Through The Lens: Vicky Tanzil
Cerita soal bagaimana spontanitas dan traveling jadi faktor penting dalam karya fotografinya.

Through The Lens adalah rubrik khusus yang menghighlight para fotografer dari berbagai macam style fotografi, mulai dari portrait, landscape, fine art, fashion, sampai dokumenter. Lewat Through The Lens, tiap fotografer yang kami hadirkan akan memberikan insight mengenai karya beserta approach menarik mereka dalam memotret.
Vicky Tanzil adalah seorang fotografer multidisiplin asal Jakarta dengan style beragam. Meskipun dikenal dengan baik sebagai fashion photographer, karya fotografinya bisa dibilang diverse; mulai dari portrait, landscape, hingga yang lebih street. Dengan karakter visual yang khas; output-nya terlihat menghadirkan perpaduan estetika minimalis yang simple dengan style snapshot yang vibe-nya lebih spontan.
Fotografer official dari Nikon Indonesia ini udah berulang kali jadi sosok penting dibalik foto-foto untuk fashion brand kayak BIYAN, publication seperti The Folio, hingga jadi sutradara untuk music video dari Andien, Raisa, Dipha Barus, dan Adrian Khalif, dan banyak lainnya.
Lewat Through The Lens kali ini, Vicky Tanzil bercerita soal proses development style fotografinya sampai gimana approach “candid”-nya tiap motret dan pengalaman traveling ke berbagai tempat itu sangat memengaruhi proses kreatifnya hingga saat ini.
HB: Vicky, gimana sih awalnya lo bisa terjun ke dunia fotografi?
Vicky (V): Awal perkenalan gue dengan dunia fotografi itu waktu kuliah. Gue ambil major Desain Komunikasi Visual, ada mata pelajaran fotografi di semester 3, dan ternyata gue suka. Dari sana mulai pelan-pelan dari hobi sampai akhirnya jadi kerjaan.
HB: Gimana lo ngedevelop style fotografi lo saat ini?
V: Mulai dari banyak ngeliat buku-buku yang banyak visual, dari buku fotografi, arsitektur, jurnalisme seperti National Geographic. Lalu dari film dan cukup banyak dari explore fotografi itu sendiri, mencoba semua disiplin dan genre.
HB: Siapa sih influence terbesar lo dalam karir lo jadi seorang fotografer?
V: Influence terbesar adalah Andreas Gursky dan Shoji Ueda. Selain itu hidup secara tidak langsung; hidup di kota Jakarta dan traveling kemana pun cukup menginfluence foto gue.
HB: Apa message yang lo pengen sampaikan lewat karya-karya foto lo?
V: Gue jarang ada message khusus dari karya-karya gue. It’s spontaneous and candid. I usually take it for my visual pleasure and memory, somehow it feels more meaningful.
HB: Apa yang mau lo achieve dalam beberapa tahun ke depan sebagai fotografer?
V: Very simple, gue pengen solo exhibition dan membuat buku foto.
HB: Dari pengalaman lo selama ini, di mana tempat atau kota yang menjadi tempat favorit lo untuk foto?
V: Jepang, Maroko, India, dan untuk kota sendiri, kota tua, kota modern, tempat yang minimalis seperti museum, dan sesuatu yang repetitif. Kind of can’t decide which one I like the most, hahaha!
“Jarang ada message khusus dari karya-karya gue. It’s spontaneous and candid. I usually take it for my visual pleasure and memory, somehow it feels more meaningful.”
“Hidup di kota Jakarta dan traveling kemana pun cukup menginfluence foto gue.”
“Mulai dari banyak ngeliat buku-buku yang banyak visual, lalu dari film dan cukup banyak dari explore fotografi itu sendiri, mencoba semua disiplin dan genre.”