Through The Lens: Luthfi Ali Qodri (Laok)

Cerita soal kesulitan photostage pake kamera analog.

Seni
15.0K

Through The Lens adalah rubrik khusus yang menghighlight para fotografer dari berbagai macam style fotografi, mulai dari portrait, landscape, fine art, fashion, sampai dokumenter. Lewat Through The Lens, tiap fotografer yang kami hadirkan akan memberikan insight mengenai karya beserta approach menarik mereka dalam memotret.


Band surf rock, The Panturas, emang punya style-nya sendiri buat mengabadikan setiap moment manggung mereka, yaitu dengan konsep noise dan motion yang khas dari hasil kamera analog. Sosok dibalik dari foto-foto tersebut adalah Luthfi Ali Qodri atau yang kerap disapa Laok, seorang fotografer berusia 21 tahun yang namanya mulai dikenal lewat keunikannya menggunakan kamera analog buat photostage.

Berawal dari mendapatkan kesempatan buat fotoin band favoritnya, Polka Wars, Laok terus mengembangkan karya photostage-nya sampe akhirnya sekarang menjadi Official Photographer The Panturas dan beberapa musisi lainnya.

Buat Through The Lens kali ini, Hypebeast Indonesia berkesempatan buat ngobrol bareng Laok dari awal mula menyukai photography sampe kesulitan-kesulitan menggunakan kamera analog dalam membuat karya photostage


HB: Hai Laok, ceritain dong gimana awal mulanya lo terjun ke dunia photography?

Luthfi Ali Qodri (Laok): Awal mula di fotografi itu berawal dari gue merupakan seorang fans suatu band bernama Polka Wars, yang menurut gue band ini punya aransemen yang gila dan gue banget secara keseluruhannya. Terus gue jadi penonton setia band tersebut, dan di suatu kesempatan gue nonton mereka dengan modal iseng bawa kamera sambil fotoin Polka Wars juga. Setelah itu, hasilnya gue coba-coba kirim ke DM salah satu personilnya yaitu bang Billy Saleh (Ex Guitar Polka Wars) dan dengan beruntungnya dia sangat welcome dengan memberikan segi positif dari hasil foto gue. Alhasil, gue memberanikan diri untuk mengajukan jadi fotografer Polka Wars dan berhasil dikasih 2 kali kesempatan yang dimana menurut gue itu sangat berarti banget dengan saksi hidup kamera jadul gue yaitu Canon 100d.

HB: Portfolio lo banyak diisi sama photostage, apa yang bikin lo fokus ke field ini?

Laok: kalau di bidang photostage ini sih gue emang karena dasarnya suka dengerin musik dan emang hobby dari kecil mengabadikan momen yang berawal dari kamera bokap gue, jadi gue punya rasa penasaran kaya gimana yaa fotoin band itu. Secara dari segi dan khas masing masing band kan berbeda ya. Jadi ada hasrat di diri gue pengen melihat gimana ya nanti kalau band ini di panggung stage actnya dengan hasil jepretan gue. Dan beruntungnya gue bisa punya kesempatan yang berkesinambungan yaitu musik dan photography sampai saat ini. Jadi, singkatnya 2 hal kesukaan gue itu bisa gue kolaborasikan menjadi suatu ladang pekerjaan gue. Pastinya juga gue menjalankannya dengan rasa senang dan enjoy sih.

HB: Gimana lo nge-develop style fotografi lo saat ini?

Laok: Dari buku atau artikel itu penting sih menurut gue yang dimana buku favorit gue sampe sekarang adalah Apartamento. Buku itu menurut gue banyak rekomendasi visual-visual yang membuat muncul ide baru dan jadi pengen ngulik lebih dalam lagi. 

Sebenernya gue juga masih eksplor terus liat foto-foto yang menurut gue selalu keren hasilnya, jadi gue pengen banget semua foto bisa gue coba eksperimentalnya sesuai dengan nuansa yang gue fotoin nanti buat kedepan. 

