Tidak Cuma Indonesia, Ledakan Kasus Varian Delta Melanda Asia Tenggara
Salah satunya diakibatkan oleh tingkat vaksinasi rendah dan tekanan tinggi pada penyedia layanan kesehatan.
![](https://image-cdn.hypb.st/https%3A%2F%2Fid.hypebeast.com%2Ffiles%2F2021%2F08%2Finfo-ledakan-kasus-varian-delta-melanda-asia-tenggara-1.jpg?cbr=1&q=90)
Munculnya varian Delta COVID-19 yang lebih menular daripada varian sebelumnya kembali menekan stabilitas sejumlah negara. Salah satu wilayah yang paling terdampak adalah Asia Tenggara.
Dengan tingkat vaksinasi rendah, wilayah yang cukup berhasil mengatasi pandemi tahun lalu ini kini kesulitan untuk memberikan layanan kesehatan yang memadai bagi warga yang membutuhkan penanganan medis menurut laporan CNN. Menurut data dari Johns Hopkins University dan sejumlah kementerian kesehatan Asia Tenggara yang dikumpulkan oleh CSIS, sejumlah negara Asia Tenggara seperti Kamboja, Indonesia, Filipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia, dan Singapura menetapkan berbagai kebijakan pembatasan sosial yang berlaku pada bulan Juli, beberapa di antaranya berlangsung hingga bulan Agustus. Thailand membuka 23 pusat isolasi COVID-19 komunitas dan berencana untuk membuka sejumlah 53 pusat secara total untuk orang-orang yang menunggu kamar rumah sakit, sementara satuan tugas COVID-19 Laos menginstruksikan pengiriman staf medis, obat-obatan, dan peralatan ke daerah-daerah yang terdampak parah. Pembatasan sosial dan ekonomi yang dilakukan untuk menekan tingkat infeksi meningkatkan beban psikis dan kesulitan ekonomi masyarakat, disuarakan melalui sejumlah protes terhadap pemerintah di beberapa negara seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Vietnam melihat perubahan drastis dari keberhasilan untuk mengatasi pandemi COVID-19 pada tahun lalu — yang memungkinkan warga negaranya untuk hidup secara normal — berkat strategi screening pengunjung di bandara dan karantina ketat, ke situasi tahun ini dengan peningkatan infeksi COVID-19 tajam, sebanyak hampir 180 ribu kasus yang 85% di antaranya dilaporkan hanya dalam sebulan ke belakang. Sementara itu, Indonesia baru-baru ini menjadi epicentrum pandemi baru menggantikan India, dengan jumlah kasus harian tertinggi mencapai 50 ribu. Dengan total 354 juta kasus sejak awal pandemi, 1,2 juta di antaranya dilaporkan hanya dalam waktu satu bulan lalu.
Negara-negara Asia Tenggara ini juga mulai menggalakkan inisiatif vaksinasi dan menerima kiriman vaksin dari berbagai negara, seperti 330 ribu dari 1 juta vaksin AstraZeneca dari Jepang yang diberikan kepada Kamboja, sejumlah 45 juta dosis Pfizer, Moderna, dan Sinovac yang sampai ke Indonesia di bulan Agustus, serta 1 juta dosis vaksin Johnson & Johnson dari AS yang sampai ke Laos pada pertengahan Juli kemarin. Saat ini, Our World in Data menyatakan bahwa sejumlah 29,4% populasi orang di dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, dan 15% populasi dunia telah divaksinasi penuh. Sebanyak 42,15 juta dosis diberikan per harinya secara global, dengan total dosis yang sudah diberikan sebanyak 4,32 miliar. Sementara itu, tingkat vaksinasi di Asia Tenggara dipimpin oleh Singapura dengan 63,5% populasi yang sudah divaksinasi penuh, diikuti dengan Kamboja pada angka vaksinasi 32,5% dan Malaysia dengan 24,7%, menurut CSIS. Di Indonesia, 8,2% dari populasi telah divaksinasi lengkap, sementara 9,7% populasi baru mendapatkan satu dosis vaksin.
Menurut Reuters, WHO berusaha meminta negara-negara kaya untuk menunda pemberian vaksin booster demi memberikan dosis vaksin bagi negara-negara miskin dengan tingkat vaksinasi rendah. Sebagai perbandingan, negara-negara kaya berhasil memberikan vaksin sebanyak 50 dosis kepada setiap 100 orang di bulan Mei, dengan peningkatan dua kali lipat sampai saat ini, sementara negara-negara miskin baru berhasil memberikan 1,5 dosis kepada setiap 100 orang.