalkan kembali sang rapper reinventif lewat rilisan dirinya yang paling lepas sejauh ini. Tacobella dan Trap Levigne kini tinggal alias masa lalu.LETHALbukan karakter; ini dirinya dalam bentuk paling mentah, Maria. Album studio ketiganya, sekaligus yang pertama di bawah label Fueled by Ramen,

LETHALbergaung dengan nada lebih penuh amarah, personifikasi sisi-sisi dirinya yang dulu terselubung dan kini siap Rico lepaskan. Dengan 15 trek, kompilasi tajam ini meluncur bolak-balik di antara rap dan rock, menghadirkan pengalaman dengar yang jauh dari formula.

Lagu favorit: “WHO WANT IT,” “ON THE LOW,” “PINK”

Niontay – Fada<3of$
Perjalanan naik Niontay sedang berlangsung, dan kita menyaksikannya secara real-time. Rilisan longform pertamanya di 2025 menandai album studio keduanya, Fada<3of$, yang dirilis bersama 10k. Pilihan 19 trek yang mencolok dan minimalis ini membentuk

Fada<3of$yang lahir dari perjalanan Niontay ke London pada musim panas 2024, berujung pada kumpulan lagu yang menggoda abstrak namun tegas, mengaburkan batas genre.

Lagu favorit: “MR.HAVEMYWAY,” “Vice grip,” “So lovely”

PinkPantheress – Fancy That
Menggemakan kalimat yang ia nyanyikan di bait pertama track penutup Fancy That“Romeo,” PinkPantheress benar-benar “menambah portofolio” lewat mixtape terbarunya. Hadir setelah rollout bernuansa Y2K yang nostalgik, EP sembilan trek terbaru it-girl kesayangan internet ini mengemas sisi serba-bisa Pink. Terkenal suka merilis lagu-lagu super pendek, kali ini Pink membuktikan daya tahan karyanya lewat

Fancy That, yang berisi sembilan trek solo—hanya dua yang berdurasi kurang dari dua menit, yaitu interlude “Intermission” berdurasi 24 detik dan “Noises.” Di “Noises,” sang penyanyi mengingatkan kita pada selera humornya yang kerap muncul di internet—meng-sample Nardo Wick (“What the f*ck is that?”) di reff—sementara track penutup “Romeo” menyorot kelihaian liriknya.

Lagu favorit: “Noises,” “Illegal”

TiaCorine – CORINIAN
Final form TiaCorine, yah, benar-benar dikukuhkan.CORINIAN, bab terakhir trilogi world-building miliknya, menjadi proyeknya yang paling rapi dan terfokus sejauh ini. Album berisi 17 trek

CORINIANadalah visi imersif—dan seperti seluruh karya kreatifnya, sangat terencana—atas aura Tia yang percaya diri dan unapologetic. Single “Ironic,” “Fall in Love,” “Different Color Stones,” “ATE,” dan “Backyard” bersama JID semuanya masuk ke tracklist final, dengan bantuan ambisius tambahan dari Flo Milli, Smino, Wiz Khalifa, dan Pouya. Kenny Beats juga turun tangan di sisi produksi sepanjang album.

Lagu favorit: “High Demand,” “Was Hannin,” “Damn Right,” “Ironic”

Kevin Abstract – Blush
Sebagai penghormatan untuk Houston, Blushkarya Kevin Abstract ini kembali ke roh kampung halamannya untuk satu lagi album yang mengaburkan genre dan mendorong batas, menampilkan beberapa penceritaan paling tajamnya sejauh ini.

Blushterdengar sangat homegrown, dengan Abstract menyebut genrenya “Texas Pop,” dan rasa itu mengalir di tiap 18 trek. Fitur datang dari musisi lokal Houston seperti Love Spells, serta sahabat dan kolaborator kreatif Abstract, termasuk JPEGMAFIA, Danny Brown, dan Dominic Fike—kini 1/2 dari duo “Geezer” mereka. Produksi eksekutif dari atas ke bawah dipegang Quadeca, dipasangkan dengan penulisan autobiografis Abstract, menghasilkan pengalaman dengar yang membungkus penuh.

Lagu favorit: “Maroon,” “H-Town,” “Text Me,” “Geezer”

Provoker – Mausoleum
Bagi Provoker, rasa takut masih menjadi sumber inspirasi utama, dan sekali lagi ditafsir ulang secara memikat di album

Mausoleum. Dengan produksi dari Kenny Beats, album studio ketiga trio post-punk ini merangkai shoegaze dengan subgenre pop dan indie menjadi kumpulan 11 lagu yang nostalgik dan melodramatis.

Lagu favorit: “Swarm of Flies,” “Pantomime,” “Germaphobe”

Little Simz – Lotus
Rilisan penuh risiko dari Little Simz. Diproduseri Miles Clinton James,

Lotusadalah tenunan subur dari berbagai pengaruh sonik, menangkap evolusi artistik dan personal sang musisi asal London. Berakar pada tema kompleksitas dirinya sebagai kreator dan individu, proyek ini mengabaikan trope genre tradisional dan terus melaju dengan rentang dan versatilitas yang kukuh.