HB: Apa subject atau tema besaran yang lo enjoy buat eksplor belakangan ini?

Laok: Gue balik lagi pastinya tetap dengan background gue yaitu di foto konser atau photostage. Tapi gue belakangan ini juga lagi pengen eksplor dengan mengabadikan momen foto-foto potrait, yang nantinya dengan sengaja akan gue buat ekslusif.

HB: Menurut lo apa sih detail yang bikin sebuah photostage jadi lebih hidup? Gimana cara lo utilize hal tersebut dalam karya foto lo?

Laok: Kalau menurut gue sih, semua karya itu bagus, tapi akan jauh lebih hidup terutama untuk photostage kalau punya ciri khas dari fotografernya. Gue punya cara sendiri untuk atasin itu, misal dengan suatu foto yang biasa saja tapi gue akan menguliknya dengan eksekusi yang lebih hidup dan identik dari momen yang gue ambil. Selain itu, gue juga memainkan warna, prism, dan develop film untuk di analog.

HB: Lo dikenal dengan photostage yang pake analog, ceritain dong kesulitannya apa aja? Pernah gak foto terus hasilnya kebakar semua atau gak sesuai ekspektasi?

Laok: HAHAHAHA, buat gue seru banget sih menggunakan analog fotografi. Ringkih, takut, khawatir, gambling itu semua jadi satu disaat lo udah mencoba foto analog di photostage. Selain lo mengambil sebuah momen yang dimana itu ga akan ada lagi, ditambah dengan euforia yang sangat cepat, dan lo abadikannya menggunakan kamera analog, menurut gue sih itu seru dengan warna yang nanti diberikannya juga gambling. Dan ada cerita lucu sih selama gue memakai kamera analog tuh, pas gue fotoin The Panturas yang dimana kamera gue tiba tiba ga bisa ngeroll dan itu momennya di saat pertengahan perform, jadi ya panik campur aduk ada sih haha.

Kalau soal kebakar gue juga pernah, kejadiannya pas banget di awal-awal gue main kamera analog, jadi roll gue nyelip gabisa ngeroll full dan dengan pedenya gue buka isi roll yang masih nyangkut itu, dan ujungnya foto gue kebakar walaupun ga semua sih hehe, lumayan ada leak-leak Gen Z gitu. Tapi ya serunya disitu sih, dan pastinya pelajaran yang gue ambil emang main analog itu harus sabar, ga boleh gegabah, tenang, tapi disatu sisi harus satset juga.

HB: Sebagai seorang photostage, banyak yang bilang lo sering pake Docmart kalau lagi motret, emangnya gak ganggu akselerasi lo?

Laok: Gatau kenapa gue suka aja style menggunakan Docmart, kayak keliatan gagah aja HAHAHA, engga deng. Karna gue liat kiblat gue juga suka memakai style-style begitu. Sejauh ini sih, kalau sampe mengganggu sih nggak ya. Tapi mungkin lebih ke sayang aja pas di moment gue foto harus nekukin kaki gue, malah jadi berbekas untuk sepatunya sendiri hehe. 

HB: Selain The Panturas, Bilal Indrajaya, Perunggu, pilih satu musisi lokal yang lo pengen banget fotoin dan kenapa?

Laok: Musisi lokal yang pengen gue coba fotoin ya tentu saja Dewa 19 Feat Once dan Goodnight Electric. Menurut gue kalau dari Dewa sendiri sih gue pengen banget mengabadikan dan pengen gue kasih polesan polesan manja dari foto gue sih haha, ditambah juga karena gue suka Dewa 19 sih. Dan kalau dari Goodnight Electric gue sendiri melihat band itu kaya enak aja kalau dibuat eksperimen foto secara visual-visual GE itu ya identik dan unik sih.

