Vincentius Aditya Ngobrol Soal Internet Culture, Childhood Memories, dan Design Process

Founder Paradise Youth Club juga ngasih insight di balik collab G-Shock DW-900.

Fashion Jam Tangan
163,098 Hypes

Paradise Youth Club jadi nama yang nggak bisa dipisahin dari perkembangan lifestyle and creative industry lokal dalam beberapa tahun terakhir, terutama kalau ngomongin streetwear labels.

Label ini berhasil nembus market global lewat style yang mereka bangun lewat eksplorasi visual yang solid dengan graphic-heavy items yang jadi karakter mereka.

Sepanjang perjalanannya, mereka juga nggak berhenti buat ngasih statement lewat sejumlah kolaborasi dengan international brands maupun creative entities, sebut aja Jungles, PRMTVO, Alpha Industries, Tell Your Children, HIDE Store, hingga yang baru-baru ini, dengan G-Shock.

Ngeluarin siluet jam dengan warna silver yang standout, rilisan collab eksklusif tersebut dapat respon yang positif dari market lokal maupun internasional, dan sold out dalam waktu singkat.

Buat nyari tau ada cerita apa aja di balik collab dengan G-Shock, kami catch up dengan Vincentius Aditya, founder dari Paradise Youth Club. At the same time, dirinya juga ngasih insight soal design process-nya, creative approach-nya dalam ngejalanin brand, ketertarikannya akan internet culture, arti dari “visuals to expand your mind” yang jadi message Paradise selama ini, dan rencananya ke depan.


HB: Dit, bisa ceritain nggak gimana awalnya project collab Paradise Youth Club sama G-Shock kemaren bisa kejadian?

Adit (A): Gue masih inget waktu itu sekitar taun 2018 gue diinterview sama sebuah media dan ditanya kalo mau collaboration dengan brand lain mau dengan siapa? Gue jawab “G-Shock!” Sebenernya, dari awal 2018 gue mencoba untuk approach mereka melalui G-Shock Indonesia, tapi setelah gue kirim idea dan lain-lain, tidak ada tanggapan. Sampai pada pertengahan taun 2019, principal G-Shock dari Jepang datang di sebuah event dan kebetulan mereka suka dengan Paradise. Sebelumnya pun ternyata mereka sudah pernah beli produk Paradise di DSM. Nah dari situlah awal mula kolaborasi ini kejadian.

HB: Denger-denger, jamnya kan langsung sold out di mana-mana paska rilis. Bahkan, buat rilisan globalnya, malah sold out-nya lebih cepet. Ada cerita menarik apa dibaliknya?

A: Jam ini release exclusive di SEA (Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand) dan pertama kali memang di Indonesia karena kan brand kita dari Indonesia. Cerita menariknya banyak banget, mulai dari kepanikan kita kalo jam ini nggak bakal terjual dengan mudah di Indonesia dikarenakan price point dan pandemi, sampai akhirnya justru kita nerima feedback yang sangat positif. Kayak di Singapore tuh sold out dalam waktu 17 menit, di Malaysia sold out di hari pertama sedangkan campaign mereka masih berjalan; sampai di postingan di hari kedua mereka banyak yang comment isinya kurang lebih “Buat apa lo post kalo udah sold out?!” Hahaha!

HB: Buat lo sendiri, apa yang menarik dari collab Paradise x G-Shock ini sendiri, termasuk pemilihan siluet klasik DW6900?

A: Sebenernya, untuk pemilihan DW6900 sendiri awalnya memang dipertanyakan oleh team G-Shock sendiri, karena model ini tidak sepopuler DW5800. Tapi DW6900 ini punya nilai tersendiri buat gue karena pertama kali gue punya G-Shock pas SMP itu ya DW6900, makanya gue pilih model ini. Berdasarkan alasan personal aja mostly.

“Gue selalu tertarik sama tema bagaimana internet atau digital era ini shaping our perspective.”

HB: Ceritain dong awalnya lo bisa come up dengan konsep design-nya yang berwarna silver?

A: Sebenernya pemilihan warna silver ini lebih ke penggambaran futuristik, tapi di balik itu gue juga nggak pengen hasil kolaborasi ini jadi item yang biasa aja dengan warna yang cukup aman.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by HYPEBEAST Indonesia (@hypebeastid)

HB: Rasanya pemilihan warna yang bold, silver dengan kombinasi light green sebagai details, pas banget sama identitas yang selalu dibawa sama Paradise, yaitu “visuals to expand your mind“. Seberapa penting sih eksplorasi visual dalam rilisan ini dan di tiap rilisan PYC sendiri?