Lagu favorit: “Young,” “Lion,” “Blood”

redveil – sankofa
Saat redveil nge-rap, terdengar jelas jiwanya sedang melayang di tempat lain. Sebenarnya, di banyak tempat lain—sebuah rasa yang menjadi benang merah LP studio terbarunya,

sankofa, yang berarti konsep “pergilah dan raih” dalam bahasa suku Akan di Ghana. Album 12 trek ini sepenuhnya diproduksi dan diaransemen sang rapper berusia 21 tahun—sadar diri, matang secara sonik, dan peka artistik jauh melampaui usianya. Namun ini adalah album yang sudah ia rasa perlu dibuat sejak umur 12; lirik bernuansa stream of consciousness yang katarsis inilah yang mendefinisikan tubuh karya beragam ini, berakar pada warisan dan sejarah redveil.

Lagu favorit: “or so i,” “pray 4 me,” “buzzerbeater / black christmas”

Rochelle Jordan – Through The Wall
Jika house music yang hipnotis dan R&B yang sleek nan sensual punya bayi, hasilnya adalah

Through The Wall. Hadir satu dekade setelah pendahulunya, rilisan Rochelle Jordan yang sebenarnya mendapat sambutan hangat namun masih underrated ini adalah rekaman solo menyeluruh yang menikmati sound lebih halus namun tetap elektro-eksperimental. Jordan mendorong batas musik dance ke tepi dan melampauinya, menafsir ulang trope dan taktik melalui mata artistiknya yang menggoda.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Hijack Sandals Rayakan 15 Tahun Lewat Open Archive Exhibition di Bandung
Fashion Footwear

Hijack Sandals Rayakan 15 Tahun Lewat Open Archive Exhibition di Bandung

Exhibition, Talks, dan Music Performance.

'Gachiakuta: The Game' Bawa Franchise ke Dunia Game Interaktif
Gaming

'Gachiakuta: The Game' Bawa Franchise ke Dunia Game Interaktif

Com2uS menghidupkan manga distopia Kei Urana sebagai RPG aksi survival.

BELOWGROUND: Destinasi Kreatif Unggulan Landmark Resmi Dibuka Kembali dengan Grand Reopening Spektakuler
Fashion

BELOWGROUND: Destinasi Kreatif Unggulan Landmark Resmi Dibuka Kembali dengan Grand Reopening Spektakuler

Diperkuat kehadiran Gallery HBX dan Hypebeans.

Bab Terakhir "Conclusion Arc" Kaiju No. 8 Resmi Dalam Penggarapan
Hiburan

Bab Terakhir "Conclusion Arc" Kaiju No. 8 Resmi Dalam Penggarapan

Kabar ini hadir bersama sebuah trailer dan pengumuman anime pendek baru berjudul “Narumi no Heijitsu.”

Netflix Gandeng Yusuke Hanai untuk Figur Vinyl Eksklusif ‘Stranger Things’ Eleven
Fashion

Netflix Gandeng Yusuke Hanai untuk Figur Vinyl Eksklusif ‘Stranger Things’ Eleven

Hanya 500 figur di seluruh dunia, super langka untuk para kolektor.

'Gachiakuta' Season 2 Resmi Digarap Setelah Final Musim Perdana
Hiburan

'Gachiakuta' Season 2 Resmi Digarap Setelah Final Musim Perdana

Langsung diumumkan setelah penayangan episode ke-24 yang menutup musim perdananya.


First Look Resmi New Balance 1906L "Black/Angora"
Footwear

First Look Resmi New Balance 1906L "Black/Angora"

Tren sneaker loafer bakal terus berlanjut.

'Sakamoto Days' Season 2 Resmi Diproduksi: Teaser dan Visual Baru Dirilis
Hiburan

'Sakamoto Days' Season 2 Resmi Diproduksi: Teaser dan Visual Baru Dirilis

Pengumuman Season 2 hadir bersamaan dengan perilisan trailer teaser dan visual terbaru.

Bad Bunny dan J Balvin Akhiri Konflik di Final Bersejarah “Debí Tirar Más Fotos World Tour” Mexico City
Musik

Bad Bunny dan J Balvin Akhiri Konflik di Final Bersejarah “Debí Tirar Más Fotos World Tour” Mexico City

J Balvin bergabung dengan Benito di atas panggung dalam konser penutupnya di Mexico City.

Saint Laurent Rive Droite Resmi Hadir di Beijing Sanlitun dengan Koleksi Snow Edition Perdana
Fashion

Saint Laurent Rive Droite Resmi Hadir di Beijing Sanlitun dengan Koleksi Snow Edition Perdana

Meluncurkan koleksi perdana Snow Edition, lini musim dingin berperforma tinggi dari Saint Laurent Rive Droite.

PORTER dan Buzz Rickson's Hadirkan Ulang Jaket Bomber MA-1 Ikonik dengan Detail Fungsional Kekinian
Fashion

PORTER dan Buzz Rickson's Hadirkan Ulang Jaket Bomber MA-1 Ikonik dengan Detail Fungsional Kekinian

Mengganti saku utility standar di lengan dengan dompet praktis yang dapat dilepas-pasang.

Anime ‘One Piece’ Kembali April 2026 dengan “Elbaph Arc” yang Paling Ditunggu
Hiburan

Anime ‘One Piece’ Kembali April 2026 dengan “Elbaph Arc” yang Paling Ditunggu

Bajak Laut Topi Jerami berlayar ke tanah kelahiran para raksasa dalam saga besar berikutnya.

More ▾