Studio Visits: Eka Sudarma Putra
Sang tattoo & visual artist bicara inspirasi dan proses dalam berkarya.

Studio Visits adalah rubrik khusus yang menghighlight koneksi antara seniman dengan studio, workflow, dan inspirasi mereka dalam menciptakan karya.
Dalam edisi terbaru Studio Visits HYPEBEAST Indonesia, kami mendatangi salah satu studio milik tattoo artist asal Bali, Eka Sudarma Putra, yang berlokasi di Sanur. Eka sendiri bukan sosok asing di komunitas tattoo dan seni rupa Indonesia, khususnya di Bali. Lewat signature style-nya yang unik, Eka banyak menghadirkan eksplorasi visual ke dalam berbagai medium, seperti kulit (tattoo), kanvas, apparel, hingga aksesoris.
Buat Eka, role utamanya sebagai seorang creative adalah untuk terus ngepush batasan dalam berkarya; salah satunya Ia buktikan lewat solo exhibition ‘Grey Trip’ yang digelar Oktober tahun lalu. Cek obrolan kami soal fokus karyanya saat ini hingga perjalanannya dalam menemukan signature style-nya berikut.
HB: Hi bli, boleh ceritain kesibukanmu akhir-akhir ini?
Eka (E): Halo, untuk saat ini lagi sibuk nato aja. Tahun ini ada project kolaborasi dengan Motion Skateboard dan upcoming ada project dengan satu Villa di daerah Bingin dengan media yang sangat menarik untuk dieksekusi.
HB: Gimana awalnya kamu jadi seorang tattoo artist?
E: Berawal dari sering nongkrong di tattoo studio punya temen di daerah Sanur.
HB: Kamu punya signature style yang unik. Boleh ceritain ngga journey kamu mendevelop style ini? Apa atau siapa influence terbesarmu?
E: Suksema, tentunya sebelum menemukan style yang sekarang, aku pernah ngerjain berbagai style tattoo juga, yang paling mempengaruhi adalah traditional tattoo, dari seringnya aku buat design untuk tattoo flash nah disana “kebetulan” aku ketemu stylenya dan ngerasa klik dengan yang ini.
Kalo terinfluence pasti, RUCO tattoo artist asal Roma salah satunya dan masih banyak seniman lain juga. Tapi banyak banget hal lain yang menginspirasi aku, contohnya arsitektur, interior, fashion, music, hujan, kabut, alam dan banyak lagi.
HB: Kamu punya dua studio. Boleh ceritain bedanya antara studio Sanur dan studio Canggu? Lebih sering kerja di mana? Apa elemen yang paling kamu suka dari dua studio tersebut?
E: Kalau di Canggu, Seven and Nine Studio, lebih untuk tattoo dan yang di Sanur itu studio khusus buat aku untuk explore media lain selain kulit. Aku biasa membagi 50-50 untuk kerjaan. Elemen yang aku suka dari studio Canggu dan Sanur adalah lantainya; studio di Canggu lantai terakotanya dan dari studio di Sanur lantai terrazzo-nya.
HB: Selain besar di Bali, kamu juga sering berpindah ke kota-kota lain. Gimana kamu melihat ekosistem kreatif di kota-kota tersebut? Apa hal unik yang menarik perhatianmu?
E: Kalo dibilang sering sih enggak juga, tapi aku pernah Tattoo trip ke Jakarta dan Saigon (Vietnam) yang aku liat dari dua kota itu ritme kerjanya beda dengan di Bali.
HB: Ngomongin proses, gimana sih workflow-mu dalam mengerjakan suatu project? Ada nggak tools andalanmu di studio?
E: Kalo andalan nggak ada karena semua punya perannya masing-masing. Biasanya sebelum mulai satu project aku ngelakuin short trip di mana sebagian besar ide/konsep ketemunya pas lagi bengong sambil berkendara. Pas udah nemu, baru eksekusi ke media.
HB: Apa underlying message dari karyamu baik dalam medium tattoo ataupun lukisan?
E: Balance
HB: ‘Grey Trip’ jadi pameran perdanamu dalam mengeksplorasi karya lukisan kanvas. Apa yang kamu suka dari medium ini?
E: Aku selalu tertarik dengan media baru dan kanvas merupakan media baru juga buat aku.
HB: Boleh share playlist studio favoritmu?
HB: What’s next for Eka Sudarma? Apa project atau eksplorasi kreatif yang paling kamu mau kerjakan tahun ini?
E: Next project yang menarik seperti yang aku bilang di jawaban pertanyaan awal dan merupakan dream projectku juga, untuk lebih jauh ke depan belum terpikirkan yang pasti bakal explore media-media baru yang belum pernah aku coba.