Studio Visits: Jemana Murti

Artist asal Denpasar ini merespon masalah regenerasi seni budaya Bali lewat AI dan 3D printing.

Seni
18,462 Hypes

Beberapa tahun ke belakang muncul seorang artist bernama Jemana Murti yang dikenal lewat teknik 3D printing-nya. Lahir dan besar di Bali, Jemana menempuh pendidikan seninya di Nanyang University, Singapura dan kembali menetap di Bali pada tahun 2020.

Setelah empat tahun berkuliah, Jemana fokus dalam melahirkan berbagai karya yang gabungin kebudayaan dari Bali dengan teknologi. Hal ini tentunya berkaitan dengan fokus pendidikan yang Ia tempuh, yaitu new media art

Di saat sebagian dari kita resah terhadap kehadiran dari teknologi atau AI, Jemana justru melihat hal itu sebagai peluang dan keunikan bagi karya-karya yang ditampilkannya. Jemana beranggapan bahwa, dulu para artist memanfaatkan teknologi yang mereka punya di eranya masing-masing dan saat ini teknologi yang tersedia adalah AI, sehingga Ia memanfaatkan hal tersebut dalam pembuatan karyanya. 

Nggak cuman gabungin AI dalam karyanya, Jemana juga dikenal lewat inovasinya yang memanfaatkan limbah abu. Dua dari tiga karyanya, yaitu “Fiance” dan “Father, Mother, and Sun” adalah hasil dari kreativitasnya yang memberikan nyawa kepada sisa abu menjadi sebuah karya. 

Hypebeast Indonesia berkesempatan buat ngobrol bareng Jemana Murti buat bahas seputar background art, cerita di balik 3D printing, sampe playlist yang sering didengar saat membuat karya.

HB: Hi Jemana, please share tentang background kamu. Di mana kamu dibesarkan dan apa impact-nya ke art practice kamu saat ini?

Jemana: ⁠Aku dibesarkan di Denpasar, Bali. Jadi dari dulu selalu terlibat dengan upacara dan ritual keagamaan. Bisa dibilang budaya Bali sudah mendarah daging dan menjadi identitas aku dalam berkarya.

“Secara tema besar, karyaku adalah tentang mempertanyakan preservasi dan nasib dari objek-objek budaya Bali baik itu ukiran, patung, atau gamelan.”

HB: Apa earliest memory kamu tentang seni? Dan apa yang bikin kamu akhirnya memutuskan untuk menjadi seniman?

Jemana: Earliest memory tentang seni mungkin menggambar di tembok rumah, meja, buku telepon, sepatu, you name it. Karena dari dulu memang sudah suka corat-coret, jadi gak pernah kepikiran mau jadi yang lain selain seniman dan orang tua ga pernah marah kalau rumah dicorat-coret.

HB: How would you describe your own art? Apa sih tema besar dari karya-karyamu saat ini?

Jemana: I guess it’s a mash between the old and the new as cliché as that sounds. My works are deeply rooted in my culture, the Balinese culture. Tapi di karya aku, budaya Bali yang memang sudah banyak dikenal orang aku kemas dalam wujud dan konteks yang baru. Jadi tema besar dari karya-karya aku sekarang adalah tentang mempertanyakan preservasi dan nasib dari objek-objek budaya Bali baik itu ukiran, patung, atau gamelan.

HB: Apa alasan kamu milih 3D printing sebagai medium kamu dalam berkarya?

Jemana: Aku pilih media 3D printing dan artificial intelligence karena seniman dari jaman dulu selalu memakai alat yang ada pada zaman mereka. Selain itu 3D printing dan AI juga relevan banget untuk membahas dua masalah yang ada di Bali saat ini, yaitu orang Bali yang malas meneruskan budayanya dan yang butuh uang cepat. Kalau sekarang ada upacara adat di Bali, gak jarang kita liat sound system yang mainin rekaman gamelan atau rekaman tarian topeng. Ada juga yang sudah mulai buat ukiran tembok palsu dengan digital printing dan laser cutting, seakan-akan kita hanya peduli soal visual atau “kulit” saja.

“Seniman dari jaman dulu selalu memanfaatkan teknologi yang ada dan saat ini yang tersedia adalah 3D printing dan AI jadi aku memilih buat menggunakannya.”

Lebih parah lagi, ada orang Bali yang butuh uang cepat malah jual gamelan keluarga, ukiran pintu kuno, bahkan salah satu bangunan tradisional di desa mereka. Di sini aku berusaha merespon masalah-masalah itu menggunakan 3D printing sebagai alat untuk membuat ukiran-ukiran sintetis yang didesain oleh artificial intelligence buat nunjukin potensi masa depan yang tidak kita inginkan, di mana tradisi tidak lagi memiliki soul-nya. Hanya cangkang kosong yang selalu di-copy dan direproduksi tanpa memikirkan konsekuensi apapun.

HB: Ngobrolin soal studio, kapan kamu buka studio ini? Dan seberapa sering kamu berada di studio ini?

Jemana: Aku mulai di studio ini dari awal 2021 di tengah-tengah COVID dan aku di studio setiap hari. Kadang di studio sampai jam 2 pagi karena suasananya lebih serius dan mystical

HB: Apa vibe yang biasanya bikin kamu fokus saat di studio? Apakah lebih ke noisy or quiet? Ada ngga ritual tertentu yang biasa kamu lakukan sebelum mulai creative process kamu?

