Agan Harahap, Jogjakarta, Angkringan, dan Eksperimentasi Visual Barunya yang Out of the Box
Cek full interview kami di sini.
Pernah melihat sosok Presiden Jokowi jadi anak punk? Atau foto Ahok memakai seragam petugas SPBU Pertamina? Kedua foto tersebut merupakan karya eksplorasi Agan Harahap yang berani melewati batas dengan konsep yang nggak pernah terpikirkan sebelumnya.
Besar di Jakarta lalu pindah ke Jogjakarta, ngebuat Agan Harahap memiliki pendekatan berbeda yang menjadikannya salah satu sosok berpengaruh di dunia art & visual hingga detik ini. Kali ini HYEPEBEAST Indonesia berkesempatan untuk interview Agan Harahap, di mana ia bercerita tentang bagaimana caranya berkarya, memaksimalkan seluruh medium art, hingga caranya come up dengan konsep video bareng OPPO dan Nicholas Saputra.
HB: Hi Agan, lagi sibuk apa akhir-akhir ini?
Agan (AH): Lagi sibuk baca ramalan shio nih.
HB: Dalam interview yang lain, lo seakan go with the flow dengan semua tantangan. Apakah mentalitas ini yang akhirnya menjadikan lo sebagai seorang seniman seperti sekarang?
AH: Sebetulnya nggak ada hubungannya antara mentalitas sama profesi. Gue bukan tipikal go with the flow. Tapi walaupun semuanya sudah gue rencanakan dengan sebaik- baiknya, tapi sebagai manusia, kita hanya bisa berencana, Tuhanlah yang memutuskan. Hahahaha.
HB: Bisa dibilang karya-karya ‘photoshop’ lo banyak menginspirasi kreator muda untuk bikin hal serupa dengan twist berbeda. Ada nggak kreator yang menarik perhatian lo? Kenapa?
AH: Hmm.. Siapa yah? Gue lagi jarang liatin yang gitu-gituan sih. Kalo ditanya kenapa-nya, yaa mungkin gue emang lagi jenuh aja. Gue lebih suka cari kreator/ seniman yang bisa menginspirasi gue. Terakhir itu yaa paling Amalia Ulman atau Alex Prager yaa. Gue malah lagi seneng baca buku-bukunya Laura Ingals Wilder sambil dengerin rilisan lagu pop daerah terbaru di berbagai platform digital.
HB: Lo besar di Jakarta kemudian pindah ke Jogjakarta. Gimana lo melihat ekosistem kreatif di kedua kota ini? Apa yang lo suka dari masing-masing kota?
AH: Yaa tiap- tiap kota punya caranya sendiri untuk membentuk ekosistem kreatifnya masing- masing. Dan gue menikmati proses adaptasinya. Kalo di Jakarta, gue harus berusaha dan berjuang untuk tetap bisa waras dan santai di tengah- tengah kegilaan kota yang super bising dan super sibuk. Sementara buat gue, Jogja itu kebalikannya. gue harus berusaha untuk menyibukkan diri agar tidak terbuai dengan kota dan ekosistemnya yang memanjakan ini.
HB: Apa aja tempat yang suka lo datangin to keep the creative juice flowing di Jogjakarta?
AH: Angkringan! gue setiap pagi pasti nongkrong di angkringan depan sekolah anak gue sih. Menurut gue, angkringan itu ajaib. gue bisa dengerin pendapat orang lain soal berbagai hal. Mulai dari trending topik seperti Sambo, Pilpres 2024, sampai ke berbagai kisah mistik, sejarah, bahkan sampai hal paling remeh sekalipun seperti menentukan jenis tali pancing yang tepat untuk kondisi tertentu.
HB: Lo terjun ke dunia fotografi secara otodidak dan belajar tentang seluk beluk fotografi tradisional cukup lama. Kalau medium is the message, apa arti mobile photography buat lo?