Selain lo mengambil sebuah momen yang dimana itu ga akan ada lagi, ditambah dengan euforia yang sangat cepat, dan lo abadikannya menggunakan kamera analog, menurut gue sih itu seru dengan warna yang nanti diberikannya juga gambling.

Tapi ya serunya disitu sih, dan pastinya pelajaran yang gue ambil emang main analog itu harus sabar, ga boleh gegabah, tenang, tapi disatu sisi harus satset juga.

Semua karya itu bagus, tapi akan jauh lebih hidup terutama buat photostage, kalau punya ciri khas dari fotografernya. Gua sendiri lebih utamain eksekusi yang lebih hidup atau mainin warna, prism, dan develop film untuk di analog.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Through The Lens: Christian Lucas Benedict
Seni

Through The Lens: Christian Lucas Benedict

Cek gimana style photography-nya yang minimalist dan clean buat fashion editorial.

Through The Lens: Zirlyanpaja
Seni

Through The Lens: Zirlyanpaja

Cek gimana style photography-nya yang contrast dan bold buat fashion editorial dan photostage.

Through The Lens: Narendra Kameshwara
Seni

Through The Lens: Narendra Kameshwara

Cek gimana skate berhasil mempengaruhi dan membawa Nareend jadi professional photographer di sini.


Through The Lens: Vony Wong
Seni

Through The Lens: Vony Wong

Cerita soal koneksinya bersama kamera sejak kecil.

Jovem Ngerilis Koleksi Special Edition Buat Valentine
Footwear

Jovem Ngerilis Koleksi Special Edition Buat Valentine

Hadir dengan warna chocolate brown.

Lamebrain Ngerilis Single Terbaru Mereka Berjudul “APPLE”
Musik

Lamebrain Ngerilis Single Terbaru Mereka Berjudul “APPLE”

Hadir dengan nuansa musik yang lebih fresh dan calm.

Classico Collab Bareng Seni Kanji Buat Koleksi Chinese New Year 2024
Fashion

Classico Collab Bareng Seni Kanji Buat Koleksi Chinese New Year 2024

Nampilin koleksi jersey dan T-shirt.

DOUS Atelier Hadirkan Debut Collection Mereka, “Black Dahlia”
Fashion

DOUS Atelier Hadirkan Debut Collection Mereka, “Black Dahlia”

Nampilin berbagai item dari top, skirt, pants, dan dress.

Vicious Pain Ngerilis Koleksi Pre-Summer24 Mereka, "Invisible Silence"
Fashion

Vicious Pain Ngerilis Koleksi Pre-Summer24 Mereka, "Invisible Silence"

Udah bisa dibeli sekarang juga.


FUTURE10 Ngerilis Seri EP Kedua Mereka, “FUTURE10 EP VOL.2”
Musik

FUTURE10 Ngerilis Seri EP Kedua Mereka, “FUTURE10 EP VOL.2”

Jadi representasi underground dance music Jakarta.

Desires Hadirkan Koleksi Terbaru Mereka, “Noir+"
Fashion

Desires Hadirkan Koleksi Terbaru Mereka, “Noir+"

Terinspirasi dari pop culture, vintage style, dan Band 80-an.

Space Available x Dover Street Market Singapore: “Self Assembly Stool”
Seni

Space Available x Dover Street Market Singapore: “Self Assembly Stool”

Terbuat dari 100% sampah daur ulang.

Rico Prasetyo x SPiCE Projekt, “Cosmic Vision: Consciousness & Love One Another”
Fashion

Rico Prasetyo x SPiCE Projekt, “Cosmic Vision: Consciousness & Love One Another”

Nampilin lineup item dari keychains sampe deck chair.

Hennessy Collab Bareng Yang Yongliang Buat Edisi Chinese New Year 2024
Kuliner

Hennessy Collab Bareng Yang Yongliang Buat Edisi Chinese New Year 2024

Hadir lewat botol V.S.O.P dan X.O.

More ▾