Jemana:⁠⁠ I prefer a noisy environment karena energy-nya lebih terasa. Kalau ritual biasanya ada pada saat sedang kerja dan bukan sebelum. Biasanya kalau ga main gitar atau piano paling ngopi.

“Buat cari ide biasanya aku keliling perkampungan di Bali, 3D scan objek-objek dan kemudian Aku “rusak” dengan AI.”

HB: Gimana biasanya kamu mulai creative process kamu? Apa metode yang kamu lakukan mulai dari developing ide awal sampai jadi karya yang konkrit?

Jemana: ⁠Kebanyakan karya dimulai dari keliling Bali. Biasanya di daerah kampung banyak ada patung-patung atau ukiran unik yang jadi inspirasi awal. Di sana aku biasanya 3D scan objek-objek untuk archival yang nantinya aku bakal “rusak” dengan AI. Jadi dari ratusan file aku pilih 1-2 yang akan diproses lebih jauh. Sering kali ide datang pada saat karya sedang dikerjakan atau bahkan setelah selesai. Jadi awalnya ngalir aja seperti seniman pada umumnya. Tapi masalah visual aku strict maunya gimana karena setiap hal yang ditaruh di karya pasti ada pemikiran dan niatnya.

HB: Apa project favorit kamu so far? Dan apa project yang sedang kamu fokus saat ini?

Jemana:⁠ My favorite project so far has to be a commission work by Tentrem Hotel in Alam Sutera. It is still ongoing since it’s absolutely massive. It’s my favorite because of the challenges it presents. Tapi aku sekarang lagi fokus ngerjain karya-karya buat pameran tunggal tahun ini dengan Gajah Gallery dan beberapa art fair.

HB: How do you pick and choose which brands you want to collaborate with?

Jemana: I believe in collaborating with people whose vision aligns with mine while still honoring each other’s opinions. Kalau soal medium dan “product” nya, itu bebas. 

HB: What’s your favorite thing about Bali?

Jemana: The food and most importantly the people.

HB: Please share your studio music playlist

Jemana: I don’t really have a particular playlist but I do listen to a lot of Muse from pre 2012

HB: Last question. If you were stranded alone in an island, apa satu barang yang kamu bawa?

Jemana: Tough question. I guess I would have to go with a good survival knife since any piece of technology would be useless. If survival is not a problem, a pen and paper.

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Studio Visits: Vloqee
Seni

Studio Visits: Vloqee

Artist Indonesia ini ngeshare experiencenya dalam berkarya di Jepang.

Ballers Club Studio Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka, “R.F.D.B”
Fashion

Ballers Club Studio Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka, “R.F.D.B”

Terinspirasi dari sepak bola Spanyol.

Ballers Club Studio Hadirkan Mini Collection, “SupeerBC” dan “STAPLES”
Fashion

Ballers Club Studio Hadirkan Mini Collection, “SupeerBC” dan “STAPLES”

Cek lookbook-nya di sini.


Ballers Club Studio Ngerilis Collaboration Collection Bareng Zapoli
Fashion

Ballers Club Studio Ngerilis Collaboration Collection Bareng Zapoli

Terinspirasi dari jersey vintage Napoli dan Maradona.

CROSSOVER Ngerilis Koleksi “MAGNETIC” Bareng Mo Design Inc.
Fashion

CROSSOVER Ngerilis Koleksi “MAGNETIC” Bareng Mo Design Inc.

Cek detail lengkapnya di sini.

Supper Sandwich & Burger Bikin Program Baru Bernama “Supper Television”
Kuliner

Supper Sandwich & Burger Bikin Program Baru Bernama “Supper Television”

Udah ditonton di Youtube mereka sekarang juga.

ROKAGE CLUB Ngerilis Koleksi Restock Mereka Bernama “Ring of Fire”
Fashion

ROKAGE CLUB Ngerilis Koleksi Restock Mereka Bernama “Ring of Fire”

Cek lookbook lengkapnya di sini.

CAT Footwear dan Nigel Cabourn Berkolaborasi Buat Koleksi Omaha dan Utah
Footwear

CAT Footwear dan Nigel Cabourn Berkolaborasi Buat Koleksi Omaha dan Utah

Cek detail lengkapnya di sini.

Guided Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka Bertema ‘Patience’
Fashion

Guided Ngerilis Koleksi Terbaru Mereka Bertema ‘Patience’

Nampilin T-shirt dan long sleeve graphic T-shirt.


Politeunivers Comeback Lewat Koleksi “Bersemi Kembali”
Fashion

Politeunivers Comeback Lewat Koleksi “Bersemi Kembali”

Penantian lama setelah empat tahun vakum.

Studio Visits: Vloqee
Seni

Studio Visits: Vloqee

Artist Indonesia ini ngeshare experiencenya dalam berkarya di Jepang.

Etaks Skate Ngerilis Skateboards Trucks Bertema Psychedelic
Olahraga

Etaks Skate Ngerilis Skateboards Trucks Bertema Psychedelic

Berkolaborasi bareng Mathias Andrés.

SBLS Collab Bareng Tiroceli Buat 1 of 1 Airbushed Collection
Fashion

SBLS Collab Bareng Tiroceli Buat 1 of 1 Airbushed Collection

Jadi koleksi perayaan anniversary SBLS ke-3

Compass® Bikin Anniversary Collection Bareng ADGI
Footwear

Compass® Bikin Anniversary Collection Bareng ADGI

Terinspirasi dari poster Grafis’80

More ▾