A: Gue selalu tertarik sama tema bagaimana internet atau digital era ini shaping our perspective, dan dua warna itu, silver dan light green, selalu ada di kepala saat gue coba tenggelam dalam penggambaran visual digitalisasi. Buat gue sendiri, eksplorasi visual itu sangat penting karena saat kita nggak mendalami value dari setiap objeknya, semua hanya akan terasa seperti dekoratif aja.

“Gue nggak pengen artworks yang ada di Paradise itu cuma bersifat estetika ataupun dekoratif. Gue mau objek itu berdiri dengan arti dan bisa nge-lead lo ke makna yang lebih jauh.”

HB: Apa yang bikin lo segitunya tertarik sama internet culture dan digital era?

A: Mungkin karena gue mengalami fase hidup sebelum adanya internet dan setelah adanya internet. Gue sadar betul ternyata internet udah jadi bagian yang gak bisa diilangin, bisa dianalogikan sebagai “power source” buat kita sekarang. Di internet era ini, perubahan peradabannya tuh kerasa banget dan cepet. Ya simply gue amazed sih sama kekuatan internet ini, kayak contohnya metaverse itu tuh udah tinggal nunggu next generation doang. Kalau boleh cerita, anak gue aja sekarang udah nggak pernah beli mainan fisik, mereka udah beli apa apa dalam format digital. Ya, kalo di lagunya John Lennon bilang “imagine there’s no countries“, internet ini sih satu-satunya yang bisa bikin semuanya jadi borderless.

HB: Terus kalau ngomongin “visuals to expand your mind” sendiri, sebenernya apa message yang pengen lo sampein lewat kalimat yang selama ini bisa dibilang jadi identitas Paradise itu?

A: Gue nggak pengen artwork yang ada di Paradise itu cuma bersifat estetika ataupun dekoratif. Gue mau objek itu berdiri dengan arti dan bisa nge-lead lo ke makna yang lebih jauh.

HB: Selama tujuh tahun, Paradise Youth Club udah jalan dan evolving sampe sekarang dengan identitas serta karakter yang solid dan bisa dibilang khas. Bagaimana lo mempertahankan konsistensi dari hal tersebut? Apa challenge terbesarnya?

A: Gue sendiri sebenarnya nggak ngerasa gue melakukan sesuatu untuk konsistensi, gue hanya membuat apapun yang gue suka aja. Kalau ngomongin challenge terbesar, ya sampai saat ini masih di bagian produksi. Kita belum bisa menemukan titik tengah dimana quantity produksi yang bisa kita afford match dengan quality yang kita harapkan.

HB: Paradise juga dikenal selalu menyajikan storytelling sebagai konsep yang dihadirkan di tiap koleksi, baik lewat graphics maupun presentasi visualnya. Seberapa penting storytelling bagi tiap rilisan kalian?

A: Buat gue ya penting banget, karena melalui storytelling yang baik di situlah orang bisa paham tentang pesan yang gue coba sampaikan dari setiap rilisan.

HB: Lalu gimana sih Dit, approach kreatif lo dalam membuat sebuah konsep dari koleksi satu ke lainnya? Gimana caranya lo nemuin dan mengksplorasi source of inspirations lo supaya sesuai sama yang lo mau dan butuhin?

A: Biasanya prosesnya dengan menyerap apa yang terjadi di sekitar, terutama seputar dunia, terus gue tuangin dalam sebuah tema. Prosesnya nggak terlalu spesial mungkin, tapi relevansinya bisa sangat erat karena benar-benar terjadi di sekitar kita.

HB: Balik ngomongin soal kolaborasi. Selama eksistensinya, Paradise juga dikenal lewat banyak collabnya dengan entity lain. Gimana aturan main lo dalam berkolaborasi? Apa faktor yang memengaruhi lo dalam mengambil keputusan hingga akhirnya project-nya jalan?

A: Yang pasti brand tersebut memiliki potongan DNA yang serupa dengan Paradise. Gue nggak akan mau memaksakan sebuah kolaborasi hanya untuk exsposure atau profit semata.

HB: Sebagai brand yang udah berhasil merambah market internasional dan juga dapet respon positif di market lokal, apa yang lo liat dari apresiasi market Indonesia sendiri terhadap brand lokal sekarang?

A: Market Indonesia sekarang sudah jauh lebih matang kalo kita compare dengan yang terjadi lima tahun ke belakang. Mereka udah bisa merasa bangga menggunakan produk lokal. Hanya yang disayangkan sebagian besar market masih belum bisa memilah dengan memahami positioning brand yang berbeda-beda dan masih bertolak ukur berdasarkan price point saja.