AH: Buat gue, kemunculan fitur kamera di telepon seluler adalah titik awal perubahan dalam kehidupan umat manusia. Mulai dari perubahan cara berpikir sampai pada perubahan gaya hidup yang kita jalani hari ini. Sampai di era 2000an awal, fotografi masih merupakan sesuatu yang bersifat tersier. Dengan seiringnya waktu, telepon seluler dan fotografi kini menjelma menjadi kebutuhan primer. Jaman sudah berganti, peranti seluler dan kamera semakin canggih dan semua orang bisa memotret. Namun fotografi tidak akan pernah kehilangan sifat ekslusifitasnya. Karena pola pikir dan cara pandang setiap orang tidak pernah sama.
HB: Apa fitur smartphone favorit lo dalam meng-capture object?
AH: Ga ada favorit. Semua tergantung kebutuhannya sih. Tapi ya paling sering mode standar biasa. Sebab itu udah cukup buat gue.
HB: Menurut lo, visual yang berkualitas tuh yang kayak apa sih?
AH: Buat gue, kualitas gambar itu tidak melulu soal teknis yaa. Sebab selain urusan teknis, kualitas berpikir/ konsep si pembuat image itu justru memiliki peranan yang tak kalah penting. Dan jika kualitas konsep dibarengi dengan peranti yang mumpuni, tentulah yang dihasilkan bukan sekedar image biasa. Namun sebuah karya.
HB: Selain bermain dengan photoshop dan fotografi, lo juga berkarya lewat video. Gimana awalnya lo terjun jadi videomaker?
AH: Awalnya saya sih coba- coba..hahaha. Gue nggak pernah menyebut gue sebagai videomaker. Semua cuma serba kebetulan aja. Kebetulan peranti yang gue gunakan mampu untuk menghasilkan video yang mumpuni, yaa kenapa tidak? Tapi ya semuanya emang berawal dari coba- coba sih.
HB: Ngomongin karya video, lo sempat berkolaborasi dengan Nicholas Saputra buat bikin ad video untuk OPPO dengan konsep yang bold. Boleh ceritain gimana akhirnya lo come up dengan konsep tersebut?
AH: Sejujurnya itu gue lebih ditantang sih sama pihak OPPO untuk bisa mempresentasikan beberapa fitur yang sudah mereka tentukan yang ada di hape OPPO Find X5 Pro 5G. Dan akhirnya gue menawarkan konsep lebay nan hiperbolik seperti yang ditayangkan.
HB: Ada ngga medium lain yang penasaran banget pengen lo coba buat expand eksperimentasi visual lo?
AH: Hehehe medium lain yang lagi gue dalami buat expand karya visual gue itu khotbah keagamaan! Sebab sama seperti hal- hal lain dalam kehidupan kita di Indonesia yang serba diatur oleh nilai- nilai agama, gue lagi mencoba bagaimana agama bisa dijadikan medium untuk ‘membenarkan atau mensahihkan’ karya- karya gue.
HB: Boleh ceritain sedikit soal Mustaqim Tailor? Kenapa namanya Mustaqim Tailor?
AH: Mustaqim itu brand fashion yang gue bikin. Kalo sekarang, Mustaqim lebih dikenal sama produk t-shirtnya. Padahal dulunya, gue itu sempat memproduksi celana dalam dan pakaian renang. Kenapa namanya Mustaqim, karena itu nama tukang jait gue.
HB: Dengan kondisi pandemi yang mereda, otomatis bakal banyak lagi acara seni rupa baik di Indonesia dan luar negeri. Ada plan yang bisa lo share untuk tahun depan?
AH: Tahun depan gue mau pameran tunggal sih.
Agan Harahap adalah OPPO Photofinders yang kerap berkarya menggunakan OPPO Find X5 Pro 5G. Temukan lebih lanjut kualitas sistem kamera yang didukung MariSilicon X dan dua flagship sensor IMX766 yang mampu menghasilkan warna alami dan menangkap detail dengan baik dalam kondisi low light.
Seluruh gambar dalam artikel diambil menggunakan OPPO Reno8 Pro 5G. Eksplor lebih dalam tentang kelebihan OPPO Reno8 yang mampu menghasilkan kualitas foto dan video ultra clear kapanpun dan di manapun. Capture lebih banyak momen penting tanpa harus khawatir soal lowlight dengan dedicated imaging NPU MariSiliconX.