“Setelah kita diterima di market global, gue ngerasa sekarang saatnya Paradise untuk lebih banyak berkolaborasi dengan artist lokal supaya mereka pun bisa dilirik sama dunia luar, sehingga industri kreatif di Indonesia ini bisa jadi makin besar bareng-bareng.”

HB: Gimana pendapat lo soal industri kreatif dan lifestyle di Indonesia sekarang, khususnya fashion/streetwear dengan banyaknya brand yang bermunculan serta product offerings yang makin beragam? Apa yang pengen lo liat dari industri ini ke depannya?

A: Gue berharap brand-brand yang ada di Indonesia ini bisa menembus market global, supaya ekosistemnya juga jadi lebih seru dan creative exploration-nya bisa lebih jauh juga.

HB: What’s next buat Paradise? Any exciting upcoming projects? Apa yang pengen lo eksplor lagi yang selama ini belum kesampaian? More collab mungkin?

A: Setelah kita diterima di market global, gue ngerasa sekarang saatnya Paradise untuk lebih banyak berkolaborasi dengan artist lokal supaya mereka pun bisa dilirik sama dunia luar, sehingga industri kreatif di Indonesia ini bisa jadi makin besar bareng-bareng. Ke depannya, gue pengen berkolaborasi sama salah satu brand sepatu. Doain aja mudah-mudahan kesampaian.


G-SHOCK x Paradise Youth Club DW-6900 T&C:

1. Komen satu koleksi Paradise Youth Club favoritmu di postingan IG giveaway G-SHOCK x PYC HYPEBEAST Indonesia.
2. Mention tiga orang temanmu di postingan tersebut.
3. Semua partisipan wajib follow IG @paradiseyouthclub dan @hypebeastid.
4. Satu orang pemenang bakal dapetin satu jam tangan G-SHOCK DW-6900 ‘Paradise Yotuh Club.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by HYPEBEAST Indonesia (@hypebeastid)

Baca Artikel Lengkap

Baca Berikutnya

Berikut First Look NEIGHBORHOOD x Clarks Originals
Footwear

Berikut First Look NEIGHBORHOOD x Clarks Originals

Menampilkan motif zig-zag pada bagian toe box.

BAPE Rilis Side Shell Eiffel Chair bareng Modernica
Desain

BAPE Rilis Side Shell Eiffel Chair bareng Modernica

Cocok buat dipake nongkrong di warung.

Mengeksplor Resep dan Kuliner Asli Bali lewat 'PAON' Cookbook
Kuliner

Mengeksplor Resep dan Kuliner Asli Bali lewat 'PAON' Cookbook

Bisa jadi buku essential buat yang pengen ngulik lebih jauh lagi soal kuliner, tradisi, dan budaya Bali.

"SKOOL" Project Kolaborasi Tai Buddha & Adam McAsey yang Nawarin 'Primitive Cooking’ dan ‘Modern Dining'
Kuliner

"SKOOL" Project Kolaborasi Tai Buddha & Adam McAsey yang Nawarin 'Primitive Cooking’ dan ‘Modern Dining'

Waiting listnya bisa sampe sebulan.

Exclusive: MAISON DE BJØRN x SLASH B "ZULU ZTRYDE" Sandals
Footwear

Exclusive: MAISON DE BJØRN x SLASH B "ZULU ZTRYDE" Sandals

“Get Cozy with SLASH B”.


Berikut Debut Collection The North Face x Online Ceramics
Fashion

Berikut Debut Collection The North Face x Online Ceramics

Menampilkan earth tone color dan desain grafis yang bold.

Selamat! PSG Juara Ligue 1 2021/2022
Olahraga

Selamat! PSG Juara Ligue 1 2021/2022

Title Ligue 1 ke-10 mereka, serta title perdana Lionel Messi di Prancis.

Fix! Travelling ke Singapura Nggak Pake Tes PCR dan Karantina
Travel

Fix! Travelling ke Singapura Nggak Pake Tes PCR dan Karantina

Langsung diserbu lima negara ini.

Roby Dwi Antono Ikut Pameran "Mickey Mouse Now and Future" di Jepang
Seni

Roby Dwi Antono Ikut Pameran "Mickey Mouse Now and Future" di Jepang

Menampilkan karya spesial bersama sejumlah seniman lain dari seluruh dunia.

Fix! Thomas Doll Ambil Alih Persija Jakarta
Olahraga

Fix! Thomas Doll Ambil Alih Persija Jakarta

Siap membawa Persija menjadi juara.

More